16 || Aware and think

106 13 0
                                    





Jangan lupa vote n comment yaa!







*****







"Gimana Bun, udah pas?" tanya Dara menatap Buna lekat, menyimak Ella yang sedang mencicipi kuah sop buatan Dara

Buna mengangguk, "enak sayang."

"Kamu pinter ya masak gini, siapa sih yang ngajarin?"

Senyum Dara perlahan luntur, mendengar pertanyaan Buna membuatnya teringat Papah. Netra Dara turun memandang sop dalam panci, Papah suka sekali sop buatan nya.

"Hei, are you okay sweetie?"

Dara tersentak, "o-oh i'm fine. Cuma kepikiran Papah aja Bun. Because, when I was little I was taught to cook by him. Childhood dad... "

Buna trenyuh mendengarnya, dia memahami bagaimana rindunya Dara pada sosok Ayah di masa lampau.

"Do you hate it?"

"Kecewa. Seharusnya Papah mendengarkan Dara kemarin, dia juga salah menilai Biru, Buna. He doesn't trust his own daughter... "

Buna langsung memeluk Dara, ia mengusap bahu Dara lembut menguatkan gadis itu, "we can fix it."

"Dari awal, okay?"

Dara mengurai pelukannya, hembusan napas berat terdengar sesak oleh Buna.

"Dara nggak tahu Buna, Dara capek... "

Buna mengusap pipi Dara, "no. Dara itu kuat."

"Dengerin Buna sayang, selama ini saat mama udah nggak ada siapa yang jagain kamu? Anak hebat terlahir dari orang tua yang hebat. Sekarang kamu inget lagi, dulu Papah kamu kerja keras banting tulang kan buat se sukses sekarang?"

"Bisa dihitung kah pengorbanan nya? Dia ngerawat kamu dari kecil. Papah kamu emang keliatan posesif dengan hal yang terkait kamu. Karena apa, karena dia takut."

Buna meraih tangan Dara, digenggamnya erat.

"Dia takut kalau misalnya dia meninggal tiba tiba, dan kamu nggak punya bekal apa apa Dara... Dia begitu karena sayang kamu. Dia nggak mau kamu melakukan kesalahan di masa muda, karena khawatir itu mempengaruhi masa depan kamu."

"He's a hero isn't he?"

Air mata Dara menetes, pernyataan Buna membuatnya timbul rasa sesal. Pikirannya kini mencemaskan keadaan Papah, dirinya kalut.

Emosi Dara meluap, kini perlahan ia menghembuskan napasnya lega. Pikirannya jauh lebih terang.

Buna tersenyum mengelus pipi Dara, "Kamu udah besar, Buna yakin kamu bisa ambil keputusan kamu sendiri."

Dara mengangguk membalas senyuman Buna, "Makasi Buna."

"Kita sarapan dulu ya, Buna mau ajak Anna mandi dulu. Minta tolong panggil Biru ya di kamarnya."

"Hah?" reflek Dara menyahut kaget

Buna mengerut kan keningnya, "kenapa sayang?"

PLAYBOY CLASSMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang