Authorpov
Dinda kembali terbangun keesokan harinya lagi, saat cahaya surya yang merangkak naik membuat efek cahaya berbentuk vertikal yang menyapu wajahnya. Ia terbangun termangu tanpa gerak bak sebuah raga lumpuh mengawasi langit-langit kamar kost yang berwarna putih dan lampu yang lupa ia matikan.
Dari balik tirai jendela yang tertutup nampak siluet seseorang yang tengah menyapu. Dari sebelah terdengar suara lagu di lantunkan, Simple Plan 'Astronaut'.
Can anybody hear me
Or am I talkin to myself
My mind is running empty
In the search for someone else
Who doesn't look right through me
It's all just static in my head
Can anybody tell me why, I'm lonely lika a satelite.
Dinda mendendangkan lirik lagu yang di dengarnya sayup sayup sambil menyiapkan diri menuju tempat kerja.
Sementara nun jauh di sana di salah satu ruangan rumah sakit. Seseorang masih tergolek tak berdaya. Seorang wanita tidur berpangku tangan tepat di samping tangannya yang di perban dan tersambung selang infus.
Rupanya bangunnya matahari telah membangunkannya dari tidur panjangnya. Ia menggeliat kecil sambil menggerakkan kelopak matanya , dan perlahan mulai membuka.Detak jantung yang mulai tak beraturan seiring cahaya yang masuk menuju bola mata yang perlahan terbuka.
Ia menelan kekecewaan lagi. Lagi dan lagi , ia berharap saat ia terbangun ia akan berada di tempat yang lebih baik. Dalam hatinya ia bertanya "akankah mati lebih baik dari hidup ini?" Lalu pikirannya menjawab "aku sedang mencari kebenarannya saat tuhan masih menggagalkan usahaku, dan memintaku hidup kembali dalam kepulasaraan permainan duniawinya yang jahat dan nista."
***
"Kami memberinya obat tidur lagi. Kami tidak ada pilihan lain." Kata dokter pada Tante Hera.
Ia nampak pucat seperti mayat, setelah dua malam tak tertidur. Ia menoleh pada Putra yang berdiri di sisinya.
"Kamu gak bisa minta Yuki kesini?"
Putra menggeleng.
"Tiap kali dia bangun dia panggil nama cewek murahan itu."
"Mama." Gerutu Putra.
Tante Hera berpaling dan meletakkan handphone di telinga seperti hendak menelpon seseorang.
"Ma, kita gak perlu ganggu Yuki , dia.."
Tante Hera mengacungkan satu jari ke arah Putra yang di belakangnya , ia langsung berhenti bicara.
Putra menatap lesu pada Ibunya.
"Hallo.. Dinda,"
"Kamu bisa kesini gak? "
"Iya kamu ijin deh , nanti tante yang akan mintain ijin ke bos kamu kalau gak bisa, tante kenal kok sama yang punya."
"Oke oke."
Tante Hera menutup telponnya.
"Kasian dia Ma, dia kan perlu kerja." Putra menoleh sekilas pada kaca yang ditempelkan di pintu hingga tembus dengan kondisi Sean yang tidur pulas.
"Sean udah sering nyusahin dia."
Tante Hera tak menjawab.
#dindapov
Tepat pukul 11 malam Dinda bersiap menuju rumah sakit. Ia hendak memesan Taxi sebelum Tyas menghentikannya dan menelpon Alex untuk diminta mengantarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Endless Chapter [COMPLETED]
General FictionPernahkah sekali dalam hidupmu. Engkau merasa terbangun di pagi hari, mandi, makan dan beraktifitas seperti biasa. Berkerja, bersekolah , atau hanya diam saja. Lalu perlahan senja mulai tenggelam, engkau kembali pulang ke rumah. Bersiap untuk tidur...