Feng Ru Ai - 52

6.9K 604 14
                                    

Selamat malam minggu 🎉

Maaf karena baru sempat update 🙏
Awalnya nggak niat update, alasanya karena saya tengah di landa dilema. Padahal cerita Nona Goblin is Mine telah selesai, tapi tetap aja saya merasa tertekan masalah update cerita 😌

Mungkin karena saya kurang hiburan kali yak makanya berasa berat banget untuk bulan ini 🤧 (uppss kok curhat yah 😅)

Sebenarnya part ini adalah part 57, namun karena 5 part sebelum part ini hanya akan ada di ebook. Jadilah part 52 yang seharusnya part 57 🤗. Part ini sudah saya kondisikan banget biar nyambung walaupun lompat 5 part. Semoga saja kalian suka 🙏. Dan maaf jika cerita ini tidak mengena seperti cerita Empress Xie 😭. Saya usahakan cerita baru yang mendatang tidak beda jauh dengan Empress Xie 😇

Mungkin sekian aja. Malam ini cuma update 3 part 🙏. Sebelum membaca saya beritahukan jika typo masih bertebaran yak 😅 belum sempat edit 😬 maklum saya sudah rada - rada ngantuk 😂

Finally, Happy reading and don't forget to VoMen 😘

Lopyaa 💙

.

Pangeran Rong berhasil di tangkap dengan para orang - orang yang membantunya melarikan diri. Penangkapan pangeran Rong terjadi di kediaman keluarga militer Feng dan hal itu menggemparkan seluruh penduduk ibukota MingQi. Bahkan sebelum matahari naik, para penduduk berkumpul dan mulai memperbincangkan isu serta rumor yang beredar entah dari mana.

Tidak ada yang tahu mengenai rincian kejadiannya. Para penduduk hanya mendengar jika pangeran Rong berhasil di tangkap setelah berusaha ingin menculik putri jendral Holing. Dan untungnya berhasil di cega dengan penangkapan mereka. Selain itu kabar mengejutkan lainnya adalah sarjanawan Yu Su kini di asingkan karena membantu buronan dalam hal finansial, serta perumah pelacuran Qujin di kabarkan rata dengan tanah dini hari. Tidak ada yang tau siapa dalang dari perbuatan itu. Tapi saat mendengar bahwa orang - orang dari pelacuran Qujin yang membantu pelarian pangeran Rong sudah membuat para penduduk paham jika perbuatan itu dilakukan oleh orang - orang istana.

"Inilah resiko yang mereka hadapi jika membantu orang jahat. Pada akhirnya mereka akan mendapat ganjaran yang sama" kata seorang nyonya masih dengan balutan pakaian dalaman yang ia lapisi dengan sebuah mantel.

"Entah bagaimana nasib para pelacur yang bekerja disana, yang jelas dengan tidak adanya tempat itu. Pria di sampingku ini tak akan lagi bisa bermain di tempat itu" sahut nyonya lainnya yang tak lupa menyindir suaminya yang tepat berdiri disampingnya.

Disisi lain, tepatnya di aula utama istana MingQi. Para penghuni istana digemparkan dengan keputusan kaisar Wei yang menjatuhankan pelaksanaan hukuman hari ini juga. Keputusan mutlaknya tak mampu di ganggu gugat. Hal itu sangat wajar di mata para pejabat. Sebab kasus melarikan diri pangeran Rong membuat penguasa MingQi itu tak ingin mengambil masalah apa lagi resiko jika pangeran Rong atau permaisuri Lien berusaha kabur dari penjara bawah tanah.

Akhirnya ketika matahari terbit, para penghuni kerajaan mulai disibukan dengan persiapan hukuman yang sangat tiba - tiba dan akan segera di laksanakan di depan gerbang pintu masuk istana. Para algojo bahkan telah bersiap dengan pakaian hitam yang melekat pada tubuh mereka serta dengan pedang besar, panjang dan mengkilat yang terus saja mereka asa selama menanti waktu penghukuman.

Suara gendang ditabuh dan dipukul hingga menghasilkan suara yang bertalu - talu. Pintu gerbang utama istana akhirnya terbuka dengan lebar. Beberapa prajurit mengawal pangeran Rong, permaisuri Lien, Muan, Menejer Chong, Chenyu dan pejabat yang membantu permaisuri Lien selama ini beserta keluargnya menuju tempat eksekusi.

Walaupun matahari baru saja menampakan dirinya, para penduduk MingQi tak ingin ketinggalan menyaksikan dan menonton tontonan yang menarik juga sangat mengerikan itu. Saat semua tersangka telah menempati posisi mereka masing - masing. Para algojo mulai meminum anggur merah dan mengelilingi mereka, setelah mengelilingi mereka beberapa kali. Mereka menyemburkan anggur merah yang mereka tampung di dalam mulut mereka pada pedang panjang, mengkilat dan dengan ukuran besar milik mereka sebelum mengayunkan pedang mereka dan...

Crass!

Crass!

Crass!

Kepala mereka pun terpisah dari tubuh mereka dalam sekejap. Darah terus mengalir dan merembes keluar sehingga tubuh mereka yang hanya di balut pakaian tahanan yang di dominasi warna putri ternodai dengan warna merah darah.

Menyaksikan hal itu yang hanya berlangsung beberapa detik membuat beberapa orang terkejut, menjerit atau bahkan ada di antara mereka merasa mual dan tidak sadarkan diri. Walaupun demikian, kerumunan penduduk MingQi yang menyaksikan hal itu tak kunjung surut. Padahal penjatuhan hukuman mati kepada mereka telah selesai.

.
.
.

Disisi lain, tepatnya di kediaman Feng. Ai menatap pavilium miliknya dengan tatapan tabjuk. Bagaimana bisa kamarnya sangat bersih padahal seingatnya semalam, di kamarnya ini tengah terjadi pertarungan sengit bahkan seingatnya Di Yu mengatakan jika pintu kamarnya rusak dan patah. Tapi nyatanya, apa yang ia lihat sama seperti terakhir kali ia tinggalkan.

Saat pertarungan itu terjadi, keluarganya harus mengungsi dan menginap semalam di sebuah pinginapan yang ada di ibukota. Sehingga Ai tak tahu bagaimana pertarungan itu terjadi dan berakhir. Ia beserta keluarganya hanya mendengar cerita dari laporan yang Di Yu sampaikan. Sebab hanya Di Yu yang tinggal di kediaman Feng selama mereka pergi memgungsi untuk kelangsungan rencana putra mahkota Rui yang meminta kerja sama dengan mereka.

"Kakak Di Yu, kau pasti berbohong bukan? Kediamanku bahkan tidak hancur dan berantakan seperti yang kau ceritakan" kata Ai

"Hamba tidak berbohong nona muda, kediaman anda memang seperti yang hamba ceritakan. Mungkin setelah pertempuran yang meninggalkan kekacauan itu, yang mulia putra mahkota Rui meminta bawahannya membersihkannya" bela Di Yu

Mendengar nama pemuda yang membuatnya menangis merasakan rindu hingga terbawa ke masa lalu. Seketika Ai merasa sangat ingin bertemu dengannya. Ai menatap langit pagi yang nampak cerah, ia lantas bergumam "aku merindukannya!"

Baru saja Ai mengatakan bahwa ia merindukan putra mahkota Rui, seketika Guan berlari menghampirinya dengan keringat bercucuran. Ai mengernyitkan keningnya bingung saat melihat kedatangan pengawalnya itu, ia lantas bertanya " Kakak Guan, ada apa?"

Dengan terengah Guan menjawab "seorang utusan kerajaan datang ke kediaman dan mengumumkan Titah yang mulia kaisar Wei yang memberi nona muda anugerah pernikahan!" Kata Guan tanpa jeda.

.
.
.
.
.

TBC

Written on Des 18th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang