Feng Ru Ai - 56

6.8K 552 7
                                    


Fan Hua memasuki pavilium utama kediaman Feng dengan membawa nampan berisi cemilan tambahan. Wanita cantik berusia awal 40an itu berpikir jika cemilan suaminya dan putra mahkota Rui kurang. Ia berpikir demikian dikarenakan keduanya sudah mengobrol cukup lama.

Saat ia telah melewati koridor samping yang langsung menuju taman, ia hanya melihat suaminya dan tak menemukan putra mahkota Rui.

"Dimana yang mulia putra mahkota?" Tanya Fan Hua meletakan nampan yang ia bawa di atas meja.

Jendral Holing menarik tubuh istrinya, ia memeluk istrinya erat dengan posisi dirinya masih duduk di kursi. Keduanya nampak sangat intim sehingga para pelayan yang berada disana memilih menyingkir.

Kepala jendral Holing kini sejajar dengan perut istrinya, ia mencium aroma tubuh Fan Hua dalam - dalam seraya menikmati keintiman mereka.

"Tuan apa yang anda lakukan? Jika yang mulia putra mahkota kembali, apa yang akan ia katakan nanti saat melihat posisi kita seperti ini" tegur Fan Hua berusaha melepas belitan tangan suaminya

Jendral Holing membenamkan wajahnya semakin dalam pada perut istrinya. Fan Hua jelas merasa geli dengan perbuatan jendral Holing yang tiba - tiba berubah manja.

"Tak usah khawatir. Putra mahkota Rui saat ini sedang menemui Ai'er. Dan jangan menyuruh atau memerintahkanku melepaskan pelukan ini. Biarkan aku bermanja - manja sebentar saja" jawab jendral Holing.

Fan Hua mendengus, ia mendumel dalam hati dan merutuki perkataan jendral Holing.

'Sebentar? Yang benar saja! Sebentar untuk anda adalah waktu yang sangat lama.Tunggu! Tuan mengatakan apa tadi? Yang mulia putra mahkota bertemu dengan putrinya'

Kedua bola mata Fan Hua terbelalak setelah mencerna penjelasan suaminya. Ia dengan histeris berkata "Anda membiarkannya?" Tanya Fan Hua tidak percaya.

"Tentu saja" tukas jendral Holing

"Kau tahu ia mengingatkanku dengan aku saat melamarmu dulu" Tambah jendral Holing yang semakin membenamkan kepalanya mencari kehangatan dan kenyamanan dalam dekapan keduanya.

.
.
.

Disisi lain, Ai nampak sangat terkejut dengan kehadiran putra mahkota Rui. Terakhir mereka bertemu saat upacara penobatan yang berujung penangkapan para pendusta, pembohong besar dan juga para penghianat kerajaan Ming. Dan seingat Ai. Ia tak pernah di perlakukan hangat.

Sikap putra mahkota Rui sangat dingin. Namun entah mengapa ia merasa akrab dan terbiasa dengan hal itu. Mungkin sebagian gadis sebayanya akan merasa kecewa dan menyerah saat ia kembali bertemu namun diusir secara halus olehnya. Namun tidak dengan Ai. Ia bahkan merasa aneh dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia masih memikirkan pemuda yang dengan kejam dan dingin menyuruh bawahannya mengantarnya kembali pulang saat tak sengaja memasuki hutan di belakang kediaman keluarganya. Bagaimana ia bisa merindukan pemuda yang selalu membawanya dalam mara bahaya. Ai tidak tahu. Ia merasa sangat akrab dengannya dan hal itu membuat dirinya bingung dengan perasaannya sendiri.

Sebelum ia berada disini, Ai ingat. Ia menangisi nama putra mahkota Rui. Perasaan asing seperti rindu yang teramat besar, perasaan akrab seakan ia mengenal putra mahkota Rui begitu lama, juga dengan suasana ibukota MingQi yang seakan menyatu dengan dirinya seketika hadir dan membawanya pada kesedihan dan seketika cahaya terang membawanya kemari.

"Nona.."

"Nona Ai.." panggil Guang untuk kesekian kalinya

Ai tersentak dari lamunannya, ia lantas menoleh menatap Guang dengan tatapan bertanya. Guang yang menangkap maksud tatapan nonanya lantas bergumam tanpa suara dengan mengatakan 'yang mulia putra mahkota sedari tadi memanggilnya'

Ai sontak terkejut dengan apa yang Guang gumamkan. Ia lantas segera membungkuk 90 derajat dan memohon maaf atas kelancangannya. Putra mahkota Rui yang melihat hal itu tersenyum amat tipis karena kelakuan Ai yang sangat menggemaskan menurutnya, senyum yang ia terbitkan diwajah tampannya amat sangat tipis hingga tak ada seorang pun yang menyadarinya.

"Bangunlah nona muda Feng, atau ah, apakah sekarang Ben Gong harus memanggilmu nyonya Ming?" Tanyanya yang membuat Ai bingung sekaligus terkejut.

"Apa maksud anda?" Tanya Ai "apakah hamba akan menikah dengan keluarga kerajaan?" Tambahnya yang langsung angguki putra mahkota Rui yang berusaha menahan senyumnya.

Seperti perkataan jendral Holing. Ai belum mengetahui pemuda yang akan di sandingkan dengannya nanti. Mungkin tidak ada salahnya ia melanjutkan aksi dengan bermain - main dengan Ai yang nampak sangat cantik dan menggemaskan di matanya. Pantas saja, dulu pangeran Rong langsung jatuh cinta dengan wanitanya.

"Tentu saja, anda akan menikah dengan keluarga kerajaan" jawab putra mahkota Rui yang membuat Ai berpikir amat keras.

Siapa yang akan bersanding dengannya? Jika putra mahkota Rui baru saja menyebutnya nyonya Ming. Maka hanya ada 3 kemungkinan kandidat mempelai pengantin prianya. Pertama putra mahkota Rui, kedua pangeran Yan dan ketiga...

Ai lantas menggeleng. Tidak mungkin bukan jika anugerah pernikahan yang di terimanya untuk di jadikan selir kaisar Wei yang entah sudah keberapa. Ai mengenyahkan pikirannya itu. Mungkin ada baiknya jika ia bertanya pada putra mahkota Rui untuk menghilangkan pikiran buruknya.

"Siapa?"

Putra mahkota Rui menyeringai. Ia lalu berkata "Ben Gong tidak bisa memberi tahu nona muda Feng dengan siapa nona muda Feng menikah. Itu bukanlah sebuah kejutan jika Ben Gong memberitahu nona muda Feng" jawab putra mahkota Rui yang langsung membuat Ai merasa kecewa dengan pemikirannya jika putra mahkota Rui akan menjawab pertanyaannya.

"Tapi jika nona muda Feng penasaran, nona muda Feng hanya perlu menikah dengannya jika ingin mengetahui jawabannya"

.
.
.
.
.

TBC

Written on Des 23th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang