51. Hancur

5.8K 203 4
                                    

~Happy Reading~

Tidak terasa kini waktu sudah menunjukan tepat pukul 18.00 wib. Tampaknya, aku terlalu senang dengan suasana ini, sampai aku tidak menyadari waktu kian memepet. Di kamarku masih ada Gysella dan Mama. Bahkan, kini mereka yang merias wajahku, tanganng begitu telaten, mereka terlihat sangat kompak satu sama lainnya.

Aku hanya tersenyum saat melihat mereka yang sibuk dengan make-up, kebahagiaan ini tidak pernah aku dapat kan sebelumnya. Dan aku berpikir mungkin akulah gadis yang paling bahagia hari ini, meskipun masih ada yang kurang. Yaitu, Julian.

"Ma? Lihat Andraa, sedaritadi dia hanya senyum-senyum sendiri, aku takut ada yang salah dengan sarafnya," ejek Gysella dengan tawa kecilnya, membuatku sedikit tersinggung.

"Karena, aku bahagia, sungguh!" tegasku seraya terkekeh pelan.

"Ah, daritadi kita kayak gini terus, jadi kapan selesainya ini. Yaampun," ucap Gysella.

"Maafkan, aku. Aku terlalu terbawa suasana," sangkalku.

Mereka hanya tertawa kecil mendengar alasanku, dengan telaten jari-jari mereka kembali merias wajahku. Sudah 30 menit berlalu kami bergelut dengan yang namanya make-up, dan tibalah di puncaknya, aku sudah sial dengan make-up ala Mama dan Gysella. Aku melihat pantulan wajahku di cermin, dengan percaya dirinya aku mengatakan jika malam ini aku terlihat sangat cantik bak bidadari.

Make-up yang tidak terlalu menor, rambut yang ditata rapi dengan beberapa hiasan terkesan sangat imut dan elegan, apalagi di tambah dress berwarna pink peach membuatku tampak sempurna malam ini. Oh ya, gaun ini sengaja Mama pilihkan untukku, aku hanya menurut saja dengan apa yang Mama sarankan saat itu.

"Ma? Apakah ini tidak berlebihan?" tanyaku. Setelah aku sudah merasa puas melihat penampilanku di cermin.

"Berlebihan bagaimana sih, Sayang?" hailah, Mama malah berbalik nanya padaku.

Bisa kalian simpulkan ini acara tunangan orang lain, kenapa aku yang harus repot-repot berdandan seperti ini.

"Ih, ya ampun. Pedenya! Lo masih terlihat biasa-biasa aja, Ndraa. Berlebihan dari mana, sih?" timpal Gysella.

"Masa, sih?" aku berkata tidak percaya. Ah, apa yang ada dipikiran mereka, aku berdandan lama seperti ini masih di bilang biasa saja? Coba tunjukan padaku yang luar biasa itu seperti apa? Huh, padahal aku ini sudah terlihat cetar membahana.

Mereka lagi-lagi terkekeh, sepertinya aku sedang dipermainkan oleh keduanya, benar-benar mencurigakan!

Oh, shit!

Apa jangan-jangan mereka merencanakan sesuatu? Apa jangan-jangan aku akan di jodohkan? Ih, tidak bisa dibiarkan. Aku menggelengkan kepalaku, dan sepertinya Gysella melihatnya.

"Woy! Lo kenapa, sih?" tuhkan benar, Gysella melihatku.

"Kak? Ma? Apa Andraa akan di jodohkan, ya?" ucapku dengan sedikit pelan dan ragu.

"Ma, Andraa nggak mau! Pokonya Andraa nggak mau, ya!"

"Ya ampun, Nak. Siapa juga yang akan jodohin kamu? Ini bukan zaman Siti Nurbaya! Jangan ngaco deh," balasnya.

Aku dan Luka [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang