Dari siang hingga menjelang sore yang Ai lakukan hanyalah menemani ibunya memilih kain untuk musim dingin yang akan datang, dan setelahnya mengukur tubuhnya untuk di jahitkan pakaian musim dingin baru bersama dengan ibunya.Setelah melakukan itu semua, Fan Hua, Ai dan beserta rombongan akan pulang kembali ke kediaman Feng. Mengetahui hal itu jelas membuah Ai mendesah nafas berat, hari ini sangat membosankan.
Bagaimana tidak? Seharian ia hanya duduk memperhatikan ibunya memilah dan memilih kain, setelah itu barulah ia mengukur untuk di jahitkan baju. Tidak ada yang istimewa, semuanya sangat membosankan. Awalnya Ai berpikir mereka akan pergi ketempat yang menyenangkan, nyatanya kenyataan tak sesuai dengan ekspestasi Ai. Harapnya yang mendambakan tempat menarik harus pupus dan berakhir dengan kekecewaan.
"Ada apa Ai'er?" Tanya Fan Hua yang menyadari perubahan raut wajah putrinya
"Ibu, bolehkah aku pulang agak sore? Aku ingin jalan - jalan sejenak di ibukota" kata Ai yang membuat Fan Hua menimbang - nimbang keinginan putrinya.
"Ibu tidak usah khawatir, aku tentu tidak akan pergi sendiri. Guang dan Di Yu akan ikut bersamaku" tambah Ai berusaha meyakinkan ibunya
Fan Hua menghela nafas berat, ia tak tega melihat putrinya memohon seperti ini. Mungkin tidak ada salahnya mengiyakan keinginan putrinya, terlebih lagi sepanjang hari Fan Hua sadar putrinya sangat bosan saat mereka menghabiskan waktu di toko kain dan jahit yang terkenal di ibukota MingQi.
"Baiklah, tapi pastikan kalian jangan pulang terlalu larut malam" kata Fan Hua yang langsung membuat wajah Ai nampak cerah dan berbinar.
Ai langsung saja memeluk ibunya dan terus mengucap kata terima kasih. Entah mengapa, hanya dengan mendapat izin seperti ini membuat Ai begitu senang.
"Guang, Di Yu.. mari kita pergi!" Seru Ai bersemangat
.
.
.Saat ini Ai mengisi tenaganya yang terkuras habis setelah beberapa jam yang lalu mengelilingi ibukota MingQi dan mengunjungi beberapa tempat bersama Guang dan Di Yu.
Sebuah kedai mie terkenal di ibukota MingQi menjadi pilihan Ai untuk mengisi perutnya yang sedari tadi meronta. Ai lupa jika seharian ini ia belum makan siang, begitu pula dengan dua pengawalnya. Jika saja perutnya tidak sakit, Ai mungkin akan terus menjelajah sore ini seraya mencari angin segar bersama dua pengawalnya.
Suara berisik dari pelanggan kedai mie yang saling mengobrol menjadikan suasana dalam kedai mie tersebut nampak sangat ramai dan hidup. Segala aktivitas mereka tak lepas dari pengamatan Ai, hingga saat pandangan Ai menangkap sosok pemuda berusia 24 tahun memasuki kedai mie bersama pemuda yang seingat Ai merupakan sahabat pemuda yang menabraknya kemarin membuat suasana hati Ai berubah. Ai mendengus, entah mengapa melihat pemuda itu ada perasaan tidak suka yang tiba - tiba saja muncul di hati Ai.
Ai mengabaikan kedua pemuda itu, ia lantas menatap Di Yu dan mulai mencari tahu jati diri dan juga latar belakang Di Yu yang mungkin akan lebih menarik dari kedatangan dua pemuda yang kini mencuri perhatian para pelanggan kedai mie.
Banyak dari para pelanggan yang merupakan nona muda bangsawan ataupun nona muda dari kalangan rakyat biasa yang menjerit histeris saat kedua pemuda itu masuk, walaupun Ai enggan menatap mereka, namun suara para nona muda yang di tangkap oleh pendengarannya begitu mengganggu.
Saat Ai, Di Yu dan Guang terlibat obrolan seru, sebuah suara berat tiba - tiba menyapa mereka.
"Sulit di percaya, takdir kembali mempertemukan kita, nona muda Feng!"
.
.
.
.
.TBC
Written on Oct 30th, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny : Feng Ru Ai (END)
Ficção HistóricaSeptember 8th, 2019 #1 FantasiRomance #1 Pemberontakan #1 Kerajan #1 Kudeta #1 Emperor #1 Ambisi [WARNING ⚠ BACALAH SELAGI ON-GOING, KARENA APABILA CERITANYA TELAH TAMAT, AKAN DI HAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN DALAM BENTUK E-BOOK] . Fen...