chapter fourteen

1.5K 318 13
                                    

chapter fourteen :lost & found

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

chapter fourteen :
lost & found

...

"Gue punya pertanyaan."

Jaemin mengangkat alis pada Jeno yang baru saja berjalan masuk ke dalam markas. Raut wajahnya terlihat tertekan, kacamata bertengger di hidungnya mengancam untuk jatuh.

"Waktu dan tempat dipersilakan," kata Jaemin, mematikan ponselnya dan meletakkan benda pipih itu di atas meja.

Jeno menempatkan sebuah tangan di atas dadanya, raut wajahnya berubah terharu. "Lo berhenti main game untuk gue? Itu baru namanya cinta sejati, bro."

"Sori, bro," balas Jaemin, tidak lupa menekankan kata kedua. "Tapi gue ga akan pernah berhenti main game untuk dengerin curhatan seseorang. Gue lagi nonton video pembelajaran ruangguru tadi."

Jeno menurunkan tangannya dari dada, menatap sahabatnya datar sebelum duduk di sebelahnya. Ia menyelonjorkan kedua kakinya yang panjang, lalu melepas kacamatanya.

"Jadi apa yang mau lo omongin tadi?" tanya Jaemin sambil melipat kedua tangan, matanya melirik sahabatnya yang sedang sibuk mengelap kacamata dengan ujung seragamnya.

Jeno mengenakan kacamatanya kembali setelah selesai. Ia tampak ragu-ragu hendak menyuarakan isi pikirannya dan berakhir bergumam pelan, "Gimana kalau gue keluar?"

"Keluar? Dari mana? Dari OSIS?"

Jeno menggeleng.

"Dari sekolah?"

Jeno mengerutkan kening tak habis pikir, lalu menggeleng.

"Jangan-jangan... dari KK?!" Jaemin menutup mulutnya pura-pura terkejut.

"Engga gila!" sergah Jeno langsung.

"Jadi dari mana?" tanya Jaemin bingung. Ia menatap sahabatnya yang diam-diam menghindari tatapan matanya, menunduk dan bermain-main dengan jari.

Jaemin dan Jeno sudah bersahabat sejak kecil. Keduanya tidak terpisahkan. Hubungan mereka lebih erat dari saudara. Bahkan alasan utama mengapa Jeno ikut mendaftar ke sekolah ini adalah karena Jaemin ditugaskan pemerintah ke sekolah ini.

Bertahun-tahun tidak terpisah, Jaemin jadi tahu benar apa yang dipikirkan sahabatnya ini. Begitu pula sebaliknya.

Maka ketika Jeno bertingkah seperti sekarang, Jaemin seperti bisa membaca pikirannya. Dan mengetahui isi otak pemuda dengan senyum manis itu, raut wajah Jaemin langsung berubah pias.

"Maksud lo...?" Ia membiarkan kalimatnya menggantung di udara, terlalu syok untuk melanjutkan. "Engga, engga, Jeno, lo ga bermaksud... bakal ninggalin... ini, kan?"

Jeno menatapnya memelas. "Ga tahu, Jaem... gue pengen."

"Tapi lo ga boleh keluar!" seru Jaemin kaget, badannya melonjak tegak dan matanya melotot tidak percaya.

[2] Roll Out The Red Carpet | 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang