23 | Baikan

307 25 9
                                    

Atas sikapku yang merumbu pada Banda, ia semakin sulit dihubungi. Ketika aku datang lagi ke rumahnya, dia tak membukakan pintu. Nomorku diblokir, semua sosial media yang kupunya pun sama. Banda semakin menjauh. Pulang sekolah aku berencana datang ke tempat yang sering ia kunjungi, kedai kopi. Mungkin saja, kali ini aku berhasil menemuinya.

"Grahita apa kabar? Sudah sehat, kan?" Lamunanku terbuyarkan oleh bu Andrea, wali kelas di kelas dua belas. Tanganku yang semula memangku dagu berpindah ke atas meja.

Pagi sekali aku sampai sekolah tanpa diantar supir pun sengaja datang lebih pagi dari biasanya agar tidak mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari beberapa guru yang tak ingin aku jawab.

Bibirku menyungging. "Sehat, Bu. Sudah sembuh kok."

"Syukurlah, ibu khawatir tiga hari ini kamu nggak masuk tanpa kabar sama sekali, tahu-tahu pas hubungi mama kamu katanya kamu sedang sakit. Tapi ibu lihat-lihat badanmu semakin kurus sekarang."

Tanpa perlu membalasnya, senyumanku sudah cukup. Ia kembali ke mejanya dan memulai pelajaran.

Upayaku menjauhi Gemi, Tamam dan Mina kali ini berhasil. Sejak mereka datang ke kelas sampai jam pelajaran habis, tak satu pun dari mereka mendekat atau menanyai kabar tentangku. Aku benar-benar sudah lelah dengan pertemanan bersama mereka. Di tahun terakhir sekolahku, aku hanya ingin menjauhi orang-orang yang memanfaatkanku saja.

Syukurlah, mereka pun tak membahas apa-apa lagi di depanku. Paling, berita terheboh di sekolahku sekarang adalah, pertanyaan-pertanyaan teman seangkatanku yang penasaran kenapa aku tidak bersama mereka lagi beberapa hari terakhir ini.

*****

Aku tunggu kamu di kedai kopi, tapi jangan lupa bawa mobil sama siapin uang cash 400rb aku butuh banget sekarang

Senyumku terbit membaca pesan dari Banda. Baru saja bel pulang berakhir, aku bergegas mengemas barang-barangku dan berlari menuju parkiran. Tanpa menunggu lama lagi, aku segera tancap gas menuju kedai kopi.

Kali ini, aku beruntung karena tidak perlu susah payah menghubungi teman-teman Banda untuk mencarinya. Karena, Banda sendiri yang menghubungiku lebih dulu.

Sesampainya di tempat yang dituju, aku segera mencari sosok Banda. Dia masih di tempat favoritnya, paling pojok ruangan dengan satu meja bundar dan dua kursi berdekatan dengan tembok.

Aku meminta maaf berkali-kali setelah sampai di tempat duduknya. Tanganku menggenggam erat lengan Banda seraya memelas agar ia iba. Upayaku berhasil. Ia mengizinkanku duduk.

Kami bersitatap dengan tangan yang saling mengait. Netraku berkaca-kaca menatap Banda. Sungguh, aku merindukannya. Berhari-hari, wajah dia selalu muncul sebelum aku tertidur. Berharap, pertikaian yang sebelumnya terjadi tak pernah ada. Jemariku semakin kuat meremas sepuluh jarinya.

"Maaf." Kata itu pun terlontar lirih.

Banda tidak menjawab, bola matanya hanya memandangiku.

"Aku minta maaf karena udah nuduh kamu waktu itu. Maaf. Please, aku nggak mau kita putus ...." Air mata yang sejak tadi kutahan pun lolos juga.

Banda melepas sebelah tangannya dariku dan menciptakan horizontal di pipiku dengan ibu jarinya menyapu air mata yang terus mengalir. Saat itu juga, aku berhenti menangis. Perlahan kutarik sudut bibirku ke kedua sisi.

"Oke. Aku maafin kamu." Deretan gigi aku tampilkan seketika. Tak bisa digambarkan betapa bahagianya aku sekarang mendapat maaf dari Banda. Tanganku makin meremas sebelah tangan Banda. Sungguh, perasaan lega ini baru aku rasakan untuk pertama kalinya.

"Makasih, makasih!" Tubuhku bersikap dan menghampiri Banda seraya memeluknya dari belakang. "Aku nggak akan ngulangin kesalahan yang sama lagi. Makasih udah maafin aku. Kita nggak jadi putus, kan?"

Usapan tangannya di kepalaku membuat tenang. "Iya. Nggak jadi." Kepalaku semakin tenggelam di leher Banda saking senangnya.

"Oya, uang yang aku minta udah kamu bawa, kan? Kamu bawa mobil juga? Kita pergi sekarang aja mau?"

Tentu saja aku tidak akan menolak.

[]

Day 24 semanagat~

Aku kelupaan masukin ke WP whwhw /nangid/

Btw, Merry Christmas bagi yang merayakan ❣️

24 Desember 2019

31 DWC | Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang