~Happy Reading~
Langit tampak lebih gelap dari biasanya, cuaca yang terlihat sangat mendung bahkan bisa di bilang sedang tidak bersahabat, mungkin ini salah satu efek pancaroba yang sudah memasuki musim penghujan.
Di sini lah disebuah halte yang tidak jauh dari kampusnya, seorang gadis yang berambut sebahu itu tengah duduk seperti tengah menunggu seseorang.
Udara perlahan kian menerobos ke dalam tubuh mungilnya tanpa lapisan jaket yang ia kenakan. Ah, pantas saja cuaca terasa sangat dingin. Sudah beberapa menit berlalu ia duduk seorang diri di halte tersebut. Namun, sedari netranya tak melihat seorang laki-laki yang menghampirinya.
"Huh, lama banget sih," keluh gadis itu seraya melipatkan kedua tangannya di dada.
Ke mana perginya laki-laki itu, dia yang menyuruh. Tapi, mengapa tidak datang juga, apakah dia sudah pulang terlebih dahulu atau ada kelas tambahan? Ah, rasanya tidak mungkin. Pikir gadis itu yang tak lain adalah Dyandraa.
Dari kejauhan tampak dua orang gadis yang tengah memperhatikan dirinya, lagi-lagi tatapan tajam itu terlihat jelas dari sorotan matanya, sedangkan Andraa kini terlihat sibuk memainkan benda pipihnya. Dia terlihat sedikit cemas, sedari tadi ia berusaha menghubungi sang kekasih tapi sama sekali tidak ada balasan.
"Vinka, lihat deh bukannya itu cewek yang suka bareng sama Julian, 'kan?" tukas Clarie kepada sahabatnya hanya untuk memastikan benar tidaknya.
"Iya, bener itu ceweknya. Kok bisa di sini? Bukannya tadi di kantin sama Julian, ya?"
"Kok gue bingung sih, cepet banget dia udah ada di halte aja, mana udah ganti baju lagi."
"Samperin Cley, sekalian labrak aja. Tadi pagi dia udah berani banget nampar lo."
"Ide bagus."
Clarie dan Vinka memutuskan untuk menghampiri Andraa yang masih setia duduk di halte tersebut.
"Heh jalang!" pekik Vinka seraya menjambak rambut Andraa, membuat sang empu meringis.
"Awsshhh ... lepasin, Kak ... sakit," lirihnya.
"Kakak? Tadi pagi aja gak ada kata itu,"
Andraa mengernyitkan dahinya tak mengerti, apa yang dimaksud Clarie dan temannya ini?
"Maksudnya apa?"
"Masih berani pura-pura? Tadi pagi lo bilang gue jalang. Dasar cewek nggak tau diri."
Plakk!
Lagi-lagi tamparan dari tangan Clarie mendarat di pipinya, Andraa dibuat tidak mengerti, Jalang? Pura-pura? Apa maksudnya, padahal sedari tadi pagi ia tidak bertemu dengan Clarie.
"Ini apa sih? maksudnya, kenapa lo tampar gue?" tanya Andraa seraya memegang pipinya yang kian memanas.
"Ini pelajaran buat lo! Karena lo udah kurang ajar sama gue," ucap Clarie lalu meninggalkannya.
Andraa terdiam cairan bening lagi-lagi menobrak pertahanannya. Apa salahnya? Hingga membuat dirinya harus tersiksa seperti ini, dengan permasalahan yang sama sekali tidak ia lakukan.
Andraa terduduk seorang diri, rintik hujan mulai membasahi tanah begitupun dengan air matanya.
"Andraa? Lo sedang apa di sini sendirian, Bukannya lo tadi di kantin?" tanya seorang gadis yang baru saja datang. Andraa menoleh ke asal suara tersebut, terlihat Larissa yang sudah duduk di sampingnya.
"Emm, gu-gue lagi nunggu seseorang."
"Draa? Lo akhir-akhir ini jauh dari gue, kalo gue ada salah gue minta maaf,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Luka [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja"Harusnya kamu cari uang yang banyak, bukan malah menghambur-hamburkan uang, Andraa!" Suara serak itu menginterupsi. Gadis itu terdiam. Sulit, jika dihadapkan dengan seorang ayah yang memiliki sifat tempramental, sejauh ini dia diam bukan berarti t...