3. Intuisi

350 36 10
                                    

"Belajar yang rajin! Main terus bisanya. Lihat Rama! Dia juara kelas lagi!" Seorang pria dewasa tampak berkacak pinggang di depan seorang anak perempuan yang tengah menangis sesegukan. Salah satu tangannya meremas selembar kertas ulangan dengan angka empat puluh yang dilingkari dengan tinta berwarna merah.

"Papa kan sudah bilang! Belajar yang rajin! Lihat! Nilai kamu sekarang merah terus!"

Pria itu mendengus melihat gadis kecil di depannya. Dia pun memutuskan untuk pergi dan meninggalkan putrinya, yang tidak lain adalah Raya.

Tepat setelah kepergiannya, seorang anak laki-laki muncul dari balik salah satu dinding dan berjalan menghampiri Raya yang masih menangis.

Anak laki-laki itu memeluk tubuh Raya yang bergetar.

"Nanti belajar bareng, ya? Jangan nangis. Nanti papa marah lagi," ucapnya menepuk-nepuk punggung Raya pelan.

"Raya kangen Rama."

"Raya kangen Rama."

"Rama di mana?"

"Kenapa Rama gak pernah pulang?"

Kedua mata Raya terbuka dengan sempurna. Dahinya berkeringat, suasana kamarnya seketika berubah menjadi pengap. Gadis itu mengusap wajahnya yang memerah. Diliriknya jam yang masih menunjukkan pukul dua pagi.

"Raya kangen Rama."

Raya mendudukkan tubuh. Pikirannya kembali kacau. Akhir-akhir ini dia selalu memimpikan hal yang sama. Dan itu adalah memori-memori masa lalunya. Salah satunya adalah tentang Rama, kembarannya.

Raya menoleh pada jendela. Tirai langsung terbuka, sekaligus dengan jendelanya. Gadis itu bisa melihat bulan yang bersinar dengan terang di luar sana.

"Takdir emang gak pernah adil."

Di saat kebanyakan orang menginginkan hal ajaib di hidupnya, Raya justru merasa sebaliknya. Rasanya dia ingin menjadi manusia biasa saja. Dia tidak ingin mengetahui isi kepala orang lain yang membicarakannya. Itu sangat menyakitkan.

Bahkan takdir tidak mengizinkannya hidup berdampingan dengan Rama.

💫

Angkasa berjalan menyusuri koridor menuju kelas. Suasana sekolah sudah cukup ramai. Lelaki itu terlihat sibuk dengan ponselnya. Banyak sekali notifikasi masuk ke akun instagramnya, dan hal itu tidaklah aneh. Angkasa sudah terbiasa. Meskipun dia bukan most wanted, tapi tetap saja banyak murid perempuan yang mengaguminya.

"Pusing juga jadi artis sekolahan," gumamnya seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celana.

Tiba-tiba matanya tidak sengaja melihat sosok yang beberapa jam terakhir mengganggu pikirannya. Langkah Angkasa terhenti begitu melihat Raya yang baru saja berjalan melewati dirinya. Meskipun hanya melihat dari belakang, tapi Angkasa tahu kalau dia adalah gadis aneh yang ditemuinya akhir-akhir ini.

Cuma dia yang punya aura kayak gini!

Karena arah kelas mereka sama, Angkasa pun secara otomatis berjalan tepat di belakang Raya. Sepertinya gadis itu tidak menyadari kehadirannya. Yah, lagipula kenapa juga dia harus peduli?

Angkasa mendengus. Dia memerhatikan rambut sebahu milik Raya yang sebenarnya sudah disadari oleh gadis itu sejak tadi. Termasuk aura aneh yang dikatakan Angkasa.

Dia di kelas mana sih? Jangan-jangan dia penghuni gudang di ujung kelas?

Tiba-tiba Angkasa jadi merinding.

Raya : The Girl Who Hides a Thousand Secrets ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang