18 | Permintaan Aneh Banda di Anniversary

340 23 3
                                    

Mama pulang dari rumah sakit, itu kabar baik. Buruknya, dia menjadi semakin aneh. Mama tidak pernah menyapa aku lagi semenjak kepulangannya. Bahkan, dia tidak pernah menanyaiku lagi soal nilai-nilai ujian atau tentang les dan lain-lain.

Oh, semenjak kenaikan kelas tiga, aku sudah tidak diminta untuk les ini itu sama mama. Papa juga tidak menyuruh mama mememaniku latihan piano atau melukis. Olimpiade, resital, pameran lukisan, semua ditiadakan. Mereka tak pernah membahasnya lagi.

Beberapa bulan terakhir, aku belajar yang ingin aku pelajari saja. Namun, tidak ikut les-lesan lagi. Aku berhenti latihan piano, tapi tetap melukis jika mau. Bulan ini saja, banyak aku habiskan bersama Banda atau berjalan-jalan. Di rumah hanya saat tidur dan belajar saja.

Mama tidak melarangku untuk pergi ke mana pun. Kupikir, mereka benar-benar tidak acuh padaku. Nyatanya, soal fasilitas yang papa berikan padaku selama ini, tidak ditarik satu pun. Mama juga jadi mulai mentransferkan uang padaku sejak bulan lalu. Dengan catatan, uang itu mesti dibayar untuk biaya sekolah, artinya aku tidak boleh memakai uang itu sepeser pun untuk kebutuhan pribadi.

Dalam hal menafikan ucapan mama, biasanya aku sang ahli. Berbeda dengan sekarang, aku merasa segan karena mama langsung yang memberi note itu tanpa menyuruh bibi.

Rasanya, aneh mendapat perubahan sikap mereka yang tiba-tiba seperti ini.

Malam ini, aku mencoba beranikan diri untuk berbicara pada mama sekaligus meminta izin untuk pergi. Dia sedang di balik meja kerjanya menghadap laptop, entah sedang berkutat dengan apa dirinya. Wajahnya nampak serius.

"Ma." Panggilan pelanku menghetikan aktivitas mama. Ia mengalihkan pandangannya dari laptop ke arahku.

"Ada apa?" katanya membenahkan letak kacamata. "Uang yang aku transfer kurang?"

Aku segera menggeleng keras, langkahku mendekati meja kerjanya. "Nggak, Ma. Itu, aku a-aku mau izin pergi ke luar."

Sebelah alis mama terangkat. "Tumben izin? Pergi saja." Setelah itu, mama menyibukkan dirinya lagi.

Ucapan pamitku tidak dibalasnya.

Aku berencana pergi bersama Banda ke suatu tempat untuk merayakan hari jadi. Ini tahun kelima, kurasa kami sudah sering merayakan ke tempat-tempat yang mewah. Banda juga sudah sering memberi kejutan istimewa. Tahun ini, aku ingin sesuatu yang baru. Merayakannya di tempat sederhana tanpa hadiah atau kejutan. Banda menyetujuinya.

"Sudah sampai!" Banda memberhentikan mobil di sebuah lapangan luas yang tidak pernah aku ketahui sebelumnya.

"Ini di mana?" Laki-laki itu tidak menjawab malah turun dari mobil lalu membukakan pintu untukku. Ia mengamit lengan dan mengajakku berjalan ke depan mobil.

Tubuh kami bersandar di kap mobil. "Lihat itu." Banda menujuk langit biru gelap bertabur ribuan cahaya bintang.

Jarang sekali aku melihat pemandangan seperti ini. Secara otomatis sudut bibirku saling menarik. "Indah."

"Seperti kamu." Sejuta kali pun aku mendapat rayuan itu, tetap saja perasaan membuncahku tak dapat disembunyikan.

Banda meraih wajahku dengan tangan kanannya. Kepalanya mendekat ke arahku. Tak lama kemudian, bibirnya menempel di bibirku yang tertutup rapat. Tubuhku menegang, ini pertama kalinya Banda mencium bibirku. "Happy anniversary, I love you," bisiknya lirih.

Keterkejutanku masih membuat tubuh ini terpaku. Mataku hanya mampu menatap Banda tanpa bereaksi apa-apa. Wajahnya kembali mendekat. Kali ini, kelopak mataku terjatuh sendirinya saat bibir itu kembali menempel.

"I want to lie with you in bed. Can we do it? "

"Do what?" Suaraku tiba-tiba menghilang.

"Ha es."

Hidungku berkerut. "What is that?"

"Having sex."

Mataku membeliak pun segera menggeser tubuh dari Banda mendengar permintaan darinya barusan.

[]

WHAT THE FVCK IS THIS. Yaampuuun maapkeun makin absurd whwhwh

Nyocok-nyokin key juga sebenarnya

Day 19 masih semangat walau abis banjir-banjiran nder~

19 Desember 2019.

31 DWC | Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang