36 Seorang Teman

39 4 0
                                    

Seorang teman sejati adalah seorang yang rela berkorban tanpa ada pamrih namun saling menguatkan

* * *

"cepat masuk" titah Ulan lalu tiba tiba munculah banyak zombie dibalik pintu yang dihancurkan oleh zombie yang masuk pertama dan mereka yang datang adalah zombie dengan berbagai level baik dari level satu dan bahkan sepertinya sudah ada yang sampai ke level lima.

"owhhh shiit" kemudian Ulan malah berlari keluar "tolong balaskan dendamku ya" ucap Ulan sambil tersenyum lalu mempererat pegangannya pada sabit sekaligus merebut sabit yang dipegang oleh Amel dan saat ini Amel panik bukan kepalang bagaimana tidak kini dia sendiri disana bahkan temannya Ulan malah pergi berkorban demi dia "tapi aku tidak bisa diam saja disini dan membuat pengorbananmu sia sia" batin Amel dengan air mata yang mengalir deras karena penuh rasa tak rela.

"cepatlah aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi" ucap Ulan sedikit berteriak panik karena Amel masih berdiam diri didepan pintu masuk ke lorong "maaf ya ulan aku pergi dulu " ucap Amel pelan dan terpaksa namun Ulan dapat mendengarnya dengan sangat jelas.

"balaskan dendamku pada zombie keparat ini jika bisa binasakanlah orang yang telah membuat virus ini" teriak Ulan lalu tersenyum kearah Amel lalu kembali berfokus kelawannya yakni zombie dengan level yang masih rendah.

Kemudian dengan sangat berat hati Amel pun pergi dan hilang ditelan lorong gelap yang kini mulai terang.

Tak lupa Amel juga kembali menutup pintu lorong dengan menekan suatu tombol diujung tangga seperti yang sigit lakukan waktu itu dan tertutuplah pintu lorong.

Sedih memang dengan meninggalkan seorang teman sejati yang rela berkorban demi temannya dan kini Amel hanya menyusuri lorong dengan gontai karena fikirannya sudah campur aduk dengan apa yang terjadi barusan waktu pun berlalu sampai Amel tidak menyadari bahwa lampu lorong yang nyala dan mati satu persatu mengikuti langkah yang penuh kesedihan dan rasanya sangatlah sesak sekali dada ini melihat orang lain berkorban demi dirinya.

* * *

"hey Ulan mengapa kau tidak lari saja bersama Amel dan dengan cepat tutuplah pintu masuk dan kita bisa melawan virus ini bersama sama" batin Sigit dan tak terasa semua orang diruangan ini mengeluarkan air mata haru bahkan termasuk Alan sekalipun tak mampu menahan bendungan air matanya.

Tapi mereka masih setia memperhatikan bagaimana lincahnya seorang ulan ketika sedang merasa emosi dan sekaligus bisa dibilang bahagia karena dari wajahnya selalu terlihat rona senyum yang berarti dan kami disini tidak menyadari bahwa ulan ternyata sudah membunuh lebih dari sepuluh zombie level rendahnya dan tersisa lima zombie level lima yang kini tersenyum karena melihat mangsa yang sudah kelelahan dan terpojok sekaligus amarah karena teman zombie lainnya sudah tak berdaya ditangan Ulan.

Tapi yang mereka lihat dari raut wajah Ulan bukanlah ketakutan tapi keberanian dan amarah yang menggebu gebu walau sudah dikepung oleh lima zombie tidak ada kata pasrah dan gentar dengan keadaan yang sangat mencekam sekalipun.

Dengan senyuman yang masih terpancar Ulan mulai memacu emosi dan berlari dengan kedua tangan memegang sabit dengan eratnya groooooh! ditambah teriakan zombie yang menggelegar tidak ada rasa takut sekalipun Ulan masih terus berlari dan mengayunkan sabitnya untuk menyerang tapi grep! satu tangan zombie berhasil menggapai leher Ulan dan mengangkatnya dengan satu tangan.

Dengan meihatnya saja dada ini rasanya sesak bukan main tapi tidak dengan Ulan dengan keadaan seperti itu saja dia tetap menyerang sapai cengkraman tangan zombie di lehernya mulai mengendor tapi jleb! tiba tiba satu tangan zombie berubah menjadi tajam seperti tombak dan menusuk menembus jantung.

"tidaaakk!!" Mereka semua sudah tak kuasa melihat bagaimana perjuangan terakhir Ulan dimedan laga bahkan suara tangispun memenuhi ruangan ini.

Dengan hancurnya jantung, Ulan masih bisa bergerak dengan sisa kekuatan yang dimilikinya untuk penyerangan terakhirnya yakni dengan mengaitkan dan mengayunkan sabitnya ke pundak leher brukh! dan kedua zombie pun tiba tiba roboh dan selaligus menjatuhkan Ulan.

Tapi tak hanya itu saja bahkan sisa ketiga zombie malah menyerang Ulan yang kini sudah tak bernyawa lagi dengan pukulan terkuat ketiga zombie sampai kepala dan badan Ulan hancur tak berbentuk.

Isak dan tangis mereka semakinpecah dan menjadi jadi tak bisa berhenti tapi walaupun begitu mereka masih tetap melihat keadaan Ulan yang anehnya zombie yang besar ini malah meninggalkannya tanpa memakannya sedikitpun tapi malah mencoba menghancurkan pintu masuk menuju lorong rahasia.

"oh tidak Amel dia mungkin masih dalam perjalanan menuju ujung lorong" ucap Sigit syok.

"hey apa kalian baik baik saja kok kalian semua menangis dan oh pak kau juga" tanya Fian dengan begitu polosnya yang membuat semuanya kaget karena ia yang tiba tiba muncul.

"sudahlah ini tidak perlu difikirkan, mm.. apakah matras pendaratan mesin waktu Masih belum disimpan ke gudang Fian" tanya Alan mengganti topik.

"masih aku belum sempat karena harus menyiapkan yang kau pinta pak, mm maksudku Alan" jawab Fian "mm memang ada apa Alan?" tambah Fian bertanya yang masih saja canggung ketika berbicara dengan Alan.

"oh tidak papa, kita hanya akan kedatangan tamu saja" jawab Alan.

"wah siapa tuh apa dari alamat lain" tanya Fian penasaran masih belum mencerna apa yang sedang terjadi.

"bukan dia adalah teman mereka yang tertinggal" jawab Alan sambil melirik ke arah Sigit dan kawan kawan.

"oh, dan kalian menangis karena bahagia yah karena teman kalian akan menyusul kemari" ucap Fian sambil tersenyum ramah tapi bukan jawaban yang mereka berikan tapi air mata yang masih deras mengalir karena telah kehilangan seorang sosok teman yang belum Fian ketahui.

Setelah sadar bahwa Alan menatapnya dengan tajam Fian kemudian mengahmpiri Alan dan Alan berbisik kepada fian "mereka telah kehilangan satu orang sosok teman dekat jadi tolong jangan dulu memperkeruh suasana hati mereka ya" lalu Fian hanya mengangguk dan faham akan sesuatu yang terjadi di sini dan ia kini merasa sangat bersalah.

Tapi tidak berhenti sampai disana saja kekagetan mereka karena ternyata ketiga zombie level lima itu sudah bersusah payah untuk menghancurkan pintu masuk menuju lorong namun tidak terjadi apapun selain retakan saja pada keramiknya dan yang membuat kami sangat bingung adalah apa tujuan mereka menghancurkan pintu masuk itulah yang membuat tanda tanya besar untuk kami semua.

"grrr grrrr grrrrrrg grr grrrrr" terdengar suara zombie itu seperti mengobrol satu sama lain.

"tcih!!, mereka ternyata makin pintar saja" ucap Sigit kesal dan emosi.

"maksudmu?" tanya Ayip masih mencerna ucapan Sigit.

"apa kau tidak lihat mereka seperti mengobrol" jawab Sigit yang masih berfokus pada layar "hey apa itu?" tambah Sigit terkejut melihat apa yang terjadi.

"plak" ketiga zombie itu menggabungkan tangan kanan mereka membentuk sebuah genggaman besar.

Ini membuat mereka semakin kebingungan dengan yang zombie itu lakukan termasuk Alan dan Fian yang memperhatikan tayangan di monitor.

Tiba tiba tsing! brakh! brukh! jrash! buuum!

Keanehan makin banyak dan tintangan pun semakin sulit apakah mereka bisa melaluinya

Jangan lupa folow akunku @Dylan_Dary biar akunya makin hepi dan tambah semangat hehehe.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya dengan mengklik tanda ⭐ dan juga comment ya

Revisi 10-08-2020

(SASATZ)SCHOOL ATTACK "Survival Againts The Zombies" REVISI BentarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang