Sehabis mandi Renjun turun ke lantai satu, ia berjalan ke arah dapur mencari makanan. Namun nihil, ia tidak melihat satu hidangan pun.
"Rania!" panggil Renjun.
"Rania aku lapar nih!"
Tidak butuh waktu lama, Rania datang sambil berlari pelan.
"Tuan mau makan apa?" tanya Rania yang menundukan kepala.
"Biskuit cokelat, sama panasin susu ya. Aku tunggu di sini." Renjun duduk manis di salah satu kursi.
Rania bergegas menyiapkan semuanya. Sedikit risih saat Renjun terus saja menatapnya sambil senyum-senyum. Penampilan Renjun sekarang membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Lelaki itu hanya memakai kaos bergambar dinosaurus dan celana pendek selutut. Rambut yang setengah kering habis keramat. Terlihat begitu polos.
Ini hanya tipu daya saja pikir Rania lagi yang menyadarkan dirinya sendiri. Karena Renjun itu mengerikan, tidak sepolos sekarang ini.
"Kamu boleh main hp, tapi dalam pengawasanku ya." celetuk Renjun tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Rania bingung.
"Dari kemarin hp mu bunyi terus. Kevin sama Bela telepon terus."
Setelah selesai memanaskan susu Ia menuangkan ke gelas ukuran sedang untuk Renjun. Tak lupa sepiring biskuit cokelat. Lelaki itu menyerahkan ponsel milik Rania.
"Ini."
Tanpa menyahut apa-apa dia mengambil ponsel itu. Dilihatnya isi pesan yang masuk sampai 200 lebih. Tiba-tiba ada telepon masuk dari Kevin. Rania ragu-ragu mengangkatnya, ia melirik Renjun yang tengah melahap biskuit dimulutnya.
"Di sini, angkat aja. Loud speaker please." Renjun menatap Rania lurus-lurus.
"Rania, lo di mana? Udah hampir seminggu nggak ada kabar, gue cari di kosan juga nggak ada. Lo di mana sih?!" Rania terlihat takut untuk menjawab karena mata Renjun tak lepas darinya sejak tadi.
"Gu—gue lagi kerja, Vin."
"Kerja di mana Rania? Kok nggak kasih tau gue?"
"Ada, pokonya gue susah pegang hp. Gak usah mikirin, gue disini dapat tempat tinggal, makan. Udah dulu ya..." Rania memejamkan matanya saat memutuskan teleponnya. Oh dia akhirnya berbohong lagi.
"Kevin? Pacarmu?"
"Bukan." balas Rania singkat. Ia lalu mengecek pesan dari Bela.
"Yang itu udah nggak usah direspon!" Renjun langsung merebut lagi ponsel Rania.
"Renjun! Aku belum selesai lihat!"
"Tuan!" Renjun menggebrak meja.
Rania sudah muak memanggilnya dengan embel-embel tuan. Orang seperti Renjun tidak pantas dihormati. Perempuan itu mencoba mengambil ponselnya lagi namun Renjun menahannya dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Fear | Renjun✔
Fanfiction❝Kenapa harus kamu, perempuan yang pernah berbagi rahim denganku❞ -Renjun. Ini tentang si pelukis berdarah. Yang punya sejuta misteri mengerikan dan masa lalu kelam. Usia ke-21 tahun, di mana seharusnya ia mati, justru dia bertemu dengan perempuan y...