Mungkin udah banyak yang rindu yah dengan ceritanya Ai? 😅
Kalau 'iya' saya minta maaf sebelumnya 🙏 maklum saya sibuk kejar target ODWC yang bakal tutup bulan depan 😂😂. Kalau Challenge-nya nggak saya selesaikan, sia - sia dong saya nyari ide dan ambil genre baru 🤧. Padahal dengan saya ikut challenge ini, saya ingin mengukur sampai mana kemampuan saya menulis, bisakah saya capai target dan Sb.
Maka dari itu, karena cerita Ai idenya alhamdulillah lancar. Maka cerita ini saya pending dulu hingga ODWC selesai 😄. Jadi saya minta pada kalian untuk maklum dan tetap bersabar 🙏.
Saya pengen fokus sama satu cerita dulu 😂. Apalagi sekarang saya lumayan sibuk dan nggak boleh terlalu capek.
Part ini, anggap aja obat rindu yah 😘. Padahal niatnya nanti bakal update banyak, tapi karena di draf cuma ada dua part, jadi saya nggak terima protes dari kalian 🤣
Finally, happy reading and don't forget to VoMent ❤
.
Pintu utama pavilium Lan terbuka, perlahan sosok Ai berbalut hanfu berwarna pastel dengan mantel bulu rubah coklat melangkah keluar.
Walaupun langit siang ini nampak cerah, namun hawa dingin musim salju mulai menyapa dan menyapu permukaan kulit sehingga menghantarkan rasa dingin yang menusuk hingga tulang. Bersyukur Ai terdampar dan terperangkap dalam masa lalu di dalam keluarga yang berkecukupan, hidupnya jelas tidaklah jauh beda dengan kehidupannya di masa depan dimana semua keperluan dan kebutuhannya dapat di penuhi dengan mudah.
Ai tak mampu membayangkan jika ia kembali ke masa lalu dalam keadaan tak bercukupan. Walaupun ia selalu dituntut untuk mandiri di masa depan, melihat kondisi di masa lalu yang jelas sangat jauh berbeda. Angka kemiskinan di ibukota MingQi yang masih terbilang sangat besar sangat banding terbalik dengan angka kemiskinan dan pengangguran di masa depan.
Jika ia terlahir dari keluarga tak bercukupan di masa lalu ini, Ai tak yakin jika ia mampu makan enak dan mengenakan pakaian yang terbuat dari kain - kain sutra berkualitas yang sangat nyaman dan hangat seperti yang ia pakai saat ini.
Saat Ai masih merenungkan masalah kehidupannya dimasa lalu, tiba - tiba saja Guang datang dengan wajah datar yang sering ia perlihatkan setiap hari. Jujur saja Ai penasaran dengan sosok pengawal pribadinya. Tidak kah ia memiliki ekspresi lain selain menampilkan wajah datar?
Walaupun kemari Ai sempat melihat pengawalnya itu terkejut dengan aksi pertahanannya yang membanting nona muda yang mengganggunya melalui ekor matanya, Ai sungguh penasaran dengan ekspresi senang dan bahagia Guang. Akankah kadar ketampanannya bertambah? Atau pesonanya semakin menguar hingga membuat beberapa nona muda di ibukota MingQi akan melirik padanya dengan tatapan penuh minat.
Sayangnya rasa penasaran Ai harus ia telan. Guang sama sekali tak pernah menunjukan apa yang sangat ingin Ai lihat. Guang selalu menampilkan ekspresi datar dengan tatapan tajam dan dingin yang membuat beberapa orang menunduk ketakutan.
"Nona Ai"
Ai tersentak dari lamunannya, ia lantas menoleh dan menatap Guang yang baru saja memanggilnya entah sudah keberapa kalinya.
"Ada apa kakak Guang?" Tanya Ai
Akhir - akhir ini, Ai mulai mengubah panggilannya kepada orang - orang terdekatnya. Salah satunya memanggil 'Kakak' kepada Guang dan Di Yu yang umurnya lebih tua darinya, juga memanggil kepala pelayan Zhong dengan panggilan paman.
"Tuan muda Qiang berpesan agar anda tidak keluar kediaman hari ini. Suasana di ibukota MingQi saat ini tengah hangat membicarakan anda. Tuan muda khawatir akan ada orang - orang lain yang juga ingin menganggu dan mencelakai anda" jelas Guang yang menyampaikan amanat tuan mudanya sebelum tuan mudanya itu pergi menuju kantor kementrian hukum dan militer untuk beberapa urusan.
"Ah.. ini sangat menyebalkan. Padahal aku baru saja ingin mencari udara segar!" Keluh Ai
"Semua ini juga kebaikan anda nona" balas Guang yang membuat Ai menghembuskan nafas pelan.
"Dimana Kakak Di Yu?" Tanya Ai yang menyadari pengawal yang diutus oleh kerajaan Ming Qi tak bersama dengan Guang.
"Ah, hari ini Di Yu sedang menemani nyonya menghadiri undangan minum teh dari nyonya kediaman Lim" jawab Guang yang membuat Ai mengangguk mengerti.
"Jika aku tak di izinkan keluar, lantas apa yang akan ku kerjakan disini? Aku bosan dirumah. Semua buku yang kakak Guang bawakan sudah selesai aku baca!" Keluh Ai yang membuat Guang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena bingung ingin memberi saran apa pada nonanya untuk menghabiskan waktunya hari ini dikediaman Feng.
"Bagaimana jika nona menghabiskan waktu menyulam atau memasak" saran Guang yang langsung membuat Ai mendengus.
"Tetap saja itu pekerjaan yang melelahkan dan membosankan. Tak bisakah kakak Guang memberi saran yang lebih baik dari dua hal itu?" Tanya Ai dengan wajah ditekuk masam.
.
.
.Disisi lain, tepatnya di kediaman pejabat militer Lim. Fan Hua tengah bercengkrama dengan para nyonya - nyonya pejabat militer dari berbagai keluarga dan status bangsawa, kedudukan dan derajat yang berbeda - beda.
Fan Hua tetap berbaur dengan mereka walaupun ia merupakan istri dari seorang jendral terhormat yang di segani. Tak ada raut tak suka ataupun raut wajah angkuh dan sombong seperti kebanyakan nyonya bangsawan lainnya yang memiliki seorang suami dengan jabatan dan status yang tinggi. Fan Hua tak seperti itu. Ia tak pernah memandang rendah semua orang hanya karena status, derajat ataupun kedudukan mereka. Karena bagi Fan Hua, semua orang sama. Hanya takdir mereka yang berbeda.
"Nyonya Feng, saya dengar putri para pejabat pemerintahan mengusik dan mengganggu putri anda, apakah itu benar?" Tanya nyonya kediaman Qi, yang merupakan istri seorang wakil jendral.
"Ai'er tak mengatakan atau memberitahukan hal yang ia alami pada kami adalah hal yang benar seperti rumor yang menyebar. Kami hanya mendengarnya dari pengawal pribadi Ai'er. Dan setelah menyelidikinya, rumor yang menyebar di MingQi bukanlah kabar burung opini yang semua orang mampu ciptakan. Apa yang Ai'er alami adalah hal yang benar. Hal ini membuat tuan (jendral Holing) merasa marah!" Jawab Fan Hua.
Dari perkataan Fan Hua, mereka para istri pejabat militer dapat menangkap nada marah dan tidak suka dari Fan Hua. Selain itu, ekspresi Fan Hua yang berubah 180 derajat menjadi lebih dingin yang jelas berhasil membuat mereka paham bahwa keluarga Feng benar - benar sangat marah saat salah satu keluarganya terusik. Terlebih lagi setau mereka, Feng Ru Ai merupakan anak kesayangan jendral Holing. Mereka yakin, salah satu jendral besar MingQi itu tak akan memaafkan putri para pejabat yang mengusik putrinya dengan mudah.
.
.
.
.
.TBC
Written on 24th, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny : Feng Ru Ai (END)
Historical FictionSeptember 8th, 2019 #1 FantasiRomance #1 Pemberontakan #1 Kerajan #1 Kudeta #1 Emperor #1 Ambisi [WARNING ⚠ BACALAH SELAGI ON-GOING, KARENA APABILA CERITANYA TELAH TAMAT, AKAN DI HAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN DALAM BENTUK E-BOOK] . Fen...