08 | Hadiah untuk Banda

466 43 5
                                    

Pertikaian mama dan papa bukan lagi rahasia bagi beberapa pekerja di rumah ini. Mereka hanya akan diam menyaksikan kegaduhan tanpa berkutik, menolong di saat berisik bukan pilihan yang tepat. Tentu saja, mereka tak ingin kehilangan pekerjaannya.

Pernah sekali, salah satu pelayan di sini menolongku saat dipukuli papa. Esoknya, pelayan itu sudah tidak bekerja di sini lagi. Atau, adapun pelayan yang menggosipkan tentang keluarga kami pada orang luar, tak menunggu lama pelayan itu dipecat secara tidak hormat oleh papa. Bahkan, tidak diberi upah sama sekali.

Jahat? Memang. Aku tidak mengerti kenapa papa begitu. Aku tidak terlalu dekat dengan papa ataupun mama. Bicara dengan papa seperti bicara pada orang asing, saking sibuknya dia. Aku hanya anak tunggal yang tinggal bersama beberapa pelayan tanpa kasih sayang dari orangtua. Kasih sayang? Aku tidak pernah mengenal itu sebelum bertemu Banda.

Aku tidak mengenal keluarga papa atau mama. Kakek nenek hanya mitos dalam hidupku, om tante apalagi. Aku tidak punya siapapun yang menjadi tumpuan hidupku sebelum bertemu Banda.

Aku dibesarkan oleh uang dan rasa kasihan dari para pelayan. Soal mama memaksaku belajar ini itu, hanya sebagai keuntungannya saja. Aku tetap harus mendapat nilai sempurna. Kalau tidak, dia akan mencaci maki dengan kata-kata kasarnya. Memukul? Akhir-akhir ini saja dia melakukan itu. Waktu kecil aku tidak pernah dipukul, dipeluk saja tidak. Dia wanita karir super sibuk saat usiaku menginjak lima tahun sampai sekarang dia baru bisa ada di rumah beberapa waktu.

Papa? Rumah ini hanya tempat singgah. Rumah sungguhan bagi dia adalah kantor. Dia tak pernah pulang. Sekalipun pulang, hanya untuk mengajak aku dan mama dalam sebuah acara—tentunya untuk mengenalkanku sebagai anak yang pintar ini-itu. Dari situlah, papa akan dibanjiri pujian. Dianggap pria hebat juga perhatian yang sayang istri dan anak di tengah kesibukannya. Hah! Omong kosong.

Pertengkaran mama papa santer terdengar lima tahun belakangan ini, semenjak aku semakin menunjukkan potensiku di bidang akademik atau non-akademik. Juga sering mendapat pujian dari guru-guru yang menghubungi mereka. Mereka sangat haus pujian. Pertengkaran itu terjadi kalau aku mendapat nilai jelek.

Aku tidak tahu untuk apa aku dilahirkan? Apalagi mendengar ucapan papa beberapa hari yang lalu mengatakan percuma mempertahankan aku. Maksudnya, aku dilahirkan hanya untuk keuntungan mereka saja? Kalau tidak menguntungkan, aku akan dibuang?

Pikiranku juga masih mengingat soal mama yang membelaku, entah dia benar-benar membela atau tidak. Kelihatan dari ekspresinya waktu itu, terlihat tak suka aku ditampar oleh papa. Haruskah aku senang?

"Ngelamun mulu si, Ta!" Mataku mengerjap saat Tamam menyenggolku. Ah, aku lupa. Sekarang aku sedang bersama ketiga temanku di mal untuk mencari kado.

"Jadi, mau beli kado apa?" Tamam memandangku. Kami sudah berada di sebuah toko khusus pria yang sering aku datangi dengan Banda.

Sebentar lagi, Banda ulang tahun. Aku akan memberinya hadiah, jam tangan mungkin pilihan bagus karena dia sempat mengatakan butuh sekali benda itu. Aku mengangkat jam tangan di tanganku. "Ini, kan."

"Lo yakin beli itu?" Giliran Mina bersuara. Aku mengangguk mantap.

"Ya, elah. Baru ge pacar udah dibeliin barang mahal." Gemi bersuara di balik punggungku.

"Bucin teruus." Setelah Tamam mengucapkan itu, ketiganya tertawa. Apa, sih mereka?

Mulai lagi, deh nyinyirnya. Tugas sekolah masih sering sebun saja, masih terus mengolokku. Padahal, mereka sering meminta bantuan padaku untuk menyelesaikannya. Dasar, gadir!

Aku ini hanya meminta mereka untuk ditemani ke mal saja, kok.

Kesal, deh. Merusak suasana hatiku yang sedang baik ini saja. Apa salahnya? Uang-uang aku, kok mereka yang repot.

[]

No edit-edit. Abis nulis bab 8 lanjut bab 9, langsung save, publis di hari esok.

Kemarin salah nulis angka deh di judul /nangis/

Day 9 aman kan aman. Kembali amanlaaah. Aman paling serius.

9 Desember 2019.

31 DWC | Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang