chapter twenty-nine

1.5K 294 60
                                    

chapter twenty-nine :bury the hatchet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

chapter twenty-nine :
bury the hatchet

...

"Jaemin?"

Yang dipanggil noleh. "Yo?"

Jeno kaget. Jaemin nyadar dan langsung buang muka.

"Maksud gue... hm?" ralatnya sok-sok ngambek.

"Kita mau ke studio broadcasting Sunwoo, mau ikut?" tawar Jeno sambil duduk di tepi tempat tidurnya.

"Ga deh."

"Yakin?" ulang Jeno, diam-diam berharap lelaki itu akan berhenti marah dan bergabung kembali dengan mereka.

"Kan uda gue bilang, gue butuh waktu sendiri. Kalo bukan karena sekolah, gua uda kabur duluan kali."

Jeno menghela napas. "Yaudah kalo begitu."

Jaemin mengangguk, masih ogah menoleh ke arah sahabatnya itu.

"Marahnya jangan lama-lama," kata Jeno sambil memakai jaket kulitnya. "Heejin sedih."

Jaemin terkekeh pahit. "Jadi gue harus peduli?"

"Lo sayang Heejin. Gue yakin lo peduli."

Jaemin masih setia menatap keluar jendela. Kedua matanya mendarat pada dua ekor burung merpati yang sedang santai di atas atap asrama perempuan yang dicat warna merah bata.

"Dianya ga sayang gua."

Jeno mengernyit. "Sebagai temen, dia sayang lo. Nakyung juga. Gowon juga. Semua orang juga."

"Gue ga tahu gue bisa percaya sama omongan lo atau engga."

Jeno menghela napas. Temannya terlalu keras kepala.

"Beneran lo ga mau ikut?" tanyanya sekali lagi sebelum pergi meninggalkan kamar.

Jaemin mengangguk mantap. "Seperti yang gue bilang, gue butuh waktu sendiri."

"Kalau kita butuh kekuatan lo gimana?"

Jaemin mengatupkan bibirnya rapat.

Dia hidup dari uang pemerintah selama ini. Dia diharuskan untuk bekerja semaksimal mungkin di pos yang ditempatinya.

Dalam kasus ini, Roslin.

Seberapa marah pun dirinya dengan teman-temannya yang lain, ia tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja.

Bagaimana jika mereka membutuhkannya, dan ia tidak ada untuk menolong?

Bagaimana jika mereka kehilangan Lino lagi hanya karena dirinya yang keras kepala?

Terlalu banyak resiko yang ditakuti Jaemin.

"Gue ikut," putusnya sambil berdiri, mendapati sahabatnya yang menyengir dengan wajah secerah mentari.

[2] Roll Out The Red Carpet | 00lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang