Stay in Indonesia

2 0 0
                                    

DindaPov

Rumah kecil bercat putih dengan tanaman cemara di halaman depan rumahnya lagi. Pagi ini menurut Tante Hera, Sean sudah di bawa pulang ke rumahnya. Ya di rumahnya sendiri tidak di rumah Tante Hera , sesuai dengan permintaanya.

Wanita berambut melengkung itu langsung buru-buru keluar ketika taxi berwarna biru menurunkan tubuhku di depan pintu gerbang. 

"Gimana Butik din?"

"Baik kok tan, tadi ada pasangan muda yang mau cari kostum buat preweed ,"

"Trus?" 

"Ya jadinya mereka minta di bikinin satu tuxedo warna putih buat cowoknya dan satu mini dres putih juga yang minimalis buat ceweknya."

"Bahannya?" 

"Tiara yang Handle." 

"Good." Tante Hera merangkulku erat , "kayaknya kamu memang ada passion di bidang ini."

"Ngomong-ngomong nih din, si Tiara dan Yuni gak jealous tuh kira kira kalau kamu sering keluar butik di jam jam tertentu buat ngurusin Sean? Mereka gak ada komplain apa apa gitu?" Tante Hera mendudukkanku pada bangku panjang di teras. 

"Gak ada Tan, malah mereka.."

Aku merasa ragu.

"Kenapa? " Tante Hera menatap penuh selidik.

"Tapi tante jangan marahin mereka ya." Aku memasang wajah memelas.

"Tenang aja." Tante Hera mengibaskan tangannya.

"Jangan bilang juga kalau Dinda yang bilang. Dan kalau bisa jangan ditanyain."

"Iya Cerewet ! Ampun deh!!"

Kali ini ia mengacak-acak rambutku.

"Jadi mereka itu bilang, bagus deh kalau ada aku yang ngurusin Sean."

Tante Hera memicingkan mata.

"Karena , dulu kalau tante udah ribut dengan urusan Sean pasti susah di hubungin kalau mereka perlu tanya-tanya sesuatu, sedangkan sekarang tante selalu stand by sejak ada aku dan malahan sering ke butik jadi kerjaan mereka jadi gampang." Aku cengingisan merasa bersalah.

Aku sudah dua minggu aku resign dan berpindah kerja di butik Tante Hera. Tiara dan Yuni adalah teman kerja baruku di butik. 

"Tan, kenapa sih Sean mau nya diem disini." 

"Kan ini rumah dia?"

"Maksud Dinda, bukannya lebih bagus kalau di rumah Tante, kan tante bisa enak ngawasinnya gak perlu bolak balik."

Tante Hera tersenyum kecut. Ia mendekatkan bibirnya pada telingaku dan berbisik.

"Untuk sekarang ini, kita turutin aja apa maunya dia, moodnya lagi turun naik. Dokter Adrian lagi ngobrol sama dia di kamar." 

Aku hanya mengangguk.

Wanita tegas itu meraih kedua tanganku dan menggenggam erat.

"Tapi tante masih butuh bantuan kamu, kamu mau kan bantu?"

"Iya , Tan."

Ia memelukku tiba - tiba. Dan aku pun langsung merasa rindu dengan pelukan ibunda di kampung. Seorang wanita yang jauh lebih tua dengan rambut yang sudah berisi helaian putih di antara hitamnnya. Tanpa sadar aku menyambut dan turut memeluk punggungnya.

"Ayo masuk." Ia melepaskan pelukannya dan membawaku masuk.

Aku melepaskan jaketku dan menggantungnya di punggung kursi , tak berapa lama salah satu pintu kamar terbuka , Dokter Adrian dengan kacamata yang sedikit turun ke hidung keluar. Ia mengangguk dan menyapaku.

The Endless Chapter [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang