chapter nineteen

1.4K 306 41
                                    

chapter nineteen :hit the road

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

chapter nineteen :
hit the road

...

"Jin, bibir lo kok berdarah?"

Heejin terlonjak kaget, langsung menutupi mulutnya dengan kedua tangan. "K-kayaknya kegigit tadi..."

Jeno dengan polosnya manggut-manggut wajar, sementara Heejin menjilat darah dari bibir luarnya dengan cemas.

Kalau teman-temannya yang lain sempat melihat bibirnya dan bibir Jaemin, ditambah lagi cerita Hyunjin dimana mereka berduaan semalam, habislah mereka.

Heejin dan Jaemin tidak jadian.

Kenapa? Jaemin menolaknya.

Setelah semua itu, peristiwa nangis-menangis di pelukannya bahkan mengorbankan bibirnya untuk lelaki itu, Jaemin masih menolaknya. Jujur saja, Heejin sedikit kesal.

Tetapi selain egonya yang sedikit terluka, dalam lubuk hati Heejin, ia senang juga Jaemin tidak menerimanya.

Jaemin bukan lelaki yang ia sukai, tidak dengan sepenuh hati.

Heejin selalu menganggapnya teman, mungkin sahabat. Tetapi meskipun banyak yang mengatakan Jaemin naksir dengannya, Heejin tidak pernah peduli.

Semalam, ia hanya mengatakan hal itu karena ia sudah frustasi. Ia menyayangi Jaemin sebagai seorang sahabat, dan tidak ingin membiarkan lelaki itu menanggung beban pikirannya sendirian.

Heejin pikir, jika ia berpacaran dengan Jaemin, lelaki itu akan membuka diri terhadapnya, dan ia akan membantu. Dalam proses itu ia akan berusaha untuk jatuh cinta pada Jaemin, tetapi kalau tidak berhasil, maka mau tidak mau mereka harus pisah.

Kejam memang. Ia tidak sadar melakukan itu akan menyakiti Jaemin lebih dalam.

Untungnya lelaki itu sadar, dan cukup bijaksana untuk tidak menerima pernyataan cintanya.

Namun bagaimanapun, keduanya kini canggung luar biasa.

Dua orang sahabat. Ciuman. Bahkan meninggalkan bukti yang terus menghantui mereka, yang dengan setia mengingatkan mereka kalau ciuman itu pernah terjadi.

"Jaemin!" seru Jeno tiba-tiba, membuat Heejin menoleh begitu cepat, sendi lehernya mungkin melonggar.

Sang pemilik nama baru saja keluar dari kelas, dan menoleh begitu mendengar namanya dipanggil. Ia mengenakan masker, jelas untuk menutupi bibirnya yang terluka.

"Kenapa lo, flu?" tanya Jeno sambil merangkul sahabatnya itu.

Jaemin mengangguk, tetapi matanya melirik Heejin yang juga diam-diam menatapnya balik. Kedua matanya mendarat tepat pada bibir lebam gadis itu.

Jeno melingkarkan tangannya yang lain di sekeliling bahu Heejin, bergantian melirik kedua sahabatnya itu dengan senyum manis.

"Ke kantin yuk?" ajak Jeno.

[2] Roll Out The Red Carpet | 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang