Cium

439 44 2
                                    

Ingin bertahan, tapi yang di pertahankan berlari meninggalkan


Hujan deras mewarnai malam yang terasa semakin kelam, tak ada bintang dan bulan yang terlukis apik di langit malam, menemani seorang laki laki yang sedang meratapi hidupnya yang kian berantakan

"Ma... Andai aja mama masih ada aku gak bakalan jadi kaya gini" lirih Arsen, ia sedang meratapi bingkai foto mamanya

"Ma... Aku harus gimana? Aku cape ma,.. Arsen cape hidup sama papa ma, Arsen berasa hidup sendiri ma" lirih Arsen lagi ia mengelus lembut bingkai foto mamanya itu

"Ma... Kalo Arsen ikut mama boleh gak? Arsen kesel ma harus pencitraan terus" tumpah sudah pertahanan Arsen selama ini, ia akan terlihat sangat rapuh saat memandang wajah cantik mamanya yang masih apik di dalam bingkai foto itu

"Semua ini gak akan serumit ini kalo mama masih ada di samping aku" Arsen mencium dengan penuh cinta foto mamanya itu. Setelahnya ia tidur tanpa berniat mengobati luka di bagian muka tampannya itu

Flashback On

Arsen pulang dari makam mamanya, ia juga barusaja pulang dari rumah Diva, saat sampai di rumah bukannya dapat sambutan baik dari sang papa melainkan tatapan tajam dan mengidentifikasi milik papanya membuat ia risi

"Apa?" tanya Arsen ketus, Pandu menghela napas karena perkataan ketus anaknya

"Darimana kamu jam segini baru pulang?" tanya Pandu, Arsen tak mengindahkan pertanyaan Pandu

"Kepo!" ketus Arsen ia tau apa yang ada di dalam pemikiran Pandu yaitu pencitraan

"Kamu mau kan restuin papa sama tante May?" tanya Pandu, ia berharap mendapat restu dari anak semata wayangnya

"Pa... Jangan bahas itu lagi deh, papa juga bakalan tau jawaban aku" ketus Arsen, lantas ia meninggalkan Pandu, tapi Pandu tak tinggal diam ia menghampiri anaknya

"Kenapa sih kamu gak mau restuin hubungan papa?" tanya Pandu ia penasaran kenapa anaknya ini sangat tidak mau menerima hubungannya dengan May

"Pah.. Papa itu sadar gak si? Papa itu cuma di manfaatin sama tante May, emang papa buta? Oh iya papa buta sama pesona tante May! Apakah itu yang di sebut cinta?" tanya Arsen, Pandu geram dengan anak semata wayangnya itu lantas ia melayangkan pukulan mengenai rahang kokoh Arsen

"Terus pah, terus... sejak mama meninggal dan papa kenal tante May papa semakin kasar sama aku, papa lupa sama aku papa jadi gila kerja... Yang ada di pikiran papa cuma satu JALANG BERNAMA MAY ITU" Arsen kesal bukan main, ia berteriak kencang di hadapan papanya, orang yang sangat ia banggakan dulu. Sangking kesalnya sampai ia mengatakan apa yang seharusnya tidak ia katakan, tapi bagaimana lagi udah terlanjur juga dan itu juga kenyataan kan?

"Jaga ucapan kamu Arsen" kesal Pandu ia jadi ikut terlulut emosi

"Apa papa gak terima? Iya kan bener? Papa kenal sama tante May itu karena papa sempet main sama jalang itu, sampe papa kesemsem sama dia iya kan?" sentak Arsen, Pandu pun kelap ia memukuli Arsen tanpa ampun, Arsen tak mengelak biarkan begini sakit fisiknya tak seberapa di bandingkan dengan sakit hatinya

Pandu tersadar dengan perbuatannya saat Arsen sudah babak belur Arsen masih setengah sadar ia berkata "Udah puas pa pukulin akunya demi jalang yang bisa di beli itu?" tanya Arsen ia masih sempat membawa bawa jalang itu di percakapannya

ABSTRAK GIRLS  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang