~Happy Reading~
Masih dengan keadaan hening yang menyelimuti diantara keduanya, tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut gadis itu. Apakah diam lebih baik?'Jawaban apa yang harus gue jawab?' batinnya.
Andraa melirik ke arah laki-laki itu yang senantiasa menatap ke arah depan. Apa yang ada dipikiran laki-laki itu sekarang? Yang jelas ia pun tidak tau. Apa ia masih setia menunggu jawaban darinya?
"Berteman dulu mungkin lebih baik," tutur Andraa dengan mulusnya. Semoga apa yang ia ucapkan tidak membuatnya tersinggung.
"Kenapa?"
"Karena melupakan itu dimulai dari sini," tunjuk Andraa ke arah dada bidang laki-laki itu. Julian hanya mengangkat alisnya sebelah seperti bertanya apa maksudnya.
"Ya ... di sini, karena itu tergantung hati lo, kalo lo mau bener-bener buat lupain semua balik lagi kediri lo sendiri, bukan menjadikan seseorang sebagai pelampiasan lo."
Julian terdiam ia mencerna setiap masukan yang Andraa lontarkan. Apakah dirinya memang harus seperti itu?
Andraa menarik nafasnya. "Fyuh, Yaudah ya ... gue pulang udah mau sore, gue harus kerja." Andraa bangkit dari duduknnya, ia tidak terlalu memikirkan ucapan Julian yang tiba-tiba mengungkapkan perasannya secara mendadak. Sebab, hatinya berkata hati Julian bukan untuk dirinya.
"Tunggu." Julian menahan tangan Andraa yang hendak berlalu.
"Hmmm?" jawabnya.
"Gue anterin," ajak Julian namun Andraa dengan cepat menggelengkan kepalanya lalu berkata "Gak usah, gue bisa jalan sendiri kok."
Tanpa menunggu jawaban dari Julian, Andraa dengan segera meninggalkan tempat itu.
'Semoga hati dan pikiran lo jernih kembali, apa yang lo ucapkan tadi adalah salah satu ketidak sadaran, gue gak mau jatuh terlalu dalam' batin Andraa seraya menatap Julian yang masih setia melihat kepergiannya.
"Arghggggh, gue nggak paham apa yang gue mau!" teriak Julian ketika matanya melihat sudah tidak lagi Andraa disekitaran danau.
----
Sinar mentari perlahan mulai menghilang meninggalkan keindahan yang hanya menyapa bumi dengan begitu singkat tergantikan dengan kehampaan malam yang sunyi.
"Vin, pindahin chanell nya. Apaan sih lo liat yang masak-masak begini dah, kayak ibu-ibu aja lo," ketus Darren tak suka.
"Nihya ... Darr, kadang cowok juga harus bisa masak, gimana nanti kalo Istri lo hamil?" sahut Kevin yang masih fokus menonton tayangannya.
"Istri? Bwaha ... hahaha ...," tawa Darren pecah membuat Kevin mengernyitkan dahinya tak mengerti.
"Kenapa lo? Sawan?"
"Eh curut, kuliah aja baru semester 3 so soan bahas Istri," ucap Darren dengan sedikit kekehan.
"Ya ... emang kenapa? Kan hidup harus punya planning."
"Serah yang tua aja dah, punya doi dulu baru pikirin planning kedepannya,"
"Berisik lo pada!" ketus Julian yang masih sibuk dengan bukunya.
"Tumben lo ngomong," timpal Darren namun pertanyaannya sama sekali tak mendapatkan jawaban dari Julian.
"Mampus emang enak kena kacang," sahut Kevin sedikit meledek.
"Permisii ... gofood," teriak lantang dari luar yang terdegar jelas oleh ketiganya.
"Lo pesen goofod, Vin?" tanya Darren pasalnya ia tidak memesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Luka [Sudah Terbit]
Novela Juvenil"Harusnya kamu cari uang yang banyak, bukan malah menghambur-hamburkan uang, Andraa!" Suara serak itu menginterupsi. Gadis itu terdiam. Sulit, jika dihadapkan dengan seorang ayah yang memiliki sifat tempramental, sejauh ini dia diam bukan berarti t...