Angkasa melepas helm miliknya dan meletakkannya di salah satu spion motornya. Dia menatap pantulan wajahnya di kaca spion dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah dirasa rapi, dia lalu bergegas menuju kelas.
Bel berbunyi lima belas menit lagi. Koridor utama mulai dipadati oleh murid-murid. Lalu kedua mata Angkasa tidak sengaja melihat Raya ketika dirinya keluar dari parkiran. Pandangan keduanya sempat bertemu.
"Dia masuk?" gumamnya. Dia baru saja hendak memanggil gadis itu namun langsung dia urungkan saat Raya memutus kontak mata mereka secara sepihak. Gadis itu berjalan lurus seakan tidak pernah melihatnya. Raya memang selalu seperti itu. Tapi Angkasa merasa kalau yang barusan itu terasa lain dari pada biasanya.
Tidak diambil pusing, Angkasa melanjutkan kembali langkahnya. Sesekali melihat Raya yang berjalan beberapa meter di depannya. Angkasa mengembuskan napasnya. Oke, setidaknya sekarang gadis itu sudah mau keluar dari rumahnya.
Sesampainya di kelas, semua pasang mata langsung tertuju pada Raya. Mereka yang sedang asyik mengobrol, secara tiba-tiba menghentikan obrolan mereka dan menatap gadis yang baru datang itu. Raya tidak ambil pusing soal mereka, karena dia sudah terlalu terbiasa. Beberapa murid tampak menatap satu sama lain.
Andre tiba-tiba berjalan menghampiri Raya yang baru saja duduk di bangkunya.
"R-Raya," panggilnya pelan. Raya mengangkat wajahnya, namun Andre langsung terlihat gelagapan dan membuang muka tidak berani menatapnya. Namun lelaki itu berusaha agar tetap menatap Raya. "Lo ... Ke mana aja? Bu Jasmin nanyain lo."
Raya menatap datar Andre dan beberapa murid lain. "Gue minta maaf."
Salah satu alis Andre naik. "K-kenapa lo minta maaf? Harusnya kita yang—"
"Kemarin kalian dihukum sama wali kelas gara-gara gue," ucap Raya membuat Andre dan teman-temannya saling tatap. Bagaimana Raya bisa tahu? Andre bahkan belum mengatakannya.
"Mita, gue tahu lo benci sama gue. Daftar absen gue yang kemarin bisa lo tulis bolos. Gak masalah." Raya menyandarkan punggungnya dan menatap Mita yang berada di barisan paling depan paling kiri.
Mita tersentak, apalagi kini teman-temannya langsung menatap dirinya. "Ra, gue gak bermaksud—"
"Gue gak masalah kalo kalian semua benci sama gue. Gak usah maksain diri." Raya berujar kembali, membuat wajah setiap orang pucat seketika.
Tiba-tiba salah seorang murid perempuan menyodorkan buku catatan miliknya kepada Raya. "Ini buku catatan gue yang kemarin. Lo ketinggalan cukup banyak materi jadi gue rasa lo pasti butuh rangkuman materi."
Raya menatap buku yang disodorkan padanya. Apa saja yang terjadi kemarin sampai semua teman kelasnya bersikap berbeda dari biasanya? Memangnya apa saja yang sudah dikatakan wali kelasnya?
"Makasih," ucap Raya begitu menerima buku yang diberikan padanya.
"Gue ... Juga minta maaf. Gara-gara gue, lo jadi kena razia sama OSIS waktu itu."
"Hm."
"Gue juga." Seorang murid berjalan menghampiri meja Raya.
Andre menatap teman-temannya dan menghela napas. Dia kembali menatap Raya. "Ra, bisa minta nomor HP lo? Gue ... Mau masukin lo ke grup kelas."
💫
"Gila njir, kemarin anak-anak XI IPA 5 dihukum sama wali kelasnya disuruh lari keliling lapangan basket." Sam mulai berceloteh di sebelah Angkasa yang tengah fokus bermain game di ponselnya. Lelaki itu juga lihat bagaimana orang-orang itu dihukum di bawa terik matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raya : The Girl Who Hides a Thousand Secrets ✔
Teen FictionSuatu hari, ibuku berkata kalau aku akan bertemu dengan seseorang yang akan mengubah jalan cerita hidupku. Sampai akhirnya takdir yang dia katakan benar-benar terjadi. Aku bertemu dengan orang itu. Namun, ada hal lain yang tidak dia ketahui, tidak j...