44. Tamparan keras

5.7K 221 10
                                    

~Happy Reading~

"SIAPA YANG LEMPAR BOLA INI! SIAPA?" teriak Larissa menggelegar di sepanjang koridor.

Namun, di sana sama sekali tidak terlihat ada seseorang yang menghampirinya, yang ia lihat hanya beberapa mahasiswa yang tengah menontonnya, dan beberapa pemain basket yang masih diam mematung di tengah lapangan.

Emosi Larissa memburu, ia menghampiri beberapa mahasiswa yang tengah berada di lapangan tersebut. Dengan penuh emosi Larissa menarik satu persatu baju laki-laki itu.

"Siapa yang berani lempar bola itu?"

"JAWAB!" emosi Larissa tak dapat lagi ia tahan. Sebab, bola itu mengenai tepat dipelipis Andraa, cairan merah mulai mengalir dari hidungnya, dengan luka memar ditangannya. Memang pada dasarnya penyakit Leukimia sangatlah sensintif.

"Oh, nggak ada yang mau jawab sama sekali? Cih! Dasar pengecut!" maki Larissa dengan segera ia menghampiri Andraa yang masih terkapar lemah dilantai.

"KALIAN KENAPA CUMA LIATIN DOANG!" bentak Larissa, ia tidak habis pikir dengan mahasiswa disini, mereka hanya menjadikan ini sebagai tontonan.

"Lebay banget sih! Cuma ketimpuk bola aja, pingsan segala!" pekik Clarie yang melihatnya.

"Ah, itu mah udah jelas, dia cuma nyari perhatian doang," tambah Vinka.

"LEBAY? NYARI PERHATIAN? ITU KARENA KALIAN NGGAK TAHU YANG SEBENARNYA, MAKA DARI ITU DIAMLAH! GUE CUMA PUNYA TANGAN DUA, NGGAK CUKUP BUAT NYUMPEL MULUT KALIAN YANG NGGAK BERMUTU!" teriak Larissa. Mungkin keributan ini sudah menjadi tontonan yang sangat menarik untuk mereka yang sedang menyimaknya.

"Itu ada apa sih? Kok rame banget?" tanya Kevin yang menyadarinya.

"Iya, njir. Coba samperin lah." Dengan langkah cepat mereka segera menghampiri kerumunan tersebut dan tidak sengaja berpas-pasan dengan Julian dan Gysella.

"Kalian mau kemana? Buru-buru amat?" tanya Gysella.

"Noh, disana rame banget anjir, gue denger suara Larissa teriak-teriak."

'Larissa?' batin Julian.

"Udahlah, kalo kalian mau pacaran-pacaran aja, nggak usah kepo segala!" ketus Kevin.

"Gue mau tahu!" timpal Julian.

"Ceilah, Julian kepo!" Sahut Darren dengan nada suara yang meledeknya.

Ia tidak menggubrisnya sama sekali, dengan cepat Julian melangkah menuju kerumunan tersebut. Sebab, Julian yakin, apa yang terjadi dengan Larissa pasti ada hubungannya dengan Dyandraa.

"Andraa? Sadar dong, hidung lo berdarah. Andraa!"

Larissa melirik kearah kerumunan tersebut, ia muak dengan mereka yang sama sekali tidak punya niat untuk membantu. Gigi Larissa bergemelatuk. Tangannya mengepal.

"KALO KALIAN NGGAK NIAT BANTU! GUE MINTA SEMUA BUBAR!" teriak Larissa.

"Andraa kenapa?" tanya Kevin.

"Kelihatannya?" jawab Larissa dengan datar. Air mata mulai menetes hingga membuat Kevin mengernyitkan dahinya.

"Hidungnya berdarah anjir, dia mimisan!" tukas Darren yang menyadarinya.

'Mimisan? Pingsan?' batin Julian.

"Yaampun, Andraa!" Gysella menghampirinya. Tangannya menyentuh lembut pipi Andraa.

Dengan cepat Larissa menepisnya. "Nggak usah sok khawatir!" pekiknya.

"Lo kenapa sih, sensi banget sama gue. Apa gue salah khawatir dengan keadaannya, lo nggak berhak ngatur-ngatur gini! Lo itu cuma temennya. Sedangkan gue Kakaknya!"

Aku dan Luka [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang