21 | Melepas

349 26 3
                                    

Tangis baru berhenti setelah Gemi menghapus air mataku. Napasku masih senguk-sengak menahan agar tak mengeluarkan suara lebih keras.

"Ta, lo TOLOL!" Mina menyegak. "Laki-laki brengsek kayak dia ngapain dipertahanin, sih! Dia itu nggak peduli sama lo, dia cuma pura-pura sayang. SADAR DONG!" Tamam menahan tubuh Mina agar tak mendorongku lagi.

Sepulang dari mal, kami pergi menuju indekos Gemi yang tak jauh dari sini. Acara nonton dibatalkan sebab pertikaian antara aku dan Mina. Mina keukeuh jika laki-laki yang dilihatnya itu Banda, sedang aku menyanggah.

"Udah, Min. Tenangin diri lo. Si Grahita udah nangis gini. Kita tenangin diri kita dulu baru lanjut bahas lagi soal ini." Gemi merapatkan bahunya denganku dan mengelus-elus pundakku.

Dia menuntunku untuk duduk di lantai beralaskan karpet rajut sedang berwarna pastel. Tamam dan Mina mengikuti hal yang sama duduk di hadapanku dan Gemi dengan posisi melingkar kami bisa saling menatap satu sama lain.

Keheningan berlangsung selama lima belas menit dan terhanyut pada pikiranku sendiri. Soal Banda selingkuh, aku sering mendengar. Namun, aku tak pernah percaya hal itu karena tidak melihatnya sendiri. Kejadian di mal adalah hal yang pertama kali aku saksikan dengan mata kepala secara langsung.

Ketidakpercayaan masih memenuhi pikiranku menampik kenyataan bahwa laki-laki yang bersama perempuan tadi adalah Banda. Tidak akan menjadi masalah jika itu hanya temannya, tapi Banda tidak pernah bercerita apapun soal teman perempuan yang ia miliki. Maksudku, aku mengenal beberapa temannya mau itu laki-laki atau perempuan, tapi tidak dengan yang kulihat di mal.

Kudengar Mina menghela napas panjang, rupanya dia sudah mampu meredam emosinya. "Grahita, denger. Nggak pa-pa lo lepas dia. Kalau emang dia mau lepasin lo, ya udah lo relain aja. Ta, gimana pun juga kita ini temen. Gue cuma mau ingetin lo aja supaya lo sadar. Cukup, Ta. Jangan sakitin diri lo sendiri lagi, lepasin dia."

Aku menggeleng. Helaan napas lain terdengar dari mulut Gemi dan Tamam. "Gue nggak mau nyuruh apa-apa. Gue mau diem aja." Tamam mengangkat tangannya seraya bersila panggung.

Netra Mina meliriknya kemudian menatap nyalang ke arahku. "Grahita. Ini semua demi kebaikan lo."

"Gue ... sayang Banda...," kataku hampir berbisik. Gemi tak berkata sepatah pun, ibu jarinya hanya mengusap-usap punggung tanganku.

"Tau, Ta, tau. Lo Sayang banget sama dia. Sayang sama bego lo buat dia itu beda tipis. Mesti berapa kali si gue maki-maki lo supaya sadar?! Tamam sama Gemi aja udah nyerah nasihatin lo!"

"Gue nggak butuh nasihat dari kalian, kok. Kalau kalian capek, kenapa kalian masih mau temenan sama gue?"

"Batu, lo! Nggak usah jumawa, Ta. Mentang-mentang lo anak orang kaya. Lo harusnya bersyukur, cuma kita yang mau jadi temenlu. Mereka yang lain cuma manfaatin lo doang."

"Emang kalian enggak?!"

Mina terbungkam dengan ucapanku. Matanya semakin nanar dibarengi tangannya yang mengepal kuat. Sepertinya, Mina terpelatuk kata-kataku.

"Oke. Terserah lo. Susah ngomong sama orang bucin kayak lo. Dikasih tahu malah batu!" Tangan Mina menyilang.

Aku harus segera mengakhiri ini, kepalaku serasa makin pusing jika terus di sini mendengar makian demi makian dari Mina. "Gue pikir, kalian cukup baik buat jadi temen sesungguhnya gue. Nggak, kalian nggak cukup buat itu. Gue nggak pernah ngerasa jadi temen kalian. Justru, gue malah merasa jadi bank berjalan buat kalian." Tubuhku berdiri melepas genggaman Gemi.

Mereka bertiga terdengak. Netraku menatap mereka satu per satu. "Makasih buat semuanya. Jujur, gue lebih capek sama kalian daripada Banda. Asal kalian tahu, yang gue butuhkan dari kalian saat ini bukan nasihat atau makian, tapi kata-kata penyemangat atau sekadar pelukan itu udah cukup buat gue. Intinya, makasih. Gue pergi."

Ketiganya tergeming, tak ada yang menahan atau menyangkal ucapanku sampai tanganku menutup pintu indekos Gemi dan pergi setelahnya seraya menangis kembali. Aku ingin benar-benar lepas dari mereka.

[]

Day 22 baru nulis banget~

Maaf tanpa edit pusiang :'D

Eh, selamat hari emak buat emakku dan emak-emak lainnya ❣️

22 Desember 2019

31 DWC | Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang