PART 6

2.8K 234 2
                                    

Jangan senyum! Lo buat gua merasa jadi seperti orang paling brengsek di dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan senyum! Lo buat gua merasa jadi seperti orang paling brengsek di dunia

___


"Kita bisa cerai?"

Oliv menelan salivanya berat. Dave tidak berperasaan sama sekali. Adakah manusia seperti itu?

Setelah Dave meninggalkan bekas luka di hati Oliv, Dave meninggalkan Oliv. Begitupula dengan Oliv, ia membalikkan tubuhnya dan melangkah perlahan.

Namun tiba-tiba seseorang  menggendongnya, Oliv sudah tidak berdaya, ia tidak tahu harus apa.

"Turunin gue!" paksa Oliv sambil memukul pelaku yang menggendongnya tanpa izin. Semua mata tertuju pada mereka. "Gua bakal laporin guru karena perlakuan lo gak pantes!" ancam Oliv untuk kesekian kalinya.

Pria itu menjatuhkan tubuh Oliv. Gadis itu meringis kesakitan.

"Lo yang suruh gua." ucap pria itu tanpa rasa bersalah.

"Joshua Oliver—" lirihnya "gue ada salah apa sama lo?" manik sayu itu terlihat lelah dengan semua ujian tuhan yang hadiahkan untuknya.

"Banyak." ucapnya singkat sambil melipat kedua tangannya.

"Cepet ikut!" Joshua lagi-lagi menarik dan memaksa Oliv. Hingga akhirnya Oliv dibuat terkejut karena Joshua mengantarkannya persis di depan ruang UKS. Bau antiseptik langsung menerpa indra penciumannya.

"Istirahat, gak usah ikut perkenalan hari ini." kata Joshua. "Muka lo udah jelek. Kalo sakit, lo jadi kayak monster!" tambahnya.

Oliv segera masuk dan izin kepada penjaga UKS untuk beristirahat sebentar. Oliv tidak menolak kali ini. Percuma saja menolak, pasti Joshua akan tetap memaksanya.

"Good girl" ucap Joshua setelah akhirnya Oliv beristirahat disana.

***

Perkenalan di mulai. Sandra merasa sepi tanpa Oliv di sebelah bangku nya. Perlakuan Dave pada Oliv tadi membuat jiwa Sandra tidak tenang.

"Kalian yang di panggil ,silahkan maju perkenalkan diri. Setelah itu, ada sesi tanya jawab." ujar guru yang ada di depan kelas sembari memegang kertas berisikan absen siswa.

Setelah menunggu giliran di panggil, akhirnya nama Dave yang di tunggu tunggu para siswi tersebut dilontarkan dengan lantang.

Dave Simagara." ucap sang guru. Seisi kelas dibuat terpesona saat Dave melangkahkan dirinya ke depan kelas.

"Nama saya Dave Simagara. Salam kenal semua" Dave mengukir sedikit senyum pada wajah sempurna nya.

"Baiklah, ada yang mau bertanya?" lanjut guru tersebut.

Semua tangan terangkat ,terutama para wanita. "Karena ini sangat banyak, saya random saja ya— Kamu! Silahkan ajukan pertanyaannya." guru itu menunjuk salah satu siswa.

"Hubungan lo sama Oliv sebenernya apa? Kalian keliatan lebih dari teman." pertanyaan yang disampaikan membuat Dave perlahan hilang senyuman.

"Maaf, tapi itu privasi Dave, mohon pengertiannya." guru yang pengertian, mampu membuat siswa juga nyaman.

"Kalo lebih dari teman emang urusan lo apa?" ketus Dave,

"Dasar Oliv penggoda cowo ,cih!" kata murid lainnya.
"Setelah deket sama kak Joshua, sekarang Dave. Jijik deh." timpal yang lainnya.

Desas-desus tentang Oliv tersebar luas.

"Cukup! Kalian ini kenapa? Kalian tidak tahu apa apa, tapi bertindak seolah tahu semua. Kalian bahkan belom mengenal Oliv sampai saat ini, ia belum melakukan perkenalan." bentak guru itu.

Semua murid diam. Sesi tanya jawab untuk Dave selesai karena emosi bu Devi kian meluap, mengundang hawa yang tadinya menyenangkan menjadi suram.

***

"Liv, gua minta maaf sebesar besarnya sama lo. Karena kaka gua, lo jadi kayak gini." ucap Theresa sambil mengompres bengkak yang ada di pipi Oliv, ia merasa bersalah sekaligus malu dengan ulah sang kaka.

"Lo tahu darimana?" tanya Oliv dengan polos.

Padahal jelas-jelas situasi tadi ramai sekali. Entahlah, pikirannya saat itu sedang benar-benar kacau. Jangankan memperdulikan keberadaan orang lain, keberadaan Joshua dan Viara secara bersamaan saja masih di pertanyakan dalam benaknya.

"Udah ke sebar, Liv,  walaupun gua gak liat langsung. Bahkan guru-guru semua gosipin lo sekarang." Theresa memperhatikan wajah Oliv yang malang, terlihat banyak sekali pikiran yang mengganggunya.

"Liv, sorry. Gua gak ada pada saat lo tersiksa. Seandainya gua ada disitu, gua bener bener bakal tonjok Joshua." timpanya dengan perasaan dendam terhadap kakanya sendiri.

"Gak akan bisa, tenaga dia kuat banget." balas Oliv ,Oliv tertawa karena niat bodoh Theresa.

"Aishhh... lo gak tau ya? Dia lemah kalau udah menyangkut gua hahaha.." Theresa ikut tertawa.

"Lo kuat banget, Liv. Gue heran, ada aja cewe kayak lo. Bahkan sekuat kuatnya gua, kalau di perlakukan kayak gitu, seenggaknya gua bakal nangis. Tapi lo enggak." Theresa sedikit memuji Oliv agar ia terhibur.

"Gue udah biasa. Dari lahir bahkan gua gak pernah di perlakukan adil. Terserah orang mau bilang gue apa, yang jelas gue bukan yang ngebully Viara. Tadi pagi, gue bantuin dia karena yang bully dia sebenernya kakak kakak kelas hits yang namanya Kenzi Kenzi itu." kata Oliv sambil memegang memar di pipinya.

"Lo gak ngelakuin itu. Gue tau. Lo cuma perlu katakan apa yang harusnya lo katakan Liv, jangan takut. Sebenernya gue juga ngeliat akhir akhir ini si Viara sering bareng sama kak Kenzi di kantin. Cuma kelihatannya Viara emang tertekan." Theresa mencoba meyakinkannya.

"Percuma, gak ada yang mau denger penjelasan gua. Selain lo sama Sandra tentunya."

"Lo harus janji sama gua Sa, lo harus selalu ada buat gua. Terlepas dari hubungan darah lo sama kaka lo, gua gak peduli. Gua benci kaka lo tapi di mata gua lo Theresa, bukan adik Joshua." sambung Oliv.

"Iya, tenang aja."

***

"

Liv, lo masih sakit?"

Suara itu!?

Suara yang seharusnya tidak berkata seperti itu, suara hangat dan lembut yang meluluhkan hatinya, suara yang barusan membuat hatinya retak, seretak retaknya. Ia bertanya, datang kembali, tanpa rasa bersalah, mengatakan keadaanya sekarang .

GUE GA BAIK!! GUE SAKIT! HATI GUA SAKIT ! BATIN GUE! FISIK GUE JUGA!

"Udah mendingan kok." Oliv memberi sedikit senyumnya, ia berusaha setegar mungkin di hadapan Dave.

'Jangan senyum Liv ,lo buat gua merasa seperti orang paling brengsek di dunia' batin Dave

"Gua mendingan kok. Kenapa? Tumben nanyain."

"Soal omongan gua yang tadi. Sorry." ujar Dave seraya menatap Oliv ragu.

"Jadi lo gak serius soal tadi?" tanyanya. Oliv tertegun.

Pria dingin seperti es ini mengucapkan maaf saja sulit sekali ya?

"Enggak. Gue anter lo pulang." kata Dave.

"Terus motor gue?"

"Tinggal aja. Besok pagi berangkat bareng sama gue."

Cupidity✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang