chapter twenty-five

1.6K 291 141
                                    

chapter twenty-five :motherly instinct

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

chapter twenty-five :
motherly instinct

...

"Anak-anakku baru saja bertengkar hebat."

Pria muda itu mengangkat sebelah alisnya tertarik, sebatang rokok pendek terselip di kedua belah bibirnya. "Mengapa?"

"Rahasia Na Jaemin akhirnya keluar," jawab orang itu ringan, bahkan cenderung senang.

"Anak-anakku pergi mengusut kasus," Nyala rokok di bibirnya mulai redup, asap yang mengudara juga semakin tipis. "Tapi aku merasa sesuatu akan terjadi antara bule Australia itu dan Kim Chaewon."

"Oh, dan Lee Jeno," Nada lawan bicaranya berubah serius. "Bocah itu sepertinya menguping pembicaraanku dengan pimpinan semalam."

"Apa katanya?"

"Dia was-was sekarang. Menjaga Jeon Heejin," decak pria itu jengkel. "Dari awal aku tidak pernah menyukainya. Terlihat seperti tipe bocah yang akan mengganggu rencanaku."

"Kenapa kau tidak ambil dia saja kalau begitu, jangan Jeon Heejin?" tanyanya sambil menghembuskan asap dari mulutnya. "Lebih mudah."

"Untuk apa aku mengambil Lee Jeno? Dia bahkan bukan salah satu dari mereka," balas temannya mendecih. "Dia hanya orang biasa yang kebetulan berteman dengan kelima bocah spesial itu."

Aroma khas nikotin terbakar sudah memenuhi ruangan, jadi ia berdiri dan membuka jendela besar ruangannya. "Maka kau keluarkan dia."

"Keluarkan dia?"

"Buat kelima anak itu membencinya atau apa," katanya santai, menarik napas menghirup udara luar yang lebih segar. "Lalu kau ambil Jeon Heejin."

"Sepertinya lebih gampang aku mengganti target saja," decak temannya di ujung sana. "Lee Jeno boleh melindungi Jeon Heejin sampai setengah mati, tapi usahanya akan sia-sia."

"Mengapa begitu?"

"Karena aku akan mengambil gadis yang lain sekarang," kata pria itu dengan nada puas, lalu melanjutkan lagi.

"Lee Jeno tidak akan ada disana untuk melindungi Lee Nakyung, kan?"

...

"Lagian, why you nyari masalah main-main di becekan tadi?"

Chaewon merenggut, mengeratkan pelukannya pada leher lelaki itu karena takut jatuh. "Gue ga sengaja! Gue turun mobil dan terpeleset karena tanahnya ga rata!"

Felix menggeleng-gelengkan kepalanya. "Meski begitu, why harus gue yang gendong lo?"

Chaewon menyentil kupingnya. "Andaikan yang terpeleset tadi Siyeon, lo pasti dengan senang hati gendong dia, kan?" sindirnya kesal.

[2] Roll Out The Red Carpet | 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang