31. Putus?

4.7K 188 3
                                    

~Happy Reading~

"Dyandraa!" teriak Julian dengan suara lantangnya, ia melihat seorang gadis tengah berjalan ke arah gerbang kampusnya, dia sangat yakin jika itu adalah kekasihnya. Dengan cepat Julian mengejarnya.

"Tunggu," tukas Julian ketika ia sudah berhasil menggenggam erat tangan mungil Andraa. Sedangkan gadis itu hanya menatap Julian penuh dengan rasa kecewa.

"Ca? Tinggalin gue sama Kak Julian," pinta Andraa. Larissa yang mendengarnya hanya pasrah mengiyakan. Sebab, tidak semua orang harus tau privasi orang lain meskipun itu termasuk sahabatnya sendiri.

"Pulang bareng aku, ya?" ajak Julian seraya mengenggam kedua tangan Andraa.

"Aku pulang sendiri aja," tolak Andraa. Jujur hatinya memang sakit tapi kenapa jika Julian sudah di dekatnya rasa kecewa bahkan rasa sakit itu hilang dalam sekerjap.

"Aku anter!" tegas Julian seraya menarik tangan Andraa untuk segera masuk ke dalam mobilnya.

"Aku bisa pulang sendiri," ucap Andraa. Namun Julian sama sekali tidak memperdulikannya.

Setelah mereka memasuki mobilnya, suasana begitu terasa hening dan canggung. Sedaritadi Andraa sama sekali tidak membuka mulutnya untuk berbicara, ia menatap ke arah jendela nampak hujan yang masih setia membasahi buminya.

"Sayang?" ujar Julian membuka suara mengikis suasana hening yang melanda diantara keduanya.

"Hmm?" Andraa melirik kearah Julian dengan senyuman yang penuh kedustaan.

"Maaf," tangan Julian mengelus tambut Andraa yang ia biarkan terurai begitu saja.

Namun, Andraa menepisnya dengan lembut. "Aku mengerti, tidak usah merasa bersalah seperti ini. Ada baiknya kita menyudahi hubungan ini, bagaimana?" ucap Andraa dengan berat hati ia mengatakan kalimat itu.

"Apa yang kamu katakan?" ujar Julian lalu menepikan mobilnya.

"Putuskan aku," pinta Andraa.

"Tidak, aku tidak mau!" tegas Julian.

"Aku hanya benalu," lirih Andraa. "Aku tahu kau terlihat masih begitu sayang kepada Gysella, lalu untuk apa kau mempertahankan aku? Untuk kau sakiti? Sepertinya tidak perlu, hidupku sudah terlalu dibanjiri dengan luka, kumohon tak usah kau tambah lagi,"

Tanpa basa-basi Julian langsung memeluk tubuh mungil Andraa membawanya jatuh di dalam pelukannya.

"Maaf, lagi-lagi aku menyakitimu,"

"Jika kau ada di posisiku, terus kau lihat aku tengah asik bersama laki-laki lain, apa yang akan kau lakukan?"

Julian mengecup kening Andraa, sungguh rasa penyesalan itu lagi-lagi menyelimuti dirinya. Bagaimana bisa ketika ia di dekat Andraa dan Gysella selalu berbeda rasa. Apa yang sebenarnya Julian mau?

"Maafkan aku," ucap Julian memelan.

"Aku tidak butuh maafmu, kumohon aku mau turun di sini saja."

"Rumahmu masih jauh, aku tidak akan membiarkanmu pulang sendirian,"

"AKU TURUN DI SINI JULIAN!" ujar Andraa dengan suara tingginya lalu berontak dari pelukan Julian.

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Aku sudah meminta maaf."

"Harusnya aku yang menanyakan hal itu, apa yang sebenarnya kamu mau?" lirih Andraa seraya menunduk ia tau tak lama lagi air matanya akan segera menerobos.

"AKU MAU KAMU DYANDRAA! KUMOHON JANGAN BERSIKAP SEPERTI INI, Sayang kumohon," ucap Julian memelankan kata terakhirnya, ia sudah meyakinkan hatinya agar tetap bertahan dengan Dyandraa, jika harus jauh lagi dari Gysella ia sudah siap lagipula dirinya sudah terbiasa.

"Mulutmu memang menginginkan aku, tapi tidak dengan hatimu."

"Haruskah aku pergi? Baru kau bisa merasakan arti dari ketulusanku? Kau tidak pernah tau rasanya ketika ketulusan dibalas dengan pengkhianatan."

"Aku janji, tidak akan mengulang kesalahan yang sama." Julian terus menerus meyakinkan Andraa, dari sorotan matanya sudah terlihat jika Julian mempunyai ketulusan untuk kekasihnya yang tak lain adalah Dyandraa.

Sedangkan gadis itu hanya diam seraya menundukan kepalanya, haruskah ia percaya atau tidak? Ah, serumit ini kah menjalin sebuah hubungan?

Julian sedikit mengangkat dagu Andraa, berharap sang kekasih memaafkannya, "Kau memaafkanku?" tanya Julian.

Namun, Andraa masih setia membungkam mulutnya. "Aku tau aku bajingan, aku pengecut, aku menyakiti gadis yang sudah benar-benar menyayangiku demi gadis yang sudah menyakitiku."

Lagi-lagi Andraa bungkam, rasa untuk Julian semakin hari semakin memuncak, tidak lah mudah jika harus melepaskan begitu saja, tapi disatu sisi ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, memaafkan atau menyudahi?

"Aku perlu waktu untuk memaafkanmu. Antarkan aku pulang, aku capek."

Julian hanya menatap Andraa penuh harap, hatinya gelisah ia takut jika harus kehilangan Andraa, tapi sialnya lagi mengapa hati ini selalu jatuh dalam rayuan Gysella. Wanita itu cukup handal membuat Julian dilema antara memilih Dyandraa atau Gysella, tapi kini Julian sudah memantapkan hatinya untuk tidak lagi jatuh ke dalam lubang yang sama.

Sesampainya di rumah, gadis itu dengan cepat keluar dari mobil kekasihnya, lagi-lagi Andraa sama sekali tidak membuka suara hanya untuk sekedar pamit. Tingkah Andraa membuat Julian semakin menyesal.

"Dyandraa?" ujar Julian dengan lembut seraya menahan tangan Andraa yang berusaha membuka pintu mobilnya.

"Tidak ada sepatah katapun yang ingin kau ucapkan padaku?"

Andraa menatap manik mata Julian, hatinya begitu tersentuh ketika Julian berucap, bukan keinginannya untuk bersikap seolah tidak peduli. Namun, ntah kenapa hatinya menolak keras untuk segera memaafkan.

"Aku benar-benar sayang," lagi-lagi Julian berucap tapi tetap saja tidak ada jawaban dari Andraa.

Sedangkan Andraa tidak tau harus senang atau sedih, kalimat itu terdengar begitu pilu ditelinganya. Tetapi Andraa berusaha kerasa menyembunyikan perasaanya.

Julian menggenggam tangan Andraa, menatap matanya dengan lekat berusaha meyakinkan Andraa akan ketulusannya.

Ah, ketulusan ya? Apa definisi dari ketulusan itu? Berbincang dan asik dengan gadis lain tanpa berpikir jika ia sudah mempunyai seorang pasangan? Itu kah yang di namakan ketulusan?

"Dyandraa, jawab pertanyaanku. Katakan padaku jika kau mencintaiku sama halnya aku mencintaimu bukan?"

Pertanyaan apa ini? Bukankah ketika seseorang mempunyai rasa cemburu itu adalah salah satu tanda jika seseorang itu sangat mencintainya?

"Cinta bukan sesuatu yang bisa di jelaskan dan di tunjukan dengan begitu mudahnya, kalau kamu mau tahu bagaimana aku mencintaimu, kamu harus tahu cara mencintai terlebih dahulu," ucap Andraa berlalu meninggalkan Julian.

TBC.

Aku dan Luka [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang