6) PENGUSIK

2.6K 101 0
                                    

Pagi ini, cuaca cerah mengiringi langkah Rain berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya,
Ia sengaja datang lebih awal agar tidak dapat tatapan aneh dari murid di sekolah ini.

"Rain" suara itu menghentikan langkahnya, ia membalik badannya dan dapat dilihat dari kejauhan bahwa ARDO FERDIANSYAH biasa di panggil Ardo yang notabennya adalah ketua osis sedang berlari menghampiri Rain.

Rain adalah salah satu anak osis ya walaupun gak aktif-aktif banget, ia sempat di calonkan menjadi kandidat wakil ketua osis berpasangan dengan Ardo tapi ia tolak mentah-mentah alasannya simple, Rain tidak ingin ribet. Dan jadilah di osis Rain sebagai Seksi Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat.

Rain mengangkat satu alisnya seolah bertanya 'apa' pada Ardo yang sudah berada di depannya. 

"tumben lo dateng cepet? " tanya Ardo sambil mensejajarkan langkahnya dengan Rain yang tidak menjawab pertanyaannya.

Tak ada respon dari Rain, Ardo langsung tho the point "nanti pulang sekolah rapat, harus datang" perintah Ardo yang hanya di jawab gumaman dari Rain.

Ardo sudah biasa dengan sikap Rain yang dingin seperti ini, itulah Rain gadis dengan aura dinginnya.

Setelah Ardo pergi Rain langsung masuk menuju kelasnya dan duduk di bangkunya.

Hanya beberapa orang saja yang baru datang karna ini baru menunjukan pukul 6:30 yang tentunya masih sangat pagi untuk kesekolah.

❄❄❄

Kriingg..... Kriingggg....

Bel keluar main berbunyi. 

"Oke anak-anak ibu cukupkan pelajaran kita sampai sini kalian boleh istriahat, terimakasih. "
begitu guru keluar semua anak kelas XI Ipa 1 berhamburan keluar untuk memberi asupan pada cacing-cacing yang sudah berdemo meminta jatah makanan.

"Rain kantin yuk" ajak Adel.

"gak"

Adel hanya mendengus melihat Rain yang sudah menenteng buku pelajaran yang pasti akan belajar di halaman belakang sekolah, terpaksalah Adel menjomblo lagi untuk kekantin.

Adel tidak pernah marah pada sikap Rain yang dingin seperti itu, dia sangat menyayangi sahabatnya itu walaupun ia terkadang merasa bersahabat dengan es batu, keras dan dingin .

Tapi entah mengapa Adel tetap nyaman bersahabat dengan Rain karna ia tau Rain mempunya sisi baik yang tak bisa di lihat banyak orang.

❄❄❄

Rain duduk dengan buku-buku pelajaran yang di temani oleh semilir angin sejuk menerpa kulitnya.

Disinilah Rain sekarang di taman belakang sekolah yang jarang ada murid kesini bahkan mereka takut melewati taman ini konon kata murid-murid kawasan taman belakang sangatlah angker.

Tapi Rain tetaplah Rain tidak percaya jika ia belum membuktikan secara langsung yang terpenting baginya adalah tempat yang tenang dan jauh dari kata berisik itu adalah kesukaannya.

"AAAA!!! ASTAGFIRULLAH YA ALLAH TOLONGIN BIMO. "

Rain benci dengan orang yang mengganggu ketenangannya saat ia sedang belajar, langsung saja ia menatap tajam pada tiga pria yang tak jauh darinya sedang menjerit-jerit tak karuan, mereka pikir Rain siapa? Hantu? Oh ayolah adakah yang ingin menyadarkan mereka?

Al mengintip dari selah-selah jari yang menutupi matanya, ia heran jika wanita di depannya ini hantu kenapa hantu itu tak mengejar mereka bertiga justru menatap mereka dengan tatapan seperti elang melihat mangsanya, ini mah lebih seram dari hantu.

Al menyadari bahwa gadis di depannya ini murid biasa bukan hantu, ia lantas berdiri tegap menyengir polos sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, melihat gadis yang di depannya itu melirik ke sampingnya.. Al mengikuti arah pandang Rain dan Al baru menyadari bahwa dua sohibnya ini masih bertingkah konyol saking takutnya hingga tak sadar sudah memeluk satu sama lain.

Cepat- cepat Al menyadarkan mereka berdua agar image mereka sebagai cowok pemberani tidak rusak di depan gadis yang sedang menatap mereka dengan tatapan elang.

"Lo manusia kan? "

Rusak sudah ketenangan Rain akibat ketiga pria konyol didepannya ini.

"Menurut lo? " Rain kembali duduk sambil berkutik dengan buku dihadapannya.

"Eh bego, lo ngapain nanyak itu ke dia sih? Mau cari mati? " ucap Bimo yang berbisik pada Al.

"Gue gak cari mati, gue cari tempat untuk ngerokok" jawab Al santai sambil berjalan mendekati Rain yang serius membaca buku, namun baru saja dua langkah tangannya sudah dicekal oleh Dimas.

"lo mau kemana Onta?" Bisik Dimas. 

"Ya mau duduklah, tuuu di sana" Al menunjuk bangku kosong yang berada di depan Rain.

"Gak usah ganggu dia deh" perintah Dimas.

"Ho'oh gak usah bangunin macam yang tidur" lanjut Bimo memperingati Al.

"Emang dia siapa sih? Manusia kan bukan hantu? Trus kenapa kalian takut?".

"Ini ni kalau sekolah sampe gerbang doang mana tau isi sekolah ada apa aja" ledek Bimo pada Al sambil melirik Rain.

Dimas yang mendengar itu hanya terkekeh,
Memang benar temannya yang satu ini sering sekali bolos entah apa alasannya yang Bimo dan Dimas tau bahwa Al ini malas.

"Udahlah lo berdua gak usah lebay masa cowok takut sama cewek? " Jawab Al sinis lalu berjalan dan duduk di hadapan Rain.

"Boleh duduk disini? " tanya Al pada Rain yang hanya di balas oleh lirikan sekilas tanpa mau mengatakan sepatah katapun.

"buset ni cewek gue di kacangin", batin Al kesal yang langsung saja duduk tanpa menunggu jawaban dari Rain.

Sedangkan Bimo dan Dimas yang melihat kejadian itu hanya bisa menahan tawa, jujur ini baru pertama kalinya seorang Alrico wijaya dengan sejuta pesona di kacangin dengan seorang gadis yang hanya menampilkan ekspresi datar saja saat bertatap muka dengannya.

Jika ini gadis lain maka sudah di pastikan gadis itu akan menjerit-jerit histeris karna Al yang berkarisma tinggi sedang mangajaknya berbicara.

"Nama lo siapa? " krik..krik.. Krik..

Tak ada jawaban sama sekali dari Rain, Al mendengus kesal ia melihat Bimo dan Dimas sudah tertawa tanpa suara menyaksikan dirinya yang di abaikan oleh seorang gadis.

Bimbo dan Dimas menyusul Al.

"Udah lah Al, dia gak mau kenalan sama lo jadi gak usah di paksa" kekeh Bimo.

"Lagian lo ada-ada aja , batu kok di ajak kenalan"tawa Dimas dan Bimo pecah.

"Berisik!! " bentak Rain dengan nada dingin.

Seketika semua menjadi hening ketiga pria itu kaget dan sedikit takut.

"mampus" gumam Bimo

"Pergi kalian! " suara dingin itu membuat Bimo dan Dimas merinding.

"yaudah yuk pergi aja" bisik Dimas pada Al, namun laki-laki tersebut tak berniat sedikitpun mengangkat bokongnya dari kursi yang ia duduki.

"gue gak bakal pergi sebelum lo kasi tau nama lo" tegas Al dengan senyum andalannya.

"Gak usah batu deh lo jadi orang" kini giliran Bimo yang geram melihat tingkat sohibnya yang satu ini.

"jangan keluarin jiwa playboy lo ke dia nyet" lanjut Bimo sambil menjitak kepala Al.

"Udah kalian diem aja biarkan babang Al yang bertindak" ucap Al membanggakan diri pada kedua temannya ini.

Saat Al ingin bertanya lagi, Rain malah berdiri dan pergi meninggalkan mereka bertiga tanpa sepatah katapun, yang benar saja seorang Al baru saja diabaikan.

TBC
VOTE AND COMEN🙏

The Dark [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang