5. Tuan Renjun.

955 170 58
                                    

⭐⭐⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐⭐












Bela berjalan tertatih memasuki taksi yang tadi Rania hubungi menggunakan telepon rumah Renjun. Sejak tadi Bela tak henti-hentinya menangis karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada Rania. Tentu saja ia tak ingin sahabatnya terluka, tapi Renjun juga tidak akan membiarkan Rania keluar dari rumah ini kecuali atas izinnya.

"Ran... jaga diri lo baik-baik." Bela memeluk erat tubuh Rania sebelum akhirnya benar-benar pergi.

"Iya gue janji." Senyumannya begitu ia paksakan mengembang hanya untuk meyakinkan Bela dia baik-baik saja.

Pandangannya tak lepas dari mobil yang kini pergi menjauh, rasa khawatir mulai menyelimutinya. Takut, ya dia mulai takut dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Sebelumnya Renjun menyuruhnya untuk pergi ke ruangannya.

Dia hanya bisa berharap tuhan masih melindunginya meski ia jarang pergi untuk ibadah. Ia hanya berharap setiap langkahnya akan dilindungi tuhan.

Seketika sebuah kalimat bunda Jesslyn kembali terputar di kepalanya.

"Tuhan akan selalu bersama anak baik. Meski dunia ini jahat, tuhan akan selalu melindungi kamu kalau kamu baik."

"Rania, ayo jadi anak yang baik. Tuhan selalu bersama kita semua." Rania lalu mempertemukan kedua tangannya sendiri seraya berdoa pada tuhan.

Dia lalu menaiki anak tangga yang cukup lebar jaraknya karena memang begitu luasnya rumah Renjun. Semua lantainya dari keramik yang cantik dan sangat berkilau.

Baru selangkah setelah membuka pintu, rasa takut itu muncul lagi. Jujur dia ingin menangis, ingin berteriak minta tolong. Tapi pasti percuma.

"Hai Rania!" sapanya lagi. Sungguh meski terlihat manis, itu terasa menakutkan.

"Duduk di sini!" titahnya.

Renjun menunjukan sofa yang masih kosong tepat di sampingnya. Tentu saja perempuan itu menolak, ia ingin sekali menjaga jarak dengan lelaki psikopat itu. Namun bisa saja ia mati jika menolaknya.

"Nggak usah takut, aku akan baik kalau kamu baik."

Dengan begitu berat kakinya melangkah, percayalah bahkan kaki itu tidak bisa melangkah dengan tegap. Lemas campur gemetar. Bahkan sejak tadi matanya tak berani menatap wajah Renjun.

Lelaki itu menyerahkan selembar kertas dengan materai yang tertempel. "Tanda tangan!"

Rania menandatanganinya dengan penuh ragu.

"Sudah sah ya, kamu punyaku sekarang. Tugas kamu adalah menemaniku setiap saat, menuruti segala perintahku. Dilarang keras untuk menentang." Renjun menekankan di perkataan terakhir nya.

"Rumah ini penuh cinta Rania. Kamu akan melihatnya sendiri nanti." Renjun mengusap pucuk kepala Rania.

"Hm... Tapi juga ada rasa ketakutan." Lelaki itu mendekati telinga Rania.

Bloody Fear | Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang