13. Bersama Angkasa

198 27 10
                                    

Meskipun Raya memiliki kemampuan 'spesial', tapi dia hanyalah gadis biasa. Dia adalah tipe orang yang tidak menyukai makanan pedas sejak dulu. Dan hari ini gadis malang itu harus menahan gejolak panas di dalam perut karena ulah anak-anak PMR yang tidak tanggung jawab.

Berkali-kali punggung tangannya mengusap keringat yang bercucuran membasahi dahi. Berkali-kali pula dia harus meremas roknya hingga kusut. Sesekali mata Raya melirik jam dinding. Jam terakhir tinggal beberapa menit lagi namun terasa seperti berjam-jam lamanya.

Tahan, Ra. Tahan.

Beruntung Dewi Fortuna berpihak pada Raya. Bel pun berbunyi tidak lama setelahnya. Sang guru segera menutup materi dan semua murid segera membereskan peralatan tulis.

Dengan susah payah Raya membereskan buku sembari sesekali memegangi perutnya. Dia benar-benar payah dalam urusan makanan pedas.

"Heh! Lo kok diem aja? Emangnya lo gak denger obrolan mereka? Harusnya lo samperin mereka, terus lo lempar mangkuk—"

Raya membuang napas begitu keluar kelas. Gadis itu memasang ekspresi sedatar mungkin. Orang-orang akan curiga jika sampai melihatnya meringis kesakitan. Mungkin hal itu akan dimanfaatkan oleh mereka untuk semakin mengerjainya.

"Raya!" Tiba-tiba seseorang berlari ke arahnya tepat ketika kakinya menginjak anak tangga yang paling dasar. Raya kembali membuang napas dan mempercepat langkah.

"Tungguin dong— eh?" Kayla terkejut begitu dia melihat wajah Raya yang penuh keringat.

"Lo gak apa-apa?" Kayla mencoba menyentuh wajah Raya namun tangannya dengan cepat ditepis oleh gadis itu.

"Gue gak apa-apa. Lo bisa pergi."

"Nggak! Lo gak baik-baik aja, Ra. Muka lo pucat banget, sumpah. Keringetan juga. Lo sakit?"

Raya menggelengkan kepala. Dia ingin sekali cepat-cepat pergi dari sana.

"Lo pulang sama gue, ya?" tawar Kayla. Dia menatap Raya dengan raut khawatir.

"Enggak usah. Gue bisa pulang sendiri."

"Lo lagi sakit, Ra. Lo bisa pulang sama gue. Nanti gue sama bokap gue—"

"Enggak! Lo ngerti gak sih?! Kalo gue bilang gak mau, ya nggak mau! Lo gak berhak maksa! Paham?!"

Kayla terkejut begitu Raya membentaknya. Apalagi koridor masih cukup ramai, sehingga orang-orang kini memerhatikan mereka. Raya menatap mereka sekilas sebelum akhirnya berlari menjauh.

"Raya! Raya!"

Raya tidak memedulikan teriakan Kayla. Saat ini dia hanya perlu menjauh dari orang-orang.

Tiiinnnn

Raya terjatuh begitu dirinya hampir tertabrak motor yang baru saja keluar dari parkiran.

"YA ALLAH GUSTI! LO NGAPAIN SIH LARI-LARI? SENGAJA MAU GUE TABRAK YA BIAR KAYAK DI ADEGAN NOVEL?"

Tadi Kayla, dan sekarang Angkasa. Lengkap sekali beban Raya di sekolah. Dia selalu dikelilingi orang-orang cerewet nan menyebalkan.

Raya mengabaikan ucapan Angkasa dan segera pergi menjauhi lelaki itu. Namun ternyata Angkasa diam-diam mengikutinya dari belakang menggunakan motor.

"Heh! Lo gak apa-apa?" tanya Angkasa. Dia menyadari gelagat aneh Raya.

"Perut lo sakit gara-gara tadi? Woi! Jawab dong! Makan pedes emang bisa bikin budek, ya?"

"Lo bisa diem gak sih? Lebih baik lo pergi."

Angkasa mengerjap. Tiba-tiba dia tertawa. "Gue gak salah denger? Lo baru aja ngusir gue? Wow. Seorang Angkasa Danial yang gantengnya melebihi Manurios diusir sama mahluk penghuni pohon beringin. Ckckck."

Raya : The Girl Who Hides a Thousand Secrets ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang