37. Jatuh Cinta

172 22 0
                                    

"Kalau begitu saya permisi, Pak." Gavin meninggalkan meja Anthony dan segera keluar. Lelaki itu membuang napasnya pelan.

"Eh, lo ternyata. Ke mana aja kemarin?" tanya Gavin begitu melihat Raya.

Gadis itu menatapnya datar sebelum akhirnya menjawab, "gak enak badan."

Mulut Gavin membentuk huruf o dan entah kenapa Raya masih menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa. Bahkan kedua matanya sesekali menyipit.

"Kenapa sih? Ada yang aneh?" Gavin memperhatikan seragamnya dan tidak menemukan sesuatu yang membuat Raya menatapnya sebegitu intens.

"Barusan lo ngapain?" tanya Raya tiba-tiba.

"Hah?" Salah satu alis Gavin terangkat. Ia mencoba mencerna maksud dari pertanyaan Raya barusan.

"Lo abis ketemu sama kepala sekolah, kan?" ujar Raya. Gadis itu bertanya dengan raut wajah yang masih datar, seolah tak menunjukkan adanya rasa penasaran.

"Oh, itu. Iya, gue abis ngomongin jadwal pemilihan ketua OSIS yang baru. Kenapa emang?"

Kedua mata Raya menyipit. Entah kenapa itu membuat Gavin tertawa.

"Lo kenapa kayak orang curiga gitu sih? Gue mencurigakan, ya?" Gavin hendak mengelus puncak kepala Raya namun gadis itu langsung menepis tangannya. Tak ada kalimat balasan, sebelum akhirnya Raya pergi melewatinya tanpa sepatah kata pun. Gavin berbalik dan menatap punggung Raya yang kian menjauh. Lelaki itu bersedekap.

Tanpa dia sadari, seseorang tampak menyimak obrolannya dengan Raya barusan. Orang itu bersembunyi di balik salah satu pilar tidak jauh dari posisinya.

💫

Angkasa mengetuk-ngetuk pulpennya di permukaan meja sambil bertopang dagu. Kedua matanya fokus ke depan, tepat ke arah seorang guru yang tengah menulis di papan tulis. Namun otaknya kini berfokus pada hal lain. Dan hal itu membuat Angkasa tidak bisa menyimak materi dengan benar.

Sam melirik Angkasa yang kini justru terlihat melamun. Lelaki itu menyikut pelan lengan Angkasa. Bisa gawat jika guru lebih dulu menyadari dan mengomelinya. Pasalnya, guru yang saat ini tengah mengajar di kelasnya merupakan salah satu guru killer di sekolah. Namun reaksi Angkasa sungguh di luar dugaan Sam. Lelaki itu malah merespon dengan nada nyolot nan menyebalkan hingga semua pasang mata menyorot ke arah mereka berdua, termasuk sang guru killer.

Tidak sampai satu menit, Angkasa dan Sam langsung didepak dari kelas karena dianggap tidak memperhatikan.

"Malah gue juga yang kena." Sam mencebik.

Angkasa menyandarkan tubuhnya di pembatas koridor dan memperhatikan murid-murid yang tengah latihan upacara bendera. "Sori, ya. Gue bener-bener gak fokus tadi."

"Lo kenapa sih, Sa? Kayaknya dari kemaren sikap lo gak kayak biasanya. Lo ada masalah?" tanya Sam yang ikut berdiri di sebelah Angkasa.

"Gue juga gak ngerti sama diri gue sendiri."

Kening Sam berkerut. Lelaki itu lantas menatap Angkasa. "Lah? Lo aja gak ngerti apalagi gue?"

Angkasa membuang napasnya dan menatap Sam. "Menurut lo, gue kenapa?"

"Bodo amat anjir, Sa. Lo kira gue bisa baca pikiran lo?" Sam memutar matanya dan menatap kegiatan di bawah sana.

Baca ... Pikiran?

"Napa sih? Lo lagi jatuh cinta?" Pertanyaan Sam membuat Angkasa mengerjap. Jatuh cinta katanya?

Raya : The Girl Who Hides a Thousand Secrets ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang