25. Cemburu

158 24 4
                                    

Angkasa menyodorkan jagung bakar yang baru matang kepada Raya. Cewek itu mendongak dan menatap jagung di tangannya.

"Ini beneran jagung kok, nggak ada kacang di dalemnya," ucap Angkasa asal, "mau gak? Pegel nih. Kebiasaan banget bikin tangan gue pegel."

Raya tersentak pelan ketika Angkasa secara tiba-tiba meraih salah satu tangannya dan meletakkan jagung bakar itu di sana.

"Gue yang bayar. Tenang aja," ucap Angkasa tanpa menolehkan kepala. Cowok itu sibuk meniup-niup jagung bakar miliknya sebelum menggigitnya sedikit demi sedikit.

"Makasih."

"Soal apa? Oh, jagung ini? Kalem, harganya murah kok. Kalo lo mau, gue bisa beliin seratus lagi buat lo. Duit gue kan banyak," ucap Angkasa.

Helaan napas keluar dari bibir Raya. Lagi dan lagi, satu per satu kalimat menyebalkan keluar dari bibir Angkasa.

"Makasih karena udah nolongin gue."

Angkasa melirik Raya yang masih menunduk.

"Lo ... Kenal sama orang-orang tadi?" tanyanya.

Gue bahkan tahu siapa mereka.

Raya membuang napasnya pelan. "Gue gak kenal."

"Tapi mereka kayaknya berniat jahat sama lo. Dan lo juga ngehindar, kan tadi? Lo juga pasti menyadari niat mereka."

Perlahan Raya mulai memakan jagung bakar pemberian Angkasa. Hari mulai gelap dan dia tidak mengirimkan pesan kepada mamanya. Wanita itu pasti khawatir karena dirinya pulang terlambat.

"Heh ... "

Kepala Raya menoleh ketika Angkasa bersuara. Namun cowok itu masih tampak sibuk memakan jagung.

"Sedekat apasih lo sama si Gavin itu?" tanya Angkasa tanpa mengubah posisinya.

"Kenapa emangnya?"

"Nggak sih, nanya doang. Lo kan gak gak punya temen di sekolah. Kok bisa tiba-tiba deket sama Gavin, dan— kalian pelukan."

Kedua mata Raya mengerjap. Dia menjauhkan jagung dari mulutnya.

"G-gue cuma nanya kok. Jadi gak usah kepedean lo!"

"Kenapa gue harus kepedean?"

Glek!

"Ya ... Kan—" Ucapan Angkasa terhenti begitu dirinya menoleh dan mendapati Raya tengah menatapnya intens.

"A-apaan?!" ucapnya sewot. Berbanding terbalik dengan wajah Raya yang datar.

"Lo cemburu?"

"SEMBARANGAN LO! MANA ADA! NGACO LO!" Kedua mata Angkasa membulat dan dia langsung berdiri dari tempatnya. Ucapannya membuat si penjual jagung bakar itu terperanjat dan menatapnya aneh.

"Eh ... Maaf ya, Mas. Dia emang sering bikin saya emosi. Dulu mamanya ngidam manisan cabe," ucap Angkasa. Mas-mas penjual itu pun hanya menggelengkan kepalanya.

Angkasa menggembungkan kedua pipinya dan kembali duduk di sebelah Raya.

"APAAN LAGI?" semprotnya begitu menyadari Raya masih menatapnya. Angkasa menggigit jagung miliknya dengan kasar dan mendengus sebal.

Raya sedikit memiringkan kepalanya. "Kok lo tahu kalo dulu mama gue ngidam manisan cabe?"

Mulut Angkasa seketika menganga. Dia langsung menatap Raya.

"Mama bilang, dulu pas hamil ngidam manisan cabe. Lo kok bisa tahu?" ucap Raya dengan tampang menyebalkannya.

"BODO AMAT ANJIR!!! MAU MANISAN CABE KEK, DUREN KEK, BAWANG KEK, TERSERAH! HIDUP GUE GINI AMAT." Angkasa mengucek-ngucek matanya yang terasa panas dan berair.

Raya : The Girl Who Hides a Thousand Secrets ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang