Ai bangun!Feng Ru Ai, kau harus bangun!
Bangunlah Ai, jemputlah takdirmu!
Ini adalah keinginan terbesar hatimu. Inilah alasan terbesar kau kembali kemasalalu.
Bangunlah.. Dia adalah alasan kau berada disini. Kamu adalah takdirnya. Maka jemputlah ia dalam kebahagiaan yang selalu kau nanti.
Bisikan - bisikan itu terus terngiang - ngiang dan mengusik tidur Ai yang lelap. Perlahan kelopak matanya terbuka, mata bulat dan jernih itu kini menata langit - langit pavilium Yue di istana barat kerajaan MingQi. Ai mengerjap beberapa kali sebelum mendudukan dirinya di atas peraduan seraya mengumpulkan semua kesadarannya yang masih terpecah belah.
Setelah kesadarannya terkumpul sepenuhnya. Otaknya dengan cepat mencerna bisikan - bisikan yang sempat mengusik tidurnya. Ai lantas bergumam "Siapa Dia?" Tanya Ai
Tak ada jawaban yang ia dapat. Dikamar yang cukup luas ia tempati saat ini hanya ada dirinya. Angin berhembus kencang melalui cela - cela fentilasi udara, api pada sumbu dan lilin bergoyang dan nyaris padam karena kuatnya hembusan angin yang membuat Ai mengusap lengannya karena menggigil.
Ai tidak tahu mengapa ia mengeluarkan pertanyaan padahal tak ada seorangpun yang akan menjawab pertanyaannya disini. Ia hanya sendiri. Diruangan ini, ia hanya sendiri dengan keheningan. Walaupun hari sudah hampir beranjak pagi, namun para penghuni istana masih bergelung dengan selimut tebal mereka. Tapi, walaupun tak mendapat jawaban. Ai masih saja melontarkan pertanyaan walaupun ia tahu tak akan ada yang menjawab pertanyaannya.
"Takdir apa yang harus ku jemput?"
"Siapa dia yang di takdirkan untukku? Apakah maksud dari bisikan itu adalah pernikahan ini adalah takdirku? Apakah bisikan itu mengatakan jika keinginan terbesarku adalah menikah dengan kaisar Wei? Apakah kaisar Wei adalah pria yang di takdirkan untukku?"
"Yang benar saja! Lantas bagaimana dengan putra mahkota Rui? Aku sangat yakin jika ialah takdirku. Sebelum aku terseret dan terjebak di masa lalu, aku sangat ingat jika aku menangis hanya karena membaca namanya dalam buku sejarah Ming yang usang"
Pikiran Ai berkecamuk, namun segala praduganya seketika buyar saat tiba - tiba beberapa dayang dan pelayan memasuki kamarnya dan hal itu membuat perhatian Ai lantas tertuju pada pintu yang baru saja terbuka.
Di sisi lain, para dayang dan pelayan cukup terkejut saat menemukan calon permaisuri MingQi sudah terjaga. Padahal awalnya mereka akan berniat masuk kedalam kamar gadis pujaan putra mahkota Rui dengan mengendap - endap layaknya seorang pencuri agar tak mengganggu tidur lelap putri jendral Holing yang disegani.
"Maafkan atas kelancangan kami yang mulia per - ah maksud dayang ini nona muda Feng" ucap seorang dayang yang nampak lebih tua dari dayang dan pelayan lainnya "kami melakukan hal itu agar tak mengganggu tidur anda. Tapi siapa yang menyangka anda sudah bangun lebih dulu sebelum kami datang. Sungguh kami menyesal atas perbuatan kami" tambahnya
Ai hanya mengangguk dan berkata "tidak apa - apa, untuk kali ini aku maafkan. Tapi jangan pernah ulangi. Mungkin aku tak akan memarahi kalian atau memberi hukuman, tapi pendapat orang lain yang melihat ataupun mendengar akan hal ini pasti berbeda. Kalian pasti akan mendapat perkataan pedas dan hujatan mereka" balas Ai yang membuat mereka tertegun karena putri jendral Holing begitu murah hati. Bahkan ia memikirkan keadaan mereka apa bila kelancangan yang mereka lakukan pagi ini tersebar.
"Masuklah dan lakukan pekerjaan kalian" perintah Ai tak lupa memberi mereka senyum menenangkan.
Para dayang dan pelayan lantas mengerjap beberapa kali. Mereka lantas segera mengucap terima kasih atas kerendahan hati Ai yang langsung dibalas anggukan oleh putri jendral Holing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny : Feng Ru Ai (END)
Historical FictionSeptember 8th, 2019 #1 FantasiRomance #1 Pemberontakan #1 Kerajan #1 Kudeta #1 Emperor #1 Ambisi [WARNING ⚠ BACALAH SELAGI ON-GOING, KARENA APABILA CERITANYA TELAH TAMAT, AKAN DI HAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN DALAM BENTUK E-BOOK] . Fen...