14 | Banda's birthday

349 31 2
                                    

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday, happy birthday Banda!"

Wajah Banda terlihat senang sekali saat teman-temannya melantunkan lagu itu. Kafe yang tidak terlalu besar ini menjadi tempat untuk merayakan ulangtahun Banda dan sengaja aku mem-booking tempat ini agar bisa leluasa.

Teman-teman Banda yang hadir cukup banyak. Mereka membawa pasangan masing-masing. Beberapa dari mereka ada yang aku kenal. Tidak ada temanku di sini karena Banda yang bilang untuk tidak mengundang mereka, jadi kuturuti saja keinginannya itu.

"Happy birthday, Banda. I love you." Seraya menyerahkan bingkisan kado kepadanya, aku memeluk tubuh Banda setalah mencium pipi kiri dan kanannya.

Aku berusaha sekali menampilkan ekspresi sangat bahagia. Tentu saja, harusnya aku bahagia karena ini hari spesial untuk Banda. Namun, pikiranku berlari-lari memikirkan mama. Sudah satu minggu dia masih di rumah sakit, papa tak kunjung pulang.

Hari itu, bi Iyam benar-benar menceritakan apa yang terjadi. Soal mama yang tidak ingin ditemani, mama kecelakaan karena mabuk—aku tak pernah tahu mama bisa meminum minuman itu—juga alasan mama melarang untuk memberitahu papa soal ini. Bibi menceritakan semuanya.

Sisa malam aku habiskan mendengarkan cerita bibi tentang masalalu mama. Tentang perjodohan mama, sampai mengapa aku dilahirkan. Tidak sepenuhnya aku percaya, sungguh. Bibi terkesan melebih-lebihkan, tapi aku diam saja untuk mendengar dari sudut pandangnya.

Ingin sekali aku mengetahui tentang ini dari mama langsung. Pun ingin mematahkan apa yang bibi katakan soal mama tidak menginginkanku itu tidak sungguhan. Aku sungguh ingin berbicara langsung dengan mama, tapi dia tak pernah mengizinkan aku masuk ke ruangan tempat ia dirawat setiap kali berkunjung.

Tubuhku hanya akan berdiri di balik pintu memperhatikan mama lewat celah kaca dengan laptop di pangkuannya. Dalam keadaan sakit pun, ia masih tak mau meninggalkan pekerjaannya. Satu minggu ini pun, tak ada yang menghalang-halangiku untuk pergi ke luar rumah lebih lama. Malah, pelayan-pelayan di rumah terlihat lebih santai. Mungkin sakitnya mama menjadi kesempatan mereka untuk berleha-leha.

Kacung-kacung menyebalkan! Kadang aku pun sangat membenci mereka, kecuali bi Iyam. Kebencianku bukan tanpa alasan, aku sering kali melihat mereka tidak bekerja dengan baik jika mama tak di rumah.

Pernah yang paling parah, salah satu pelayan mencuri satu kalung berlian mama. Aku masih berbaik hati tidak melaporkan hal itu pada mama atau papa, aku malas jika harus ada keributan besar gara-gara itu. Jika mama yang tahu, dia tak akan memaafkan kacung itu.

Sekonyong-konyong tubuhku tertarik ke tempat yang lebih sepi. Hal itu membuat lamunanku terhenti. Banda yang melakukan itu.

Di keremangan kafe aku masih bisa melihat ekspresi rongseng Banda. Astaga! Aku melakukan kesalahan.

"Kamu kenapa melamun, sih?!"

"Maaf."

"Ta, ini hari ulangtahun aku, loh. Harusnya kita senang-senang!"

"Iya, aku minta maaf. Aku hanya kepikiran mama."

"Ngapain, si kamu mikirin mama kamu? Emang dia mikirin kamu juga? Nggak, kan? Udahlah, jangan melamun lagi. Kita senang-senang malam ini, oke!"

Banda menyatukan tubuhnya denganku. Kepalaku terbenam di dadanya. Kata-kata Banda ada sedikit benarnya, mama tidak akan memikirkanku juga. Tanganku semakin erat melingkar di pinggang Banda.

Malam ini, akan aku habiskan untuk bersenang-senang. Tidak akan ada yang menyuruhku pulang pun, jadi aku tak akan khawatir untuk sekarang. Aku juga tidak ingin melakukan kesalahan lagi di hadapan Banda dan membuat laki-laki itu kesal padaku.

[]

2020 tinggal 16 hari lagi :'D

Day 15 masih semangat~

15 Desember 2019.

31 DWC | Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang