~Happy Reading~
"Andraa? Tinggal bersama kami ya, Nak," pinta Danu, laki-laki ini sangat mengharapkan putri bungsunya bisa tinggal bersamanya. Namun, sepertinya bukanlah hal yang mudah untuk mengajaknya.
"Aku tidak mau!" ketus Andraa.
"Apakah kamu masih membenci kami, Nak?" timpal Vina. "Maafkan kami, Sayang."
"Aku tidak pernah membenci kalian, hanya saja aku perlu waktu untuk memikirkannya, lagi pula aku sudah terbiasa sendiri," sanggahnya.
"Ah, iya. Kalian tahu dari mana rumahku?" tanya Andraa, pasalnya ia tidak pernah memberi tahu, atau pun mengajak mereka ke rumahnya. Lalu siapa yang memberi tahu?
"Itu tidak penting, Mama mohon, Nak. Tinggal sama mama ya?" lagi-lagi Vina berusaha mengajaknya. Namun, hasilnya sama saja.
Awal mereka bertemu, keduanya saling menjelaskan, tentang siapa Danu dan Vina, begitu pun tentang kehidupan Andraa selama ini, termasuk meninggalnya Cantika dan Dion. Orangtua angkat yang mengasuhnya sedari kecil.
"Aku tidak mau," ujar Andraa.
"Yasudah, Mama sama Papa, tidak akan memaksamu lagi." Suara Danu terdengar lirih, ia pun berlalu meninggalkan Andraa yang masih mematung di ambang pintu. Sedangkan Vina terlihat jelas bahwa ia begitu berat jika harus pulang tanpa berhasil mengajak Andraa pulang. Lagi dan lagi.
----
Andraa tersenyum lebar seperti orang yang terlihat sangat senang, meski keadaan hatinya masih dalam keadaan sedih. Dia tengah bercanda sambil tertawa dengan sahabatnya, yang tak lain adalah Larissa. Menyusuri koridor saling bertukar cerita. Kalau dengan sahabat Andraa merasa bebas dari tekanan yang selama ini membelenggunya.
Tapi, langkahnya terhenti ketika mereka mendengar suara keributan yang berasal dari taman Kampusnya, seperti suara seseorang yang tengah berkelahi.
"Ca? Lo denger nggak?" tanya Andraa.
Larissa mengangguk. "Iya, gue denger, Draa."
Mereka berdua langsung bergegas kearah belakang Kampusnya, Dan benar saja di sana sudah ada sekumpulan mahasiswa. Membuat naluri kekepoannya semakin meningkat.
"Ada apa, sih?" Larissa bertanya kepada salah satu mahasiswa disana.
"Itu, Julian lagi berantem sama Rangga. Mahasiswa Fakultas Ekonomi," jelasnya.
"Lho, kenapa?" timpal Andraa, sepertinya gadis itu sudah mulai khawatir.
"Denger-denger dari anak lain sih, Julian belain si Gysella itu, yang mukanya mirip sama lo."
Memang, semenjak Gysella memasuki Kampus Darothy banyak yang mengira jika itu adalah Andraa. Namun, semakin hari semakin banyak yang bisa membedakan, dan kini hampir seantero Kampus mengira itu adalah kembaran Andraa. Tapi, memang benar apa yang ada di pikiran mereka.
Andraa dengan segera menerobos kerumunan itu, dan benar saja, ternyata sang kekasih tengah berkelahi dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Disana juga terlihat Gysella dengan penampilan yang sedikit urakan. Bahkan, baju yang ia kenakan sedikit robek di bagian bahunya.
Andraa menatap jelas kearah Gysella. Tapi tatapannya di balas senyuman penuh kepuasan dari Gysella. Ah, ia baru menyadari apa maksud senyuman itu.
***
"Brengsek!" pekik Gysella.
"Apa maksudmu?" jawab Andraa tidak mengerti, dengan kedatangan Gysella yang tiba-tiba melabraknya. Ah, ternyata kemarin Gysella meninggalkan rumah untuk melabrak sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Luka [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Harusnya kamu cari uang yang banyak, bukan malah menghambur-hamburkan uang, Andraa!" Suara serak itu menginterupsi. Gadis itu terdiam. Sulit, jika dihadapkan dengan seorang ayah yang memiliki sifat tempramental, sejauh ini dia diam bukan berarti t...