1. PROLOG

27.9K 660 73
                                    

~Happy Reading~

Dariku untuk luka.
Setelah sekian lama kau menyayat hati ini. Entah, berapa kali pula aku membiarkannya.

Tidaklah mudah jika harus bersahabat denganmu wahai luka, apakah ini hanya kebetulan? apakah memang sudah takdirku?

Aku berjalan di lorong-lorong di tengah pekatnya malam, menghentak-hentakan kaki dengan kasar. Saat ini, keadaanku tengah kacau ibu meninggalkan untuk selamanya. Ayah? Tak usah tanyakan dia, yang ia tahu hanya mabuk dan mabuk.

Aku hidup dengan penuh kesederhanaan, bahkan untuk membiayai hidup saja, aku harus banting tulang. Menyisihkan waktu kuliah untuk bekerja.

Aku anak tunggal dari keluarga Wijaya, Namaku Dyandraa Catline Wijaya. Semua orang menanggilku dengan panggilan Andraa tapi tidak dengan dia yang memanggil dengan sebutan Dyan.

Aku mempunyai teman sekaligus saudara untukku, kami bersahabat ketika memasuki masa putih biru, hingga kami memasuki masa putih abu. Dia yang mempunyai kepribadian tomboy, dia adalah Larissa Andriani. Aku memanggilnya dengan sebutan Ica. Mungkin, antara aku dan Ica kami bagaikan langit dan bumi. Ica terlahir dari keluarga yang berada. Tetapi, harta dan status bukan tolak ukur bagi persahabatan kami.

Sampai tibanya, masa putih abu selesai. Awalnya aku sempat berpikir tidak akan melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, jika dipikir kembali keinginanku untuk menjadi seorang dokter tidak mau jika hanya sebatas angan saja.

Aku memasuki salah satu Universitas ternama di Jakarta. Aku sempat tak percaya jika aku akan mendapatkan beasiswa untuk memasuki Universitas itu. Suatu kebahagiaan terbesarku.

Besok adalah hari pertama aku mengikuti ospek, kata orang sih mahasiswa baru diperlakukan layaknya tamu. Ah, jadi tak sabar ingin segera esok pikirku dengan senyuman.

Memang moodku gampang untuk dirubah yang tadinya sangat melankolis sekarang malah cekikan sendiri.

Sudah malam begini aku masih saja berkeliaran di luar, tadinya hanya iseng mencari angin, dan menenangkan pikiranku. Tapi, ntah kenapa jika aku membayangkan betapa kerasnya hidup ini aku selalu menjadi lemah.

Tidak lama kemudian pun aku memutuskan untuk pulang, sepertinya hujan akan kembali membasahi bumi, layaknya air mataku yang selalu membasahi kedua pipiku.

Tok ... tok ... tok ....

"Ayah? Andraa pulang!"

Tidak ada jawaban.

Apa ayah keluar lagi? Selalu saja begitu. Untung saja aku mempunyai kunci cadangan.

Ceklek!

Pintu pun terbuka, dengan segera aku memasuki rumah. Merebahkan tubuhku di kasur yang hanya cukup untuk satu orang saja, tapi itu adalah tempat ternyaman untuku. Aku menatap langit-langit kamar, rasanya aku tak sabar ingin segera berjumpa dengan hari esok. Tak butuh waktu lama aku mulai memejamkan mataku dan menuju alam bawah sadar.

TBC dinext chapter❤🎉

Aku dan Luka [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang