Feng Ru Ai - 15

11.3K 875 15
                                    


"Yang mulia, mengapa anda hanya berdiam diri saja? Padahal saat ini pangeran Rong bahkan sudah bergerak mencari dukungan disaat posisi tahta kaisar masih goyah karena ketidak beradaan yang mulia putra mahkota" tanya Xiao Tong yang merupakan tangan kanan pangeran kedua, pangeran Ming Wen Yan.

Pangeran Yan yang sibuk membaca di kursi santai dekat jendela kamarnya lantas menurunkan buku bacaanya dan menatap Tong yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri dengan tatapan setenang air yang mengalir.

"Untuk apa membuang - buang waktu berharga Ben Wang untuk hal yang tak pasti?" Tanya pangeran Yan

"Kakak kedua adalah pewaris sah yang telah digariskan takdir mendapat posisi kaisar kelak, dan Ben Wang tak ingin ikut campur dalam masalah pemerintahan dan politik kerajaan yang menyusahkan" tegas pangeran Yan

"Kau tahu Tong, apa yang sudah ditakdirkan menjadi milikmu akan tetap menjadi milikmu. Dan apa yang sama sekali tidak di takdirkan menjadi milikmu akan membawamu pada kehancuran" jelas pangeran Yan penuh makna.

"Intinya anda tak berniat memperebutkan tahta?" Tanya Tong tidak percaya dengan  junjungannya yang sama sekali tidak berambisi dengan kekuasaan.

"Hmm, itu hanya buang - buang tenaga. Ben Wang lebih memilih hidup seperti ini tanpa perlu membuang tenaga dan pikiran bersaing dengan kakak pertama dan kakak kedua" jawab pangeran Yan acuh lalu melanjutkan bacaannya.

Tong hanya mampu melongo saking tidak percayanya dengan pangeran Yan yang lebih memilih menyandang status sebagai pangeran selamanya, ketimbang ikut bersaing memperebutkan tahta dan posisi tertinggi kerajaan.

.
.
.

Disisi lain, Yong terus saja menguap disela - sela penjelasannya. Ia sekuat tenaga mempertahankan kesadarannya agar tuntutan penjelasan yang putra mahkota Rui pinta cepat selesai dan ia bisa melanjutkan tidurnya yang tertunda dengan lelap.

"Lalu apa yang kakak Lie katakan?" Tanya putra mahkota Rui mulai memasuki topik pembahasan istana dalam

"Gege Lie belum memberitahukan yang mulia kaisar mengenai keberadaan kita, gege masih menyembunyikannya, mungkin gege menunggu waktu yang tepat sebelum memberitahukan masalah ini kepada yang mulia. Huawwaamm.. -- Yong menguap lebar -- terlebih lagi saat ini istana dalam masih kacau akan hilangnya anda. Posisi tahta kaisar kini tengah goyah. Banyak perdana mentri dari berbagai fraksi mulai bergerak membuat aliansi dukungan untuk para pangeran yang ingin maju memperebutkan posisi anda yang tengah kosong. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan pertimbangan gege Lie belum memberitahukan yang mulia tentang kita yang berhasil selamat, kondisi istana yang tidak stabil juga kondisi yang mulia yang semakin menurun menjadi bahan pertimbangan gege. Gege Lie takut keberadaan kita bocor dan tersebar disaat kondisi istana dalam tengah lengah" jelas Yong panjang lebar.

"Ayahanda terlalu kebiasaan memikirkan Ben gong sehingga kondisinya menurun" dumel putra mahkota Rui.

"Pinta kakak Lie untuk terus mengawasi asupan makanan dan tonik kesehatan untuk ayahanda, Ben gong takut, mereka mulai bergerak untuk melenyapkan ayahanda secara perlahan" perintah putra mahkota Rui yang diangguki setengah sadar oleh Yong.

"Kau dengar Yong?" Tanya putra mahkota Rui memastikan sahabatnya tetap mendengar penjelasannya.

"Hmm" balas Yong dengan gumaman

"Tks, Ben gong tidak yakin kau mendengar dan menyimaknya dengan baik" decak putra mahkota Rui

"Berhentilah mengangguku Rui" kata Yong mengibas-ibaskan tangannya mengusir putra mahkota Rui "sebaiknya kau beristirahat sekarang, ini sudah larut. Kau juga butuh istirahat, terlebih lagi selain kau akan bersaing memperebutkan tahta, kau juga akan bersaing memperebutkan wanita yang sama" Yong menguap "mengapa kau tidak pernah bisa lepas bersaing dengan pangeran Rong, tidak masalah kekuasaan dan tahta, tidak pula dengan masalah wanita" gumam Yong setengah sadar.

Putra mahkota Rui yang jelas tahu bahwa pendengarannya masih berfungsi dengan baik, juga kesadarannya yang masih sepenuhnya terjaga seketika membeku ditempatnya. Rahangnya mengetat, bibirnya menakup rapat. Warna kulitnya yang putih kini telah berubah memerah saat mendengar perkataan Yong yang mampu membuat setiap darah yang mengalir di pembuluh darahnya berdesir hebat.

Pangeran Rong selalu saja ingin merampas apa yang seharusnya menjadi miliknya, dan putra mahkota Rui jelas tidak akan membiarkan ia merebut segala yang telah ia klaim sebagai miliknya terutama wanita incarannya, Feng Ru Ai.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Oct 11th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang