PART 11

2.6K 219 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau emang lo benci sama gua, Jangan baik baikin gua lagi ,biar gua ada alasan buat benci lo balik~"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau emang lo benci sama gua, Jangan baik baikin gua lagi ,biar gua ada alasan buat benci lo balik~"

___

Hari itu terasa berat untuk Oliv. Jika membayangkan wajah Joshua dan wajah Dave membuatnya sakit hati secara bersamaan. Keduanya sama saja, tidak dapat membuat Oliv senang, mudah sekali meremukan hati Oliv yang sedang berbinar.

Oliv mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Masih jam segini" jam menunjukkan pukul 13.40.

Oliv pergi ke warung depan membeli rokok. Menjelaskan pada penjual bahwa itu untuk ayahnya bukan dirinya. Setelah ia berhasil mendapatkannya, ia mengeluarkan motornya dari parkiran dan ia pergi menuju tempat tongkrongannya.

Betapa terkejutnya ada Dave disana bersama Valerie. Setelah sekian lama, Dave kembali ke tempat tongkrongan dan anehnya ia membawa Valerie kesana. Jika dilihat lihat, hubungan mereka semakin hari semakin dekat.

Bukan pujian yang Dave dapat disana melainkan cacian dari teman temannya, mereka semua adalah pelindung hati Oliv dan dengan mudahnya Dave menghancurkannya, tentu mereka semua marah.

Oliv menghampiri mereka dan tersenyum seolah olah tidak melihat Dave dan Valerie disana.

Ia duduk lalu mengambil rokoknya "Ada yang punya korek gak?"

Zafran dengan segera memberikan korek miliknya pada Oliv, ia tahu Oliv sedang hancur. Namun ia tetap tersenyum dan seolah mengabaikan rasa sakitnya.

"Kalian mau gua bawain makan gak?" tawar Valerie dengan lembut.

"Dave mending lo pulang. Bawa cewe  ini pergi juga. Dia cewek baik baik,  gak bagus kalau cewek kayak dis ngumpul sama kita." ucap Vero, kata kata ini cukup mewakili sebagai penolakan.

Dave pamit, lalu pergi. Mukanya terlihat sama sekali tidak ada rasa bersalah.

"Maafin kita." Zafran berjongkok di hadapan Oliv dengan penyesalan teramat dalam. Oliv tidak paham maksud pria ini melakukannya, ia mencoba membantu Zafran berdiri.

"Kenapa? Lo gak ada salah sama gua, bang." Oliv tersenyum, jelas sekali ada sesuatu yang ia samarkan, luka.

"Jangan senyum Liv. Kalau sedih, ya sedih aja. Jangan pura pura keliatan baik baik aja."

"Maafin kita tentang tantangan bodoh itu. Kita bener bener minta maaf. Kita cuma mau buat lo seneng, Liv.  Tapi pada akhirnya Dave kecewain lo." Vero angkat bicara. Ia ikut menyesal karena dulu ikut ikutan memaksa Oliv untuk melakukan tantangan konyol itu.

"It's ok. Gua gapapa, udah jangan di bahas lagi . Gua mau tenang."

Oliv merebahkan dirinya dan menatap langit-langit sambil mengeluarkan asap dari rokoknya. Pikirannya kacau, seperti benang yang tak ada ujungnya, satu persatu masalah muncul di kehidupannya, tidak memberikannya celah untuk bernafas tenang. Benar benar menyakitkan dan sesak...

Tanpa sadar Oliv tertidur disana. Saat ia membuka matanya, rokoknya sudah jatuh.

"Jam berapa sekarang!?" kata Oliv panik.

"Jam 4 sore Liv, lo tidur dari jam 2. Kebo banget." ujar Zafran sambil memperlihatkan jam yang ada di ponselnya. Padahal Oliv menggunakan jam tangan ,tapi karena ia panik, ia jadi tidak ingat.

"Yaudah, gua balik duluan ya."

"Iya hati hati.."

Oliv berkendara diatas rata rata kecepatan, membuat orang yang melihat itu berfikir ia benar benar anak nakal dan tidak taat peraturan. Padahal Oliv mempercepat kendaraannya karena takut Dave belum makan.

Ia membeli nasi dan lauk seadanya yang tersisa di warteg. Tidak pikir panjang dengan harga makanannya atau dimana belinya, yang penting... Makan..

"Gua beli ikan nih. Makan ya" Oliv mengulurkan tangannya, memberikan kantung plastik berisikan makanan pada Dave.

"Gua udah makan." ucapnya singkat. Padahal Oliv buru buru pulang hanya untuk memberi makan pada Dave ,tapi Dave tidak menghargainya sedikitpun.

"Dave.." ucap Oliv.

"Iya?"

"Lo sukses buat gua sakit hati. Tentang perlakuan lo sama Valerie, tentang bagaimana cara tatapan kalian bertemu, tentang bagaimana lo ngebales senyumannya—" Oliv menatap Dave lekat, nyaris tidak membuang pandangannya ke arah lain.

"Dia dapet semua lebih dari gua yang sekarang adalah istri lo. Kalau lo jatuh cinta sama dia, jangan lepasin dia. Gua siap dengan konsekuensinya. Lagipula pernikahan kita bukan di dasarkan atas cinta." Oliv berusaha terlihat tegar meskipun rasanya sakit sekali.

"Mana makanannya?" Dave meminta  kembali makanan yang tadi Oliv sempat ingin berikan.

Oliv memberikannya dengan cemberut. Lalu, ia beranjak ke kamar dan mengabaikan Dave yang masih menatapnya.

Setelah selesai berganti pakaian ,Oliv izin untuk pergi malam itu. "Gua mau pergi."

"Mau kemana?" tanya Dave.

"Bukan urusan lo." sahut Oliv sedikit kasar.

"Lo kenapa? Lo kesel sama gua?" Dave bertanya lagi. Oliv tidak peduli. Ia mencari kunci motornya dan helmnya segera.

"Ini kunci lo." Dave memainkan kunci motor Oliv di jari telunjuknya.

"Siniin!" Oliv mencoba meraih kunci motor yang ada di telunjuk Dave, Dave saat itu sedang tiduran di sofa.

"Lo kenapa?" Dave memegang erat tubuh Oliv agar ia jujur tentang apa yang ia rasakan.

"Lo yang kenapa!? Kenapa lo tiba tiba baik sama gua seolah memberikan gua celah untuk masuk ke hati lo dan di saat bersamaan lo buat hati gua hancur. Lo bersama cewe lain ,tatap tatapan, hampir seharian barengan terus. Lo anggep gua apa? Mau lo apa sih!? Kalau emang lo benci sama gua, jangan baik baikin gua lagi ,biar gua ada alasan buat benci lo balik." Oliv meluruskan tatapannya pada Dave , yang ia harapkan dari Dave hanyalah pengertian.

"Maaf.." ucapnya singkat lalu melepas cengkramannya dari tubuh Oliv. Kata kata Oliv terus terusan terngiang ngiang di kepala nya membuat Dave merasa bersalah terhadap wanita itu.

"Hari ini ayah dateng." adu Dave.

Oliv segera mengecek bagian tubuh Dave. Biasanya kalau ayahnya dateng, pasti karena Dave telah membuat kesalahan besar dan tanpa tanggung tanggung ayahnya pasti langsung memukul Dave. Benar saja, ada luka di lengannya, terlihat seperti sabetan ikat pinggang yang masih berbekas kemerahan.

***

Komentar dan votenya jangan lupa

Love banget buat yang selalu baca Cupidity sampai sekarang ,semoga kisah kalian tidak seperti Oliv yaa💕

Kalau suka ,jangan lupa share ke teman teman 🤞

Cupidity✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang