38. Kelinci Percobaan

47 6 0
                                    

Jadilah pribadi yang tidak terus bergantung pada orang lain agar kita tidak dijadikan mereka kelinci percobaan yang hanya untuk kepentingan masing masing

* * *

"kyaaa" Asih tiba tiba berteriak dan membuat ketiganya kaget bukan main bahkan termasuk orang yang tadi mengajak mereka pun ikut melirik kebelakang lalu kembali lagi keposisi semula setelah melihat sorot mata Asih yang tertuju pada kelinci percobaanya.

"apa? Kenapa?" tanya ketiganya serempak.

"aaaapa itu?" tunjuk Asih dan wajahnyapun kelihatan pucat sekali dan ketiganya pun melihat apa yang dia tunjuk dan dilihat oleh Asih.

Mereka kaget dan juga tak percaya dengan yang dilihatnya didalam ruangan berukuran sepuluh kali sepuluh meter yang sepertinya ditutupi oleh kaca anti peluru yang sepertinya telah diperkuat lagi.

"hey tunggu dulu apakah itu seekor naga!! bukankah naga hanyalah sebuah dongeng belaka?" tanya Rudi tak percaya yang juga tak  kalah kagetnya dari Asih.

"ehhhhm" orang yang tadi menyuruh mereka untuk mengikutinya berdehem sembari melirik jam di tangan kirinya, sepertinya dia kesal menunggu mereka karena mereka berempat belum terbiasa dengan segala sesuatu yang serba wooow disini.

"eh ayo sob ada yang sudah menunggu kita" ucap Sigit sedikit kaget dan juga malu karena mereka tidak tepat waktu mungkin karena tadi dia berdehem sambil melirik jam ditangan kirinya.

Mereka pun kembali mengikutinya dengan perasaan canggung dan juga terlalu takjub dengan sesuatu yang sangat langka dan juga aneh disini.

"hei bung aku mau nanya" ucap Rudi mencolek lengan Sigit dan dijawab hanya dengan deheman.

"ngomong ngomong ini tuh stadion sepak bola atau lab sih? soalnya luas banget sejauh mata memandang" tanya Rudi berbisik.

"lihat aja dulu nanti mungkin kita juga mengetahui seluk beluk lab ini" jawab Sigit yang juga berbisik padanya tapi yang lainya hanya cuek karena terlalu takjub dengan suasana ini bahkan sulit untuk diungkapkan dengan kata kata.

  Tak lama kemudian pria yang belum memperkenalkan dirinya itu berhenti tepat di tengah garis kotak utama pada lantai lab itu dengan jari jarinya sekitar satu meter.

Namun karena mereka masih buntu pengetahuan tentang lab ini membuat mereka hanya diam memaku sekaligus bingung ketika pria itu diam dengan jarak dua meter didepan mereka.

Dia langsung berbalik lalu menyilang tangan didada sambil menggeleng gelengkan kepalanya dengan tatapan tajamnya seperti elang yang hendak memangsa mangsanya.

Melihatnya seperti itu mereka berempat seakan sulit untuk bernafas karena saking takut dan juga geroginya.

"eh kalian jangan takut begitu dong gak enak dipandang tahu mending sini deketan biar akrab, ya gak?" ucap pria itu ramah dengan senyum tulusnya.

Tapi walau begitu mereka malah semakin bingung dengan sikapnya itu yang tiba tiba sangat ramah dan keempatnya juga masih tetap diam memaku.

"hey ayo sini dong kalau gini terus kapan akrabnya?" ucap pria itu masih ramah dengan senyum tulusnya.

Yah karena dia terlihat meyakinkan Sigit pun mulai maju dengan sedikit ragu dan perlahan lahan mendekatinya disusul dengan Ayip, Rudi dan juga Asih.

"mmm apa kalian bisa maju sedikit lagi didepan garis lantai ini secara berjajar" ucap pria itu sesopan dan seramah mungkin sambil menunjuk garis lantai didepan mereka dan keempatnya hanya menurutinya saja tanpa berbicara sepatah katapun dan keanehan barupun muncul ketika dia menekan salah satu tombol pada remot yang baru dikeluarkan dari saku jas lab nya.

"sebenarnya apa yang akan dia lakukan sih" batin Sigit penuh dengan rasa curiga.

"silahkan duduk dulu ya dan buatlah diri kalian senyaman mungkin" ucap pria itu ramah tanpa menyebutkan dimana mereka berempat harus duduk.

Tapi bukannya Sigit tambah curiga malah menjadi bingung dibuatnya termasuk ketiga temannya juga, ya kan karena disekitar mereka dari tadipun jauh dari kata bangku kosong atau apapun hanya ada sesuatu yang menakjubkan disana.

"hey kok masih pada berdiri sih, silahkan duduk manis, nanti teman ngobrol kita akan segera sampai" ucap pria itu seramah mungkin lalu mempersilahkan kami duduk.

Tapi saat mereka akan langsung duduk manis dilantai ternyata sudah ada kursi seserhana namun menawan "kapan kursi ini ada di belakang perasaan tadi tidak ada apapun bahkan tidak ada suara kemunculan kursi itu sama sekali?" pikir mereka.

Mereka pun kemudian duduk dan setelah duduk munculah kejadian yang membuat perut sakit karena tertawa.

"nah begini kan enak" ucap pria itu yang kemudian hendak duduk namun sebelum kami mencegahnya untuk langsung duduk terambat sudah.

Brukh! "aduh bokongku" ucap pria itu kemudian mengusap bokongnya yang sakit.

"bwahahah" mereka pun tidak kuat lagi menahan tawa bahkan Rudi tertawa sampai terpingkal pingkal sampai mengeluarkan air mata namun dalam sekejap tawa itu lenyap ketika pria itu kembali ketatapan elang yang mengintai mangsanya sampai Rudi yang tadi tertawa dengan sangat kerasnya kini meneguk salifa pun rasanya sulit seakan nyali ciut.

Tapi yang membuat dia terkejut adalah dengan tatapan membunuhnya ia tersenyum "maaf aku lupa ternyata kursiku belum muncul" ucap pria itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Kemudian pria itu mengeluarkan remot dan menekan tombol yang entah apa gunanya, tiba tiba munculah sebuah kursi dibelakangnya mereka tak henti-hentinya takjub dengan segala sesuatu yang makin waw saja.

bukgh! pria itu duduk dengan nyamannya dan kemudian menarik apa itu pengaman, yah entahlah kemudian diapun berkata "cepat kalian juga pakai" titah pria itu dengan tatapan elang dan sifat dinginnya yang terlihat menakutkan.

Yah mereka tak bisa berbuat apapun selain menurutinya karena rasa takut gerogi tapi anehnya kami tetap percaya pada pria itu yang sampai sekarang belum memperkenalkan dirinya padahal dia sudah tahu nama keempatnya.

Keanehan demi keanehan ruangan ini pun kembali muncul yaitu tiba-tiba saja ada kaca yang mencuat menyerupai tabung yang mengurung mereka didalam tapi udara di dalam masih sangat segar dan fresh tanpa polusi.

"sepertinya ada yang tak beres disini ..." batin Sigit bingung melanjutkan apa isi hati yang ingin dibebaskan diruang sempit ini ditambah dengan kemunculan kaca tabung ini membuat mereka juga seakan kaku digerogoti rasa takut dan penasaran terutama rasa talkjub.

"hey" ucapnya mengagetkan kami "sepertinya kalian jadi semakin canggung aja gak enak di pandang tuh muka kayak tembok" ucap pria itu seperti tanpa dosa.

"heheee" gumam mereka tertawa kecil sambil menggaruk kepala yang tak gatal.

"oh ya aku lupa belum memperkenalkan diri ya? sepertinya ini juga yang membuat kalian jadi canggung kan" tanyanya.

Yaaah mereka hanya bisa tersenyum dan menggaruk kepala yang tak gatal.

"sudah kuduga ternyata" ucapnya menduga dengan kemungkinan sekitar sembilan puluh persen sebuah fakta kebenaran.

"kenalkan namaku reza" ucapnya memperkenalkan dirinya yang bisa disebut sangat terlambat.

Mereka mengangguk "dan ak..."

"aku sudah tahu nama kalian" potongnya tanpa dosa dan sekaligus membuat keempatnya melongo bagai orang bego, gimana lagi dia bisa kenal kami ketemu saja baru sekarang "apa mereka seterkenal ini kah" batin Sigit bertanya tanya.

Tapi Reza kembali mengeluarkan remot pengendali dari sakunya yang sekaligus membuat mereka was was seketika.

swussshhh!

"kyaaaa" keempatanya berteriak sekencang kencangnya dengan kesadaran setengah melayang ketakutan.

Kenapa mereka? Apa yang terjadi?

Jangan lupa folow akunku @Dylan_Dary biar akunya hepi dan tambah semangat hehehe

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian semua dengan mengklik tanda⭐ dan juga comment ya.

Revisi 14-08-2020

(SASATZ)SCHOOL ATTACK "Survival Againts The Zombies" REVISI BentarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang