Motor milik Angkasa akhirnya sampai di parkiran sekolah. Lelaki itu bangun kesiangan gara-gara tidak bisa tidur. Hampir semalaman dia memikirkan kejadian di rumah Raya kemarin.
"Sial! Kemarin itu mimpi apa bukan sih?" Angkasa menepuk-nepuk kedua pipinya pelan berharap kalau semua itu hanya mimpi.
"Tuh cewek kembar? Gila! gue rasa dunia emang udah gila! Bagaimana bisa muka kembarannya mirip sama gue? Atau .... Jangan-jangan gue bukan anak kandung nyokap gue? Astaga, Angkasa! Otak lo kenapa sih?" Rambut yang tadi telah tersisir rapi kini kembali berantakan karena diacak-acak.
"Tapi kan, muka gue gak mirip sama tuh cewek. Oke, gue bukan kembaran dia. Tapi .... " Ucapan Angkasa kembali menggantung. Mengingat foto kembaran Raya, mengingatkan dirinya saat kecil. Bagaimana bisa Rama begitu mirip dengannya? Angkasa benar-benar tidak habis pikir.
Apakah jika Rama saat ini masih hidup, wajahnya juga akan mirip dengan Angkasa?
Angkasa menggelengkan kepala. "Atau jangan-jangan Rama itu sebenernya kembaran gue?" Angkasa sekarang terbengong-bengong dengan ucapannya sendiri.
"Lho .... Gue kembar dong? Eh, gimana sih? Ini yang kembar sebenernya gue atau tuh cewek? Astaga." Angkasa memijit keningnya dan memutuskan untuk segera pergi dari parkiran. Otaknya benar-benar kelelahan setiap kali mengingat hal-hal yang berkaitan dengan Raya.
Raya kembar, anak kandung kepala sekolah, anak ajaib. Bisa baca pikiran orang, bisa gerakin apa pun dari kejauhan juga. Ya ampun, dia manusia dari planet mana sih?
Angkasa tidak henti-hentinya membatin. Baru kali ini dia bertemu dengan manusia seperti Raya.
"Fokus, Sa. Fokus," ucapnya. Namun baru saja dia hendak menghirup napas, sesuatu mengganggu pandangannya. Tepat di koridor lain, segerombolan siswi tengah mengobrol. Angkasa mengenali beberapa wajah di sana. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Lelaki itu mempercepat langkahnya dan berjalan ke ruangan OSIS.
Kedatangannya langsung di sambut dengan tatapan tidak suka dari Gavin. Lelaki itu menatap Angkasa dari atas hingga bawah.
"Ngapain lo?"
"Ada yang mau gue bicarain sama lo."
"Bel udah mau bunyi. Sebaiknya lo pergi ke kelas sebelum keliatan sama Pak Agung." Gavin mengunci pintu dan memasukkannya ke dalam salah satu kantung celana. Dia kembali menatap Angkasa. "Dan gue gak ada waktu buat ngomongin hal yang gak penting sama lo."
Angkasa dengan cepat langsung mencekal lengan Gavin begitu lelaki itu hampir berjalan melewatinya.
"Dengerin gue baik-baik," ucap Angkasa penuh penekanan.
💫
Raya baru saja hendak kembali ke kelas, namun langkahnya terhenti saat melihat segerombolan murid berkumpul menatap ke arah lapangan basket di bawah sana. Bersamaan dengan itu, Raya mendengar teriakan seseorang. Dia segera melihat apa yang sedang terjadi.
Rupanya, Gavin tengah menghukum beberapa murid. Dia tidak sendiri, melainkan bersama dengan Sena, siswi kelas dua belas yang merupakan ketua PMR.
PMR?
Raya langsung mengamati wajah-wajah kelelahan di bawah sana. Gadis itu terkejut karena mereka semua adalah siswi yang mengerjainya kemarin di kantin. Apa ini hanya kebetulan? Saat ini mereka tengah dihukum berlari mengelilingi lapangan.
"DENGAR! SAYA TIDAK INGIN LAGI MENDAPAT LAPORAN SEPERTI INI!KALIAN ANGGOTA PMR, TAPI BERNIAT MENCELAKAI ORANG LAIN!" Teriakan Sena menggema. Wajah gadis itu memang terlihat garang meskipun tidak sedang marah. Namun dia sebenarnya gadis yang ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya : The Girl Who Hides a Thousand Secrets ✔
Novela JuvenilSuatu hari, ibuku berkata kalau aku akan bertemu dengan seseorang yang akan mengubah jalan cerita hidupku. Sampai akhirnya takdir yang dia katakan benar-benar terjadi. Aku bertemu dengan orang itu. Namun, ada hal lain yang tidak dia ketahui, tidak j...