40. Membaca Pikiran

158 25 2
                                    

"Pacaran?" Kening Yuli berkerut. Bersamaan dengan itu, sebuah motor terlihat berhenti di depan pagar.

"Ternyata Raya itu gadis yang nolongin saya sewaktu saya dihadang sama preman. Ehh tahu-tahunya dia pacarnya Angkasa. Kebetulan banget."

Yuli tersenyum simpul. Dia merasa seperti ada sesuatu yang salah. Jelas dia pun tahu kalau Angkasa dan Raya tidak pacaran. Jangankan pacaran, berteman saja Yuli ragu mengingat Raya selalu acuh tak acuh pada lelaki itu. Pasti ada sesuatu yang membuat Intan salah paham.

"Lo tenang aja, ntar gue jelasin semuanya ke nyokap gue," ucap Angkasa. Raya membuang napas. Jujur dia merasa kesal karena mamanya Angkasa malah salah paham. Dia sendiri tidak tahu harus menyalahkan siapa. Tapi di sisi lain, gadis itu merasa ... Entahlah. Seperti ada sesuatu yang menggelitik perutnya.

"Makasih," ucap Raya seraya mengangkat sebuah paper bag.

"Iya. Kalo gitu gue pulang."

"Hm." Setelah motor Angkasa menjauh, Raya pun segera masuk ke rumah. Tepat di ambang pintu, Yuli tampak bersidekap sembari memasang senyum aneh.

"Tante Intan udah cerita semuanya."

Raya membuang napas. "Salah paham. Ucapannya gak bener kok."

"Tapi kayaknya dia seneng kalo kamu sama Angkasa beneran pa—"

"Ma!"

Yuli langsung menutup mulutnya dan menahan tawa. Dia menatap sebuah paper bag yang dibawa Raya.

"Itu apa, Ra?"

"Tadi Tante Intan kasih ini. Katanya oleh-oleh dari kerabatnya yang baru pulang dari Malaysia."

"Wah, baik banget. Oh, iya. Katanya kamu pernah nolong Tante Intan, ya?"

Raya mengangguk. "Hm. Udah lama banget sih. Ternyata dia mamanya Angkasa."

Yuli terkekeh. Lagi-lagi kebetulan. Tuhan memang tidak pernah kehabisan akal.

💫

Kayla baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Gadis itu segera turun menuju meja makan.

"Papa belum turun, Ma?" tanyanya.

"Belum, lagi ada tamu."

Kening Kayla berkerut. "Tamu? Malam-malam begini? Kok enggak ngobrol di ruang tamu aja?"

"Mama gak tahu. Mungkin penting banget."

"Sepenting itu, ya?" Kayla langsung menarik salah satu kursi dan mendudukkan tubuhnya.

"Tamunya Papa ganteng loh kak." Tasya yang duduk di sebelahnya tiba-tiba berucap.

"Ganteng?"

Mamanya tertawa pelan. "Masih muda, kayaknya salah satu murid di sekolah kamu juga. Beberapa kali ke sini."

Satu sekolah? Jangan-jangan ...

Kayla langsung beranjak dari kursinya dan meninggalkan meja makan, membuat sang mama menatapnya bingung.

"Makan malam dulu, Vin."

"Hehe. Nggak usah, Pak. Saya ada janji sama temen-temen."

Langkah Kayla terhenti saat itu juga. Dia melihat Gavin yang berjalan menuju pintu rumahnya.

Raya : The Girl Who Hides a Thousand Secrets ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang