06 | Pembagian Rapor

497 47 7
                                    

Aku tidak tahu ke mana mama setelah dia memarahiku beberapa hari lalu soal nilai ulangan. Sampai pembagian rapor tiba, mama tidak datang ke sekolah apalagi papa. Seperti biasa, aku akan membawanya sendiri.

Nilainya tidak terlalu buruk seperti yang mama bilang, aku berhasil naik kelas dua belas dan mempertahankan ranking satu.

"Grahita, nyokap lo mana?"

"Kok lo masih ranking satu si, Ta?"

"Bapaknya kan orang kaya."

"Duit mulus, ranking satu tembuus."

"Emang bisa?"

"Apa, sih yang nggak bisa dilakuin sama bapaknya yang super kaya itu."

"Secara, Arasy Diraja kan businessman tersukses tahun ini."

"Haha. Jingan!"

Sepanjang koridor kelas sebelas, telingaku dipenuhi sindiran-sindiran yang aku sendiri, sebenarnya tidak merasa jika itu untukku. Angkatan sebelas menganggap, bahwa usaha yang kulakukan untuk mempertahankan peringkat satu di kelas atau saat juara satu mengikuti lomba sekolah, memakai 'uang pelicin' agar aku tetap ada di posisi itu. Bodohnya, satu orang yang menyebarkan rumor itu membuat satu angkatan percaya kebenarannya.

Hanya kelasku yang masih di batas wajar saat mengolok-olok atau apapun itu. Beberapa dari mereka masih dekat denganku termasuk Tamam, Mina dan Gemi. Tentu saja, ketiganya mempertahankan aku dalam geng sialan mereka. Padahal, aku sudah keluar dari geng yang terbentuk jaman sekolah menengah pertama itu. Namun, ketiganya selalu mengejar dan mengajakku untuk kembali bergabung dengan mereka.

Hari ini, aku berencana bertemu dengan Banda. Dia bilang aku harus menjemputnya sepulang sekolah. Aku sudah membawa mobil karena dia yang meminta seperti biasa.

Pembagian rapor membuat lapang parkir sekolah cukup ramai kendaraan yang berjajar rapi di sana. Beberapa orangtua murid membawa kendaraan pribadinya sehingga lapangan ini semakin sempit, membuatku mesti berjalan cukup jauh untuk menjumpai mobilku yang diparkir paling ujung.

Netraku terbuntang saat mendapati mobilku dalam kondisi mengenaskan. Kaca spion hanya sebelah, bumper depan mobil sudah dipenuhi oleh kotoran. Belum lagi, kaca bagian depannya terdapat coretan kata-kata disgusting membuat kepalaku pusing. Astaga! Siapa yang melakukan ini?

"Gue heran deh sama, lo. Kok, bisa sih dapet juara terus? Udah gitu, juaranya hasil sogok lagi. Jijik gue." Badanku berbalik mendengar suara itu. Indra penglihatanku mendapati sosok Indira dan kedua temannya—yang berdiri di belakang seperti dayang—tengah berpangku tangan sembari menatapku jijik (?)

Mereka satu angkatan denganku. Namun, hanya berbeda kelas saja. Geng itu sering beradu mulut dengan ketiga temanku. Indira paling mengincarku dan terus mencari keburukan tentangku. Entah dendam apa yang dia miliki terhadapku. Ah, aku jadi yakin siapa pelaku perusakan mobilku ini.

Ia maju beberapa langkah ke arahku. "Lo nggak malu? Mentang-mentang orangtua lo kaya, lo gunain buat nyogok biar dapat juara terus gituh? Cih!"

Mataku memicing padanya. "Dan lo Percaya?"

Indira dan kedua temannya saling beradu pandang kemudian menggedikan bahu. "Apa maksud, lo?" Si ketua geng kembali bicara.

Aku mengabaikan pertanyaannya. "Kalian bertiga yang bikin mobil gue begini?"

Telunjuk Indira mendorong bahu kananku. "Ditanya malah lempar pertanyaan. Apa maksud ucapan lo tadi?"

Mataku menjuling ke arah lain. "Percuma gue ngomong sama orang yang emang dasarnya ngebenci gue. Mau seribu kebenaran yang gue ungkap pun bakal dianggap kebohongan semua. Jadi, ya ngapain gue capek-capek jelasin itu ke kalian."

Percuma juga melanjutkan pembicaraan dengan Indira. Sekalipun dia dan gengnya yang mengakibatkan mobilku begini, mereka tak akan mengakui. Lebih baik aku memesan taksi online saja dan membiarkan mobilku di sini.

Aku pun bertolak diri tanpa mengindahkan apa yang akan dikatakan Indira selanjutnya. Tindakanku menciptakan kerutan di ketiga kening mereka.

[]

Pantang tidur sebelum beres. Pukul 03.14 baru selesai nulis gara-gara kemarin malam mager buat buka note. Ualala~

Baru day 7 yok masih semangat yok~

Bandung, 7 Desember 2019.

31 DWC | Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang