PART 35

2.7K 167 4
                                    

❤️❤️❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤️❤️❤️

Joshua merasakan dagu Oliv yang menyangga pada bahunya. Pria itu melirik spion dan mendapati Oliv yang sudah tertidur di pundaknya.

Karena tak tega membangunkannya, ia terpaksa membawa Oliv ke rumahnya lantaran tak tahu arah rumah Oliv.

Ia membopong tubuh Oliv menuju kamar.

Beberapa saat kemudian, Oliv terbangun. Ia menoleh kanan-kiri bingung. Kamar megah dengan kombinasi warna serba putih itu mampu memanjakan badan dan pikirannya. Makanan yang sekiranya baru matang sudah tersedia tepat di samping tempat tidurnya.

"Udah bangun?" Joshua melipat kedua tangannya tepat di ambang pintu.

"Kok gue disini?" Oliv memegang kepalanya yang terasa masih berat.

"Lo ketiduran, terus gua gak tau rumah lo dimana. Jadi, gue bawa lo kesini." jelasnya agar tak salah paham.

"Kenapa gak bangunin gue?"

"Dasar gak tau diri." semprot Joshua.

Oliv menurunkan kedua kakinya dari ranjang, melangkah mendekati Joshua.

"Lo kenapa?" ucap Oliv canggung.

Sejujurnya, Oliv merasakan perbedaan raut wajah dan warna perasaan pada diri Joshua akhir akhir ini. Apalagi saat mengetahui Joshua sudah menyerah terhadap perasaannya. Rasanya—Oliv sedikit tidak tega dengannya.

"Gue—"

Ucapan Joshua terputus.
Pembantunya memanggilkan namanya dari luar, mengisyaratkan padanya ada tamu penting.

Joshua segera menghampirinya "Ada apa?"

"Kami dari pihak rumah sakit yang menugaskan ibu dan ayah kamu menjadi relawan." jelas pria tua yang kini tengah bicara di hadapannya.

"Iya saya tahu. Bukannya sebentar lagi mereka akan selesai tugasnya?"

"Keduanya dinyatakan tidak selamat. Tsunami kembali terjadi di sana selama beberapa hari. Jasad mereka baru di temukan 3 hari yang lalu. Saya harap kamu bersabar atas ini." ucapnya.

Menjadi dokter, ini sudah konsekuensi kedua orangtuanya. Menyelamatkan nyawa orang lain memang di atas segalanya bagi mereka.

Joshua menutup pintunya rapat-rapat dan mengunci pintunya. Lidahnya  kelu tak mampu berkutik lagi sedikitpun.

Ia mulai berlutut di permukaan lantai yang dingin. Mengeratkan kepalan tangannya pada celana. Perlahan mulai menitikkan air matanya.

"Bangunin gue!!" Joshua menampar nampar pipinya. "Gak. Ini pasti gak nyata!!" ledakan tangisnya kini menyatu dengan kemarahannya.

Oliv mendengar semua dari awal, ia diam diam menguping.

Saat melihat Joshua semakin frustasi, ia segera memeluknya. Tak peduli ini tindakan yang salah atau benar, tak peduli apakah ini berdampak buruk atau tidak.

Cupidity✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang