7. Hukuman dari Gavin?

248 23 19
                                    

Raya memasukkan satu per satu buku miliknya ke dalam tas. Diam-diam gadis itu melirik teman-temannya yang mengobrol dan bercanda satu sama lain.

Benar juga. Selama dia bersekolah di sana, belum ada satu pun murid yang benar-benar mau berteman dengannya. Apalagi setelah kejadian tahun lalu. Ketika ada seorang siswi yang hampir tertimpa rak buku di perpustakaan. Raya berniat menolongnya dengan mendorong siswi itu hingga membentur sebuah meja. Alhasil Raya sendirilah yang tertimpa rak buku besar itu.

Namun bukannya ucapan terima kasih yang didapat, justru malah cacian dan makian dari semua orang. Siswi yang ditolongnya justru malah menyalahkan dirinya. Beralibi kalau Raya yang berusaha membuatnya celaka. Padahal jelas-jelas Raya menolongnya, bahkan sampai berkorban hingga tertimpa rak buku. Gadis itu bahkan sampai izin tidak masuk selama beberapa hari karena luka memar dibeberapa bagian tubuh terutama di bagian punggung.

Tersadar dari lamunan, Raya bergegas keluar. Langkahnya tampak terhenti sejenak saat melihat seseorang yang berdiri di dekat tangga. Menyadari kedatangannya, orang itu tersenyum lebar dan melambaikan tangan padanya.

"Raya!" panggilnya. Namun senyumannya memudar saat Raya berjalan melewatinya begitu saja.

"Lho, kok gue ditinggal? Raya, tunggu!" Dia langsung mengejar Raya yang sudah terlebih dahulu menuruni tangga.

"Lo gak lupa sama gue kan? Kita kan baru aja ketemu pas istirahat tadi. Ini gue, Kayla," ucapnya. "Pulang bareng, yuk! Kebetulan hari ini bokap gue ke sekolah jadi kita bisa—"

Apa Raya tidak salah dengar? Pulang bareng? Itu artinya bersama Anthony? Satu mobil dengan pria jahat itu? Bahkan tidak dalam mimpi.

"Gimana? Mau ya?" Kayla terus saja mengoceh tanpa memedulikan respon Raya. Mereka bahkan sudah hampir sampai di gerbang dan Raya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dirinya ingin menjawab.

"Gue bisa pulang sendiri," ucap Raya pada akhirnya. Dia memandang Kayla dengan tatapan tidak suka sehingga gadis itu bungkam.

"Ray—"

Keduanya tersentak saat sebuah mobil berhenti di dekat mereka dengan diiringi bunyi klakson yang nyaring. Kaca mobil terlihat diturunkan hingga menampakkan si pemilik. Anthony menatap Raya dengan tatapan tidak suka.

"Kayla, masuk!" titah Anthony pada Kayla. Nada Anthony yang sedikit meninggi membuat Kayla tersentak. Pasalnya, gadis itu baru kali ini mendengar suara sang ayah yang terlihat begitu marah. Padahal ayahnya tidak pernah seperti itu ketika dirinya sedang bersama teman-temannya yang lain, meskipun itu laki-laki.

"Pa, tapi aku pengin Raya—"

"Masuk!"

Raya menatap Anthony yang masih menatapnya selama beberapa saat.

"Raya! Raya!"

Raya tidak memedulikan panggilan Kayla dan terus berjalan melewati gerbang. Cewek itu terus berjalan hingga mobil milik Anthony benar-benar melewatinya. Langkahnya sempat terhenti saat melihat Kayla yang memerhatikannya dari jendela.

Satu hal yang harus lo tahu, Kayla. Gue sama sekali gak benci sama lo. Tapi gue benci sama orang yang lo panggil dengan sebutan Papa.

💫

Raya menatap langit yang masih kelabu. Hujan masih enggan berhenti, membuat gadis itu mau tidak mau berhenti di depan sebuah toko. Sesekali kedua matanya menyipit tatkala lututnya berdenyut. Kakinya juga pasti memar karena jatuh dari tangga tadi.

Raya : The Girl Who Hides a Thousand Secrets ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang