~Happy Reading~
2 minggu berlalu ....
Waktu berjalan terasa cepat bagi seorang Dyandraa. Setelah acara masa ospeknya selesai kini gadis itu kian membaik. Entah, itu di kampusnya atau di rumahnya meski ayahnya yang tak kunjung pulang. Tidak ada Julian, tidak ada seniornya tidak ada problema seperti masa-masa ospeknya.
Kini gadis itu tengah berjalan menuju ke arah kantin, pasalnya ia sudah mempunyai janji dengan sahabatnya. Kantin yang tampak terlihat ramai dipenuhi mahasiswa, gadis itu celingak celinguk mencari seseorang di sana.
"Di sini." Larissa berteriak seraya mengangkat tangannya tapi tidak terlalu tinggi.
Andraa yang melihatnya segera menghampirinya, tanpa sengaja manik matanya melihat ke arah lelaki yang tengah santay dengan kedua sahabatnya. Siapa lagi kalo bukan Julian, Darren dan Kevin, lagi-lagi terjadi kontak mata antara keduanya.
"Bukannya itu cewek yang hobbynya kena hukuman itu ya?" tanya Darren yang melihatnya.
"Iya, bjir. Siapa sih namanya, selain cantik menurut gue dia tuh kek punya aura yang lebih gitu," timpal Kevin. Namun, tidak dengan Julian yang masih menatap tajam gadis itu, beberapa detik kemudian Andraa memutuskan kontak matanya dan berlalu begitu saja.
"Vin, maen ludo kuy?" ajak Darren seraya mengotak-atik ponselnya.
"Ogah ah ... bosen, mending maen yang lain aja Darr!"
"Main apa dong?"
"Talking angela aja, gimana?"
"Juli? ikutan gak ayo sini daripada bengong aja."
"Tau nih, lo liatin siapa sih?"
Tanpa menjawab pertanyaan dari kedua sahabatnya Julian hanya berlalu tanpa suara.
"Bangke, gini nih kalo ngomong sama tembok!"
"Cabut Darr!"
Mereka beranjak meninggalkan kantin dan segera mengekori kemana perginya Julian.
"Lo kali-kali bersuara napa!" pekik Darren, kini ketiganya sudah berada dikelas nya sebab mereka sama-sama memasuki fakultas IT.
"Apa?" Julian bersuara.
"Lo jadi orang dingin banget sih!"
"Masalah?" jawab Julian tanpa menoleh ia masih sibuk dengan bukunya.
"Udahlah Darr, lo kek gak tau si Juli aja!" timpal Kevin dengan santainya.
"Fyuhh ... btw, abis ini ada mata kuliah lagi gak sih?" tanya Darren.
"Kayaknya gak ada deh, nongkrong lah kita."
"Ayok di mana nih, gas lah bro! udah lama kita gak ngopi-ngopi."
"Caffe biasa, kuy gimana Jul?"
"Hmm," balasnya.
Setelah jelas jika kelas IT tidak ada mata kuliah lagi, mereka memutuskan untuk segera pergi ke tempat nongkrongnya.
"Buset dah, rame juga ya ternyata," ucap Kevin setibanya disana.
"Wajarlah weekend bro," jawab Darren.
Mereka memilih duduk dipojokan karena di sana tidaklah terlalu ramai pikirnya, apalagi Julian yang tak menyukai banyak orang. Hening memang favoritnya.
"Silahkan, mau pesan apa?"
"Gue cap-- eh lo 'kan mahasiswa yang sering kena hukuman itu?" ujar Darren kepada sang pelayan, ia sangat tahu jelas siapa pelayan itu, karena ia sudah beberapa kali melihatnya dan sangat familiar untuknya. Ya! dia adalah Dyandraa.
"Lo kerja di sini?" sambung Kevin yang melihatnya, sedangkan Julian hanya menyimak percakapan mereka.
Andraa hanya tersenyum sebagai jawabannya. "Silahkan mau pesan apa, ya?" ucap Andraa kembali.
"Gue cappuccino cincau."
"Gue Caffe americano aja, lo mau apa Jul?" tanya Kevin.
"Latte macchiato."
"Baik, tunggu sebentar ya."
Andraa pun berlalu meninggalkan meja tersebut, hatinya berdecak tak jelas sedari tadi. kenapa yang ia temui itu Julian dan Julian?
'Apa gue jodoh ya sama dia?' batinnya.
"Apaan sih lo, Draa. Ngarep amat dah," gumamnya.
"Sumpah gue pengen tau banget siapa namanya anjir. Nih ya ... gue denger-denger dia tuh bisa masuk Darothy karena dapet beasiswa, otomatis dong kepintarannya gak usah ditanyakan lagi," ujar Darren.
"Perasaan lo tau banget soal cewek itu?" sahut Kevin.
"Iyalah, gue kan nggak pernah ketinggalan gosip." Darren terkekeh dengan sombongnya.
"Bangga?" tanya Julian.
"Bangga dong!" Darren melipatkan kedua tangannya di dada.
"Selain dia pinter berarti dia juga pekerja keras banget, ya?"
Julian hanya menyimak, sepertinya ia mulai tertarik jika kedua sahabatnya tengah membahas gadis itu.
"Ini pesanannya, selamat menikmati." Andraa menghampiri meja Julian dn kedua temannya seraya membawa pesanan ketiganya. Andraa pun berlalu pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang bersuara kepadanya.
"Tunggu, btw nama lo siapa sih?" tanya Darren, yang menjadi alasan kenapa langkahnya Andraa terhenti.
"Dyandraa," jawabnya lalu meninggalkannya.
"Nama yang cantik," sahut Kevin.
"Macam orangnya," kekeh Darren.
'Kenapa jantung gue kalo liat kak Julian kek mau copot ya?' batin Andraa
Sedangkan Julian? lagi-lagi ia acuh tak memperdulikannya, lagian itu bukan hal yang penting baginya. Meski terkadang gadis itu bisa membuat hatinya bertanya-tanya siapa dia.
"Bro?" panggil Kevin kepada Julian yang masih sibuk dengan bukunya.
"Lo mau sampai kapan sih sikap lo begini terus?"
"Kurangin lah sikap dingin lo, ya minimal ke orang terdekat lo lah,"
"Susah."
"Susah karena lo gak niat,"
"Emang!"
"Haduh serah lo lah Julian jarot!"
"Daroth man! bukan jarot!"
"Ya, suka-suka gue lah bambang!"
"Kevin woy! Sejak kapan nama gue jadi Bambang cok!"
"Nama gue juga Darren bukan Ucok,"
"Suka-suka gue lah!"
"Gak bisa gitu dong,"
"BERISIK!" bentak Julian kepada dua sahabatnya, selalu saja tingkahnya seperti anak kecil apapun dijadikannya masalah, tak habis pikir dengan sahabatnya itu.
"Santuy mamhank gosa ngegad dong, ahhhh," ucap Darren dengan nada yang dibuat-buatnya.
"Kek anak kecil," ujar Julian dengan wajah datarnya.
"Siapa?"
"Lo lah!"
"Siapa yang nanya tolo," ujar Darren disertai tawa renyah nya,
"Sa ae lo kutil anoa," timpal Kevin.
"Darren gitu loh," jawabnya seraya menarik kerah kemeja dengan bangganya.
Sedangkan Julian, haduh dengan malasnya aku mengatakan dia lagi-lagi tak menggubrisnya, ntahlah dia tidak tertarik sama sekali dengan candaan receh sahabatnya, seperti tidak bermutu untuknya.
TBC dinext chapter❤🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Luka [Sudah Terbit]
Ficção Adolescente"Harusnya kamu cari uang yang banyak, bukan malah menghambur-hamburkan uang, Andraa!" Suara serak itu menginterupsi. Gadis itu terdiam. Sulit, jika dihadapkan dengan seorang ayah yang memiliki sifat tempramental, sejauh ini dia diam bukan berarti t...