Learning from the past

2 0 0
                                    

"kamu pernah gak merasa takut?" Tanya Sean.

Kami sedang berada di pinggir pantai tempat ia dulu ditemukan Alex dalam kondisi mabuk berat.

"Aku selalu banyak takut." 

"Sudah tertebak, selain itu cengeng lagi." Kata-kataku keluar begitu saja. 

Dari samping, ku rasakan ia berhenti mengunyah jagung bakarnya, akankah dia murka karena ucapanku.

Ternyata tidak. Setelah hampir satu menit ia berpaling dan lanjut menggigiti jagungnya yang sudah gundul setengah bagian.

"Aku dulu pernah punya temen yang baik banget kayak kamu gini. Kemana-mana barengan, dia juga yang nyemangatin aku buat terus terapi melawan bipolarku."

Sean menunjukkan sebuah foto dari HPnya. 

"Dia yang ada dalam cerita itu, yang kamu baca."

Aku hanya manggut-manggut. 

"Awalnya dia gak tau aku kayak gini."

"Trus kamu yang kasi tahu?" Tanyaku kemudian.

"Gak." Jawabnya singkat.

"Tante Hera?" Tanyaku lagi.

Sean kebingungan, ia mengangguk setengah menggeleng.

"Yaaa.. mungkin Tante lebih ke menjelaskan setelah dia tau." 

Aku hendak melemparkan bonggol jagung ke pasir. Tapi dengan cekatan di tahan oleh tangan Sean. 

"Berhenti ngotorin laut." Katanya merebut bonggol jagung dari aku dan meletakkannya pada kantong plastik di dekatnya.

"Dasar!!" Umpatnya.

"Ya kali cuma satu aja, lagian ini kan organik." 

"Walau pun organik , bayangin kalau misalnya pedagang tadi menjual 50 jagung dan semua orang membuangnya ke laut. Dalam sebulan berapa ?"

" Tau ah , aku gak suka hitung-hitungan." Jawabku tak acuh.

" Dasar manusia gak bertanggung jawab." Gerutunya.

" Emang kamu berasal dari golongan apa? Jin?"

Sean tak menjawab.

"Trus temen kamu itu kemana? Siapa namanya?"

"Dia lagi di luar. Kita pisah sejak aku udah semester akhir kelas 3. Satria namanya."

"Dulu kamu sama dia terus? Gimana caranya dia tau kalau kamu ..." Aku bingung akan menggunakan kalimat apa.

"Ya , aku sudah dari SMP berteman sama dia."

Sean memungut sebuah batu kecil dan melemparnya ke laut.

"Jadi dulu, pas selesai ujian kenaikan kelas 3 Smp,"

"Hari itu pertama kalinya Satria bawa motor sendiri ke sekolah, itu aja sembunyi-sembunyi dari sekolah. Motornya di titipin di warung sebelah sekolah."

"Trus." Tanyaku, meski sebenarnya aku gak terlalu perduli dengan ceritanya.

"Jadi pas pulangnya kami naik motor bareng boncengan. Kita mainin sebuah game, jadi setiap kita ketemu orang yang jalan di pingir jalan langsung kita teriakin  'hey' atau 'woy' atau apalah itu."

"Dasar anak alay." Ejekku dalam hati.

"Kalau yang kita temuin cewek ,mungkin dia akan diem aja. Lain halnya kalau cowok, pasti dia nyangka itu temennya atau siapa yang manggil dia. Otomatis dia akan langsung nyahutin dan manggil juga , gak lama kemudian ekspresi mukanya langsung aneh kayak mikir gitu. "

The Endless Chapter [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang