~Happy Reading~
Bayangmu kini kian menghilang
Semakin aku mengejar, semakin jauh
Kau tuk di gapaiAku baru menyadari jika mencintaimu
Hanya mengundang kepedihanTak terhitung waktu yang telah kulalui
Aku menginginkan dirimu
Namun, itu hanya sebatas khayalanAndai, kau dapat aku miliki
Andai, rasa ini terbalaskan
Tetapi, lagi-lagi hatimu menepis rasakuSemakin hari sikapmu
Membuatku berpikir kembali
Layakkah aku 'tuk dicintai? - Dyandraa----
Hadirnya bagaikan senja, yang membedakannya bagaimana cara mereka berpamit.
Senja meninggalkan keindahan yang menyimpan kenang. Sendangkan laki-laki itu, pergi meninggalkan segudang luka. Lantas harus ia buang kemana? Katakan. Julian.
Langkah demi langkah semakin gontai, gadis itu senantiasa menyusuri koridor Kampusnya dengan isak tangis yang tak kunjung mereda. Ia tidak pernah menyangka, jika Julian sungguh berani menamparnya.
Antara sakit, benci, dan sayang, kini menyatu dalam jiwa gadis itu. Mungkin, jika tadi Julian tidak menamparnya mungkin saja hubungannya masih bisa di perbaiki. Namun, sayang semua hanya berhenti di kata jika.
'Aku benci kamu, Julian.' batinnya.
Langkah gadis itu berhenti tepat di dalam kelasnya, suasana nampak sunyi. Tidak ada mahasiswa di kelas ini. Gadis itu membenamkan wajahnya di meja, hari ini adalah hari terburuk untuknya. Mengapa semua orang sangat pandai membuatnya menangis?
"Aku minta maaf." Suara laki-laki itu sedikit bergema di telinganya.
'Julian?' batinnya.
'Lo harus kuat, Draa. Lo nggak boleh lemah kayak gini' batinnya.Andraa sedikit mendongak, dengan cepat ia menghapus air matanya. Meski matanya kini terlihat sayu dan sembab. Wajar, sebab rasanya putus cinta tidak semanis janji.
"Untuk apa?" alibi Andraa.
Julian tidak menjawabnya, ia malah memeluk tubuh mungil Andraa dengan erat, dengan cepat Andraa berontak.
"Cukup. Apa maksudmu?" ketus Andraa.
"Aku tidak sengaja menamparmu," jelasnya.
"Osh, aku tidak apa-apa, lagi pula aku sudah terbiasa, aku sudah memaafkanmu," ucapnya.
"Aku bukan pacar yang baik, lagi-lagi aku menyakitimu."
"Kamu tidak perlu berkata seperti itu, lagi pula kita sudah tidak mempunyai hubungan apa pun, 'kan?" dengan berat hati Andraa mengucapkannya.
"Jadi, kau benar ingin menyudahi semuanya?"
Andraa mengangguk mantap, meski hatinya kembali teriris. "Jauhi aku," pintanya.
"Kenapa? Kenapa, Dyandraa ...," tanya Julian seraya menggenggam tangan mungil Andraa. Gadis itu sama sekali tidak berani menatap wajah Julian. Jika boleh jujur posisinya sangat sakit. Bahkan, tidak hanya hati saja yang sakit melainkan fisik pun ikut merasakannya.
'Dasar bodoh! Masih tanya kenapa?' batinnya berumpat.
"Tatap aku, katakan padaku. Jika ucapanmu tidak benar. Dyan."
"Aku sudah memikirkannya, Kak."
'Meski perasaanku masih sepenuhnya milikmu. Namun, kejadian itu sangat menyakitkan untukku, kau menamparku demi wanita yang sudah meninggalkanmu' batin Andraa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Luka [Sudah Terbit]
Novela Juvenil"Harusnya kamu cari uang yang banyak, bukan malah menghambur-hamburkan uang, Andraa!" Suara serak itu menginterupsi. Gadis itu terdiam. Sulit, jika dihadapkan dengan seorang ayah yang memiliki sifat tempramental, sejauh ini dia diam bukan berarti t...