The Drawing

9 0 0
                                    

"Dia itu kesepian Din? " Cyntia mengetukkan telunjuknya pada kertas gambaran Sean. "Si Kutubuku itu, Liat deh dari gambarannya."

Aku memutar otakku 180° ke kiri lalu menggesernya sejauh 20mill ke kanan. Tapi aku hanya mampu mengerti sejauh gambaran anak kecil yang menatap bulan sabit di tepian pantai.

Kami bertiga, Aku,Tyas , dan Cyntia tengah tengkurap bersama di lantai kamarku sambil mewarnai kuku, sebelum Cyntia menarik keluar gambaran Sean kemaren kamis dari kantong tasnya.

Kulihat dahi Tyas berkerut sambil membeber ke sepuluh jemarinya,

"Bagi aku kayak gambaran biasa." Ujarku.

"Kata Cyntia ada benernya." Potong Tyas meniup niup jari-jemarinya.

"Dulu aku punya cowok yang berkerja di panti pendidikan anak autis. Jadi setiap dua minggu sekali pengasuh disana memberikan waktu sama anak-anak itu untuk menggambar,"

"Terus?" Tanyaku.

"Mantan aku ini sempet nunjukin beberapa gambaran mereka, dan hasilnya bagus banget ketimbang gambaran kita kita."

"Satu diantaranya ada yang menggambar pemandangan lepas kayak gunung laut yang tertutup kayak batangan terali besi gitu."

"Dia bilang sih anak itu kemungkinan kayak terpenjara gitu, karena kondisinya."

"Kamu gak bermaksud bilang Sean itu seorang autis kan?"

"Bukan gitu Dinda, maksud Tyas itu ada beberapa orang yang memiliki kemampuan lebih untuk mengungkapkan isi pikiran dan hatinya melalui visual ketimbang lisan."

"Coba liat deh." Cyntia menunjuk lagi gambar yang dalam genggamannya. "Dia gambar anak kecil ini duduk di pantai gak ada temen. Udah jelas kan?"

"Kamu bisa liat kan mood dia berubah waktu aku tanya arti gambaran ini. Udah jelas kan dia menuangkan isi hatinya di sini."

Kami bertiga melihat seksama kertas A4 di hadapan kami. Menyelami lekukan arsiran dalam pikiran masing-masing.

Waktu berlalu di ruangan kamar kost berukuran 4x4 meter. Jam sudah menunjukkan jam 8 malam. Keadaan di tempat kost begitu sepi. Hingga suara langkah nyamuk pun seakan terdengar.

Cyntia menginap dikamarku begitu pula dengan Tyas. Kami memutar film horor di layar TV yang sebelumnya sudah di download oleh Alex siang tadi.

"Pinter juga cowok lu pilihin film." Puji Cyntia pada Tyas.

Mereka duduk merapat menyelimuti kaki dengan mulut yang masih mengunyah tortila chips. Gak kebayang ntar malam kami akan tidur bareng semut yang lagi bergerilya mencari remahan tortila yang jatuh di kasur.

Aku masih bergelayut memikirkan percakapan kami sore tadi, sembari sesekali melirik secarik kertas di meja kamar yang tergeletak begitu saja. Sebuah gambaran anak kecil yang duduk menatap datarnya air lautan yang setengah menenggelamkan sebuah rumah lusuh dengan retakan di jendelanya.

Aku mengambil Hp dan mengetikkan beberapa kata.

"Malam Sean, Udah makan belum."

Pesan yang ku kirimkan hanya mendapat satu centang. Menandakan si empunya belum melihatnya.

Aku kembali fokus menonton film yang sedang di putar di layar TV.

Graaaakkkk...

Terdengar suara pintu gerbang kost di buka.

"Siapa itu yang datang jam segini?"

"Kamar C4 yang anak kuliah itu mungkin. Kan biasanya dia sering ada kuliah malam malam gini." Jawabku, tanpa melenggangkan tatapan dari film yang tengah ku tonton.

The Endless Chapter [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang