chapter thirty-six

1.6K 302 138
                                    

chapter thirty-six :grand finale

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

chapter thirty-six :
grand finale

...

Pukul 00.52
Gerimis

Lino sudah sedikit tenang.

Ia hanya kelepasan karena ada yang berkata-kata seakan hendak merebut gadisnya tadi. Seorang bocah lagi. Bagaimana mungkin Lino tidak ngamuk?

Pria itu sibuk bermain-main dengan pistolnya, melambungkan asap tembakau ke udara, sambil sesekali tertawa-tawa sendiri, entah mengapa.

Ia sudah gila, itu benar.

Berada dekat-dekat dengan adiknya Nami pasti mempengaruhinya menjadi gila juga.

Terkadang, ia bisa tidak ingat dengan apa yang dilakukannya sepanjang hari. Tetapi setelahnya, adiknya akan begitu patuh pada dirinya. Rasanya menyenangkan.

Malam itu tenang. Hanya ada rintik-rintik hujan yang lembut, tidak lagi bising seperti tadi.

Lino memutuskan untuk duduk di dekat semak sambil memainkan pistolnya. Kedua kakinya mulai terasa pegal.

"Nami, Nami, Nami adikku sayang, sedang ngapain ya?" gumamnya pada diri sendiri. "Jisun juga. Jisun yang cantik, Jisun yang manis, apa dia menungguku?"

Ia tersenyum sendiri memikirkan kalau gadis itu mungkin sedang menunggunya di suatu tempat, entah dimana pikiran gilanya itu menentukan latar.

Kepalanya berputar cepat ketika ia mendengar langkah kaki. Pistolnya terangkat ke udara, mengarah pada bayangan kabur yang melangkah dari balik rumahnya.

Lino mengerjap kaget, dengan cepat ia menurunkan pistol dan berdiri, berlari menghampiri sosok itu.

"Jisun, Jisun! Kamu kenapa keluar?!"

Gadis kesayangannya itu mengenakan gaun tipis yang indah sekali, namun pasti akan terasa dingin ketika dihujam hujan dan angin seperti ini.

"Kamu bakal sakit kalau terkena hujan! Jangan begini, sayang!" seru Lino kewalahan, buru-buru melepas jas hujan yang dikenakannya untuk diberikan kepada gadis itu. "Jisun sayang, kenapa kamu tidak berbicara?"

Tetapi gadis itu tidak kunjung menjawab. Ia hanya menatap kosong ke arahnya, bahkan tidak bergerak untuk menerima jas hujan yang diberikan kepadanya.

"Jisun, jawab aku, sayang!" seru Lino sambil mengguncang-guncangkan tubuh gadis itu.

Gadis itu menggeleng tiba-tiba, membuat kedua matanya melotot tidak mengerti. Tangan bergetar gadis itu merogoh sakunya, mengeluarkan secarik kertas kecil yang dilipat menjadi dua.

"Apa ini, cintaku?" tanya Lino sambil mengambil kertas itu dari tangan sang gadis. Keningnya berkerut ketika ia membaca pesan yang tertulis di kertas itu. "'Kemarikan pistolnya?' Mengapa?"

[2] Roll Out The Red Carpet | 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang