27. Awal konflik

4.4K 186 4
                                    

~ Happy Reading~

Sorang gadis cantik nan mungil dengan dress putih yang ditutupi mantel pink peach itu tengah berdiri tegak di depan rumahnya, rambut yang tertata rapi tak lupa ia berikan sedikit hiasan agar telihat menarik, gadis itu kelihatannya sedang menunggu seseorang menjemputnya.

Gadis itu terlihat sangat berbeda, gadis yang biasanya berdandan seadanya, kini wajahnya dipoles beberapa make-up membuatnya terlihat sangat cantik bak bidadari di malam ini.

Gadis itu menatap jalanan sekitaran rumahnya, dari tadi tidak ada tanda laki-laki yang datang menjemputnya, sudah 15 menit dirinya menunggu, dan tiba-tiba mobil sport berwarna hitam pekat itu berhenti tepat di depannya, ia yakin jika itu adalah Julian, Julian kekasihnya.

Mata gadis itu melebar ketika melihat seorang pria turun dari mobilnya, sungguh ia sangat terpana oleh parasnya, laki-laki yang mengenakan kemeja hitam itu menghampiri dirinya, seketika jantung gadis itu berdebar sangat kencang.

Jantungnya dibuat berdebar tiada henti, perasaan gugup itu membuat tubuh Andraa gemetaran, ia tidak pernah merasakan gugup seperti ini, apalagi tatapan tajam dari Julian membuatnya semakin gugup.

"Berhenti menatapku seperti itu," protes Andraa dengan rasa gugupnya.

"Kau pergi ke salon?" tanya Julian, gadis yang berada didepannya sungguh terlihat cantik dimatanya, membuat netranya tak ingin berhenti memandang.

"Tidak, aku berdandan sendiri, aku jelek ya?"

"Tidak, bahkan kau terlihat cantik, sangat cantik bak bidadari, Sayang," puji Julian, membuat Andraa tersipu malu.

Andraa tak membalas pujian dari kekasihnya, ia hanya tersenyum manis kepada Julian, tanpa basa-basi Julian membukakan pintu mobilnya untuk Andraa. Ah, sungguh romantis sekali.

Suara gemuruh dari kendaraan itu terdengar jelas ditelinga keduanya. Kendaraan roda empat maupun roda dua itu berlalu lalang dijalanan, memadati setiap jalanan ibu kota termasuk mobil Julian.

15 menit berlalu mereka diperjalanan, kini mereka sudah sampai di tempat di mana mereka akan makan malam, Julian menepikan mobilnya tepat di parkiran restoran ternama di Jakarta.

"Kau tidak salah mengajak makan malam di sini?" tanya Andraa, ia menatap sudut restoran, memang sangat mewah, dan ia pun bisa menebak jika makanan di sini sangatlah mahal.

"Memangnya, kenapa?"

"Tidak, tapi di sini pasti makanannya mahal, kita cari tempat lain saja," sanggah Andraa dengan tak enak hati.

"Sayang, aku sengaja membawamu ket empat ini, aku sudah merencanakan ini jauh-jauh hari,"

"Taa-----,"

"Aku tidak menerima penolakan dengan alasan apapun," ucap Julian memotong ucapan Andraa, dengan pasrah gadis itu mengangguk mengiyakan, lalu mereka memasuki restoran tersebut.

Di tengah Julian dan Andraa sedang asik menyantap makanannya, tanpa mereka sadari disana terlihat seorang gadis yang tengah menatap keduanya, gadis itu menyipitkan matanya, sudah berapa tahun ia tidak melihat laki-laki itu, dan sekarang ia melihatnya lagi.

"Kau masih seperti yang dulu, Juli. Namun, bedanya kau sudah menemukan pengganti aku, kenapa hatiku kembali berdegup kencang ketika melihatmu?" ucap gadis itu dengan pelan.

"Mengapa hatiku sakit sekali, ketika melihat kau kencan dengan wanita lain? Bukankah ini keinginanku," tegasnya.

Gadis itu melirik kearah wanita yang berada dihadapan Julian, matanya menyipit tak percaya.

"Tidak, ini tidak mungkin, bagaimana bisa gadis itu mempunyai rupa yang sama denganku?"

Tanpa basa-basi gadis itu langsung menghampiri meja di mana Julian dan Andraa duduk.

"Kau siapa?" pekik gadis itu dengan tiba-tiba, membuat keduanya sangat terkejut.

"Bagaimana mungkin kau memiliki rupa yang sama denganku?"

"Gysella?" Julian menatap tak percaya, gadis yang bertahun-tahun ia cari kini datang secara tiba-tiba dihadapannya.

"Ya, aku Gysella,"

Tanpa berpikir panjang Julian langsung memeluk Gysella, ia sangat rindu sosok gadis yang ia cari selama ini. Rindunya seperti sudah terobati, dia sudah kembali membawa sebagian hatinya.

"Kau ke mana saja?" tanya Julian yang masih setia memeluk Gysella tanpa memikirkan gadis itu yang notabenya adalah kekasihnya.

Andraa menatap keduanya, mereka terlihat seperti saling merindukan satu sama lain, pelukan Julian yang sangat erat itu terlihat jelas jika perasaannya masih utuh untuk mantan kekasihnya itu. Lalu, bagaimana dengan Andraa, dengan perasaannya?

"Em, Kak Julian?" ucap Andraa dengan pelan.

Sontak membuat Julian melepaskan pelukannya. Bagaimana bisa ia melakukan hal bodoh seperti ini di depan kekasihnya sendiri.

"Andraa? Aku bisa jelaskan."

Namun, gadis itu hanya tersenyum lalu menyeka setiap air matanya yang jatuh. Sesakit inikah mencintai?

"Tidak apa-apa aku mengerti. Izinkan aku pulang," pinta Andraa kepada sang kekasih yang sedang menatapnya penuh dengan rsa bersalah, sedangkan gadis itu tidak berucap sepatah kata pun.

"Aku antar,"

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri." Andraa berlalu meninggalkan Julian dan Gysella, hatinya sakit ketika melihat Julian memeluk gadis lain, ia bisa simpulkan jika Julian masih memiliki perasaan kepada Gysella.

"Dyandraa!" teriak Julian dengan cepat ia melangkahka untuk mengejar seorang gadis yang sangat ia sayangi. Julian berharap kesalahpahaman ini bisa diselesaikan baik-baik. Namun, tangannya ditahan oleh gadis itu "Julian? Aku rindu. Sudahlah tidak usah mengejar dia."

Julian menepisnya dengan kasar. "Punya hak apa kau melarangku untuk mengejar kekasihku!" tegas Julian meninggalkan Gysella.

Julian melihat jalanan ibu kota dengan tatapan yang penuh kekhawatiran. Rasa bersalah terus menghantui dirinya, mengapa ia tidak bisa mengontrolnya, kenapa ia tidak sadar jika dirinya sedang bersama kekasihnya.

"Maafkan aku," lirih Julian didalam mobilnya, netranya yang tak henti mencari dimana Andraa, ini salahnya. Andraa pergi karna ulahnya.

Bodoh! Sangat bodoh!

Julian menghembuskan nafasnya, kemana lagi ia harus mencari Andraa, sedari tadi ia menyusuri jalanan tapi sama sekali tidak melihat sosok kekasihnya.

Tiba-tiba manik matanya terhenti di pinggiran taman yang tak jauh dari jalan raya. Gadis yang ia cari sedari tadi ternyata disini, gadis itu terlihat sedang memejamkan matanya, dengan cepat Julian menghampirinya.

"Dyandraa?" panggil Julian pelan seraya duduk disampingnya.

Andraa membuka matanya, membenarkan posisinya menghadap ke arah Julian.

"Kau tau aku di sini?" tanya Andraa.

"Ya, aku tak sengaja melihatmu tadi, aku mencarimu, jangan seperti ini lagi," ucap Julian seraya menangkup wajah Andraa dengan tangan besar miliknya.

Andraa tersenyum. "Aku minta maaf,"

"Tidak, kau tidak salah, aku yang salah aku sudah memeluk gadis lain didepan kekasihku sendiri, maaf aku terlalu repleks."

"Aku mengerti, inilah yang aku takutkan,"

"Aku tau aku salah, maafkan aku, aku tidak mau kehilanganmu, Dyandraa."

TBC dinext chapter❤🎉

Aku dan Luka [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang