Guling masih menjadi batas setia ranjang yang kini ditempati oleh James dan Anne. Beberapa menit setelah James merebahkan dirinya di ranjang, Anne juga menyusulnya tidak lama kemudian. Sebenarnya James belum tertidur. Ia hanya memikirkan perkataan Anne dengan dalam tadi. Ada secuil ketakutan yang merambah di hatinya. Anne bicara soal pernikahan ini akan menjadi harapannya, tapi mengapa seolah James merasa tidak akan mampu untuk melakukannya ?.
Membuka mata dan melirik ke arah sebelahnya, tampak Anne tertidur dengan pulasnya. Wajah perempuan itu nampak kelelahan. James mengamati sebagian kulit Anne yang masih mengalami ruam-ruam kemerahan. Bagaimana bisa perempuan ini belajar menerimanya sedangkam sejak awal James memberinya kesakitan ?. Tidak ingin berlarut dalam pemikiran bodohnya, James terbangun dan memilih mangkir ke ruang kerja yang terletak di sebelah kamarnya. Menghabiskan waktu di depan layar laptopnya akan jauh lebih mujarab ketimbang terus-menerus memikirkan perkataan Anne sebelum tidur tadi.
3 jam berada di ruang kerja dan berhadapan langsung untuk memeriksa email yang menumpuk ternyata tidak membuat James bertahan lebih lama lagi. Matanya terasa berat dan bahunya pegal sekali. Mau tidak mau, ia menyandarkan kepalanya dan tertidur di atas meja kerjanya hingga pagi menjelang. Tidak menyadari bahwa matahari sudah berdiri cukup tinggi. Melirik jam disebelah mejanya waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Ia lupa bahwa pukul 10 nanti, ada penerbangan ke Jepang bersama Anne yang bahkan belum diberitahunya. Bangun dengan tergesa tanpa melihat ke arah ranjangnya yang sudah rapi, James mengambil handuk dan mandi secepat kilat kemudian turun satu lantai ke bagian hotel yang sudah ditempati oleh keluarganya yang lain. Mereka tengah duduk di meja makan dengan santainya sementara seorang perempuan yang kini resmi menjadi istrinya tampak telaten menyiapkan menu sarapan paginya di atas meja. Tak ingin terlalu lama menjadi penyimak, James ikut bergabung bersama mereka.
"Wah.. akhirnya kamu bangun juga, beruntunglah kamu ! sepagi ini Annelise sudah menyiapkan banyak menu makanan menarik yang menggugah selera" Ibu Yulita, ibunda dari James memberi pujian dengan wajah sumringahnya. Tampak oleh James, Anne sedang melayani kedua orang tuanya dengan makanan yang menarik.
"Aunty mau waffle dengan syrup mapple atau dengan honey ?" Anne bersiap memberikan pilihan sembari meletakkan sebuah waffle vanila cantik di hadapan Ibu Yulita.
"Syrup mapple please.. dan kamu bisa mulai memanggil Aunty dengan panggilan mommy seperti Jamie sayang" Ibu Yulita tersenyum dengan ramah. Anne mengangguk sembari tersenyum.
Ia kemudian menarik kursi dan menunjukkan dimana James seharusnya duduk. James termangu sambil memikirkan apa profesi chef yang dijalani Anne benar-benar membuatnya memperlakukan orang lain dengan sangat baik di meja makan ?. Atau mungkin ini bagian dari upayanya untuk belajar mengisi masa pengenalan mereka ?.
"Gak usah bingung gitu Jam, profesi chef itu sudah mendarah daging untuknya, di rumah kami biasanya tidak ada yang bisa meninggalkan meja makan sebelum semua terlayani dengan baik" Pak Anthony berbicara sembari tersenyum.
"Dad !!" Anne memotong senyum di wajah ayahnya tersebut.
"Dan dia tidak akan merasa puas sebelum kami semua mengatakan bahwa makanannya enak hahaha" Axel dengan jahilnya menambahkan sambil menyikut pinggang Alex meminta penguatan. Wajah Anne berubah menjadi kecut. Sadar bahwa ketiga pria itu benar-benar membuatnya merasa jengkel.
"Tapi memang masakanmu sungguh lezat Anne ! Dad tidak perlu lagi pergi ke resto mewah untuk mendapatkan hidangan yang lezat, sekarang Dad bisa sering meminta Jamie mengantarmu ke rumah kami untuk membuat jamuan enak seperti ini, kamu benar-benar menantu yang sempurna" Pak Wirawan mengeluarkan pujian terbaiknya dan secara tidak sadar raut wajah Anne berubah menjadi lebih ceria. James menatapnya hingga tersenyum. Membuatnya sadar bahwa pagi ini meja makannya terasa lebih hangat dan homey berkat Anne.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift Love (COMPLETE)
Romancemencintai atau dicintai ? mana yang akan jadi pilihan paling tepat dalam hidup ? jika mencintai adalah sebuah keinginan, maka dicintai bukankah sebuah kesediaan ? Adalah Annelise Rosalie Winathan menghabiskan sebagian hidup untuk bertaruh antara pil...